백신 (Vaccine)

1.8K 227 30
                                    

Beware of typo

Tuan rumah miliyader akhirnya kembali ke rumah seteah meninggalkan istri dan anaknya untuk keperluan syuting di benua lain. Tubuhnya yang lelah melompat turun dari mobil sang manager begitu roda mobil yang ia tumpangi berhenti di depan rumah, tangannya bahkan tak mau sibuk menekan tombol bagasi untuk mengambil barangnya. Semua barang dan tasnya dibawakan sang manager masuk dekat pintu, kemudian pria berkepala dua yang membantu Jungkook itu kembali pergi untuk pekerjaan lainnya.

"selamat datang appa" sapaku dengan nada suara anak kecil seperti Jeongsan yang mengatakan hal itu pada ayahnya

"Aigooo pengeran kecilkuu" jari Jungkook mencubit gemas pipi putranya yang tengah tertawa menggemaskan

"Appa bawa oleh oleh apa untukku ??"

"Appa punya banyak hadiah untuk anak pintar, coba kemari biar appa yang menggendongmu, kasihan eomma nanti dia semakin kurus"

"Jeon, mau menu makan malam apa ? biar kusiapkan"

"Mau makan malam diluar saja ?" Tangannya melingkar pada pinggangku, tubuhku ditarik berdiri lebih dekat dengannya

"Aku memang mau keluar untuk mengantar Jeongsan periksa kedokter sekaligus membeli bahan makanan"

"Kita pergi sekarang saja, kopernya biar saja tinggalkan di dekat pintu"

Aku berjalan mengambil dompet dan ponsel serta kunci mobil dari dalam kamar, lalu keluar menyusul Jungkook yang tengah bermain bersama naknya dekat pintu mobil. Ia menyerahkan Jeongsan padaku begitu aku tiba, mengambil alih setir mobil walaupun tubuhnya lelah karena penerbangan panjang dari Eropa. Matanya sesekali melirik Jeongsan yang tertawa sesekali sebagai reaksi suara yang dikeluarkan ayahnya.

"Masuk duluan saja, aku menyusul setelah memarkirkan mobilnya" ujarnya saat mobil kami tiba pada lobby rumah sakit

"Arasseo"

Kakiku melngkah mencari meja panjang berisi perawat untuk mendaftarkan diri dan mengambil antrian, barulah setelah itu kami diarahkan ke ruang tunggu pemeriksaan. Jungkook datang dengan santainya tanpa menggunkan penutup wajah, padahal benda itu selalu kusiapkan di dalam laci mobil.

"Aku malas, lagipula hari ini tidaj terlalu ramai" jawabnya bahkn sebelum aku bertanya, nampaknya ia membaca ekspresiku dari jauh

"NYONYA JEON!"

Nampaknya hari ini keberuntungan tengah memihak pada Jungkook, belum sempat aku berkomentar namaku dipanggil oleh petugas yang mengatur antrian dokter. Jungkook tertawa sambil menculik anaknya dari gendonganku, melangkah masuk ke dalam ruang pemeriksaan meninggalkanku. Senyum kemenangannya tak hilang bahkan sampai kami duduk dihadapan dokter anak yang tersenyum ramah menyapa pasiennya.

Dibantu oleh seorang perawat wanita, Jungkook membawa bayinya untuk menjalani berbagai pemeriksaan, lalu kembali untuk menerima vaksin kedua semenjak kelahiran Jeongsan. Air mataku pasti berlarian keluar saat menemani Jeongsan vaksin, Jungkook tahu betapa lemahnya pertahannaku melihat benda tajam sialan itu menembus kulit Jeongsan. Jungkook menyuruhku untuk keluar menghilangkan ketegangan saat melihat sang dokter bersiap menyuntikan cairan dari jarum suntikan di tangannya pada Jeongsan.

Suara tangisan anak itu terdengar menggelegar padahal baru saja pintu ruang pemeriksaan di belakangku tertutup, kakiku memutar cepat kembali masuk ke dalam ruangan mengambil alih Jeongsan yang menangis kejar, tangisnya perlahan mereda begitu menerima pelukan dariku. Sang dokter menjelaskan hasil pemeriksaan pada kami tetapi mataku tak tenang menatap pandangan si perawat wanita yang tak hentinya memandangi Jungkook. Sialnya pria ini tengah dibalut pakaian hitam yang membuat auranya semakin tajam.

Kesal karena cemburu membuatku ingin berlari keluar mendobrak pintu ruang pemeriksaan sambil menarik Jungkook keluar. Untungnya sang dokter tidak mengulur waktu menjelaskan detail hasil pemeriksaan, kami keluar sebelum pintu ruangan prakteknya kuhancurkan.

"apalagi yang mengganggumu sayangku ?" tanya Jungkook setelah menekan tombol mesin mobil

"aku hampir membunuh wanita karena mata tamaknya"

"maksudmu ?"

"perawat wanita tadi menatap tubuhmu seakan dia akan merebutmu dariku, salahmu juga menggunakan pakaian hitam kemari"

"memangnya apa salahnya pakaian hitam ?" tanyanya santai sambil menjalankan mobil keluar dari area rumah sakit

"warna hitam itu membuat auramu semakin tajam, ah! menyebalkan!"

"jadi kau cemburu karena perawat tadi ?"

"memangnya kau tidak akan cemburu kalau aku dilirik pria lain ?? jangankan melirik, sekilas bertemu pandang saja tanganmu sudah menarik pundakku"

"kau gemas kalu sedang cemburu" terdengar suara tawanya begitu jelas

"aku serius sialan! kau bisa - bisanya tertawa mengejekku"

"astagaa maafkan aku.. tetapi kau benar - benar menggemaskan saat cemburu, lagipula untuk apa kau harus cemburu ? bukankah aku selalu mengingatkanmu kalau hatiku hanya milikmu ?" kebetulan sekali mobil kami berhenti karena lampu jalan berubah merah

"astagaa tapi kau juga cemburu saat pria lain melirikku, bahkan cemburu pada member BTS"

"sini kucium dulu agar kau tidak menggerutu" Jungkook benar - benar mencium seluruh wajahku

"sudah! sudah! hentikan! aku tak akan marah lagi"

Jungkook tertawa terbahak - bahak sambil menginjak pedal gas membawa kami ke tempat tujuan yang ada dalam pikirannya

- TBC -

stress UTS tapi kangen kalian ;')

yang baca pada komen dongg, ingin ngobrol sama kalian

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now