이상한 날 2 (Strange Day 2)

1.4K 222 21
                                    

Beware of typo

(y/n) bukannya tak tahu apa yang dilakukan pria keras kepala itu setelah meninggalkan kamar mereka. Wanita ini memilih untuk menutup telinga, mengunci mulut, mengikat kaki, dan berusaha tenang untuk sang anak yang baru saja meredakan tangisan. Ia tahu kemana suaminya akan pergi lantas ia bersumpah tak akan menghiraukan pesan masuk meskipun sampai berjuta kali panggilan datang.

Melihat wajah putranya yang mulai mengantuk, ia meraih gendongan dan segera memasang alat itu. Kakinya kembali melangkah keluar menuju dapur untuk melanjutkan bahan masakan yang menunggu untuk dicuci dan dipotong. Tak perduli dengan rasa sakit yang mulai menguasai kakinya, ia berjalan mengangkat pakaian dari jemuran sebelum hari menggelap. Wanita itu ingin sekali menangisatau menyerah pada titik ini tapi wajah putranya yang nampak tenang dalam gendongan memberi kekuatan tersendiri.

Selesai kegiatannya dalam dapur kini ia baru bisa duduk tenang pada sofa ruang tenah, tangan kanannya menepuk perlahan bahu si kecil. Matanya memejam lalu nafasnya mulai diatur berirama, ia berusaha menikmati ketenangan bersama matahari yang mulai berjalan turun. Matanya melirik jam dinding yang mengingatkan kalau sebentar lagi perut anaknya harus kembali diisi. Wanita itu kembali bangkit dari kursinya melangkah menuju lemari pendingin mengeluarkan buah dan sayur yang akan diolah menjadi makan malam putranya. 

"eoh, anak eomma sudah bangun" 

Sekilas ia memeriksa sang buah hati saat tengah mengaduk makanan yang hampir jadi, melihat senyuman putranya dalam gendongan sekilas rasa sakit pada kakinya melayang pergi entah kemana. Ia menyiapkan kursi bayi pada meja makan dan memindahkan putranya untuk duduk dalam benda tersebut, kemudian ia membawa makanan hangat dan jus segar untuk si kecil. Suasana diluar mulai menggelap memaksa wanita itu berlari menyentuh lampu halaman dan sebagian ruangan pada rumahnya.

Kini dalam rumah megah itu hanya tersisa mereka berdua, suasana sore hari ini begitu sepi sebab salah satu penghuni memutuskan untuk melangkah keluar dari bangunan tersebut. Jeongsan melahap masakan ibunya dengan lahap seakan ia memang menyukai menu makanan malamnya atau perut kecilnya sudah minta diisi. (y/n) tiba - tiba teringat dengan suaminya lalu merasa bersalah berlaku terlalu keras pada pria itu.

Meja makan memang penuh dengan piring - piring berisi hasil masakannya namun ia masih merasa kesepian sebab satu sosok dalam hidupnya menghilang. Biasanya sang suami akan duduk mengisi kursi di sampingnya sambil melahap makan malam bersama. Suara pria itu tak akan terhenti mengutarakan pikirannya atau bercerita walau makanan dalam mulut belum ditelan.

Satu buah airmata mengalir membasahi pipi namun langsung dihapus sebab ia tak mau terlihat bersedih di depan putranya. Tangannya dengan cekatan membersihkan mulut sang putra selesai makan, lalu berlari mencuci piring kotor untuk kembali menjaga anaknya. Ia tak seharusnya terburu - buru membersihkan piring kotor kalau saja perlakuannya pada sang suami hari ini tak sekeras itu.

(y/n) meletakkan sang putra pada ruang tengah membiarkana anak itu bermain sebelum istirahat malam. Tubuhnya kembali mengisi kursi pada meja makan setelah memasangkan pagar pengaman disekitar putranya. Perutnya lapar namun napsu makannya belum hadir padahal jam sudah menunjukkan waktu makan malam. Matanya memperhatikkan putranya yang aktif bermain pada ruang tengah, menunggu jagoan kecilnya memanggil dirinya kembali untuk membawa anak itu ke alam mimpi.

Detik jarum jam terus berputar bersama dengan sinar matahari yang menghilang, suhu udara mulai terasa dingin mengisi ruangan. Saat itu juga (y/n) meraih tubuh putranya untuk dibawa menuju keranjang bayi dalam kamar. Jeongsan mudah sekali tertidur dalam gendongan ibunya seakan terjadi sihir, anak itu tertidur semenit semenjak ibunya menimang.

Tak mau mengganggu putranya yang terlelap, (y/n) mematikan lampu kamar dan melangkah keluar. Ia berjalan menuju meja makan hendak menunggu kepulangan suaminya disana, walau entah kapan pria itu akan tiba. Matanya mulai terasa berat sebab tak ada yang ia lakukan, tak ada perbincangan, tak ada yang harus ia perhatikan. Tanpa sadar wanita itu tertidur dalam posisi duduk di meja makan tak perduli suhu ruangan yang semakin dingin.

---

Jungkook memutuskan untuk meninggalkan gedung Bighit setelah ia berhasil mencuci bersih amarahnya dengan seluruh aktivitas yang bisa ia lakukan. Jimin sempat menegurnya untuk kembali ke rumah setelah mendengar cerita kekesalannya hari ini, namun sifat keras kepala dan egonya bertahan lebih kuat. Jam analog dalam layar mobilnya menunjukkan angka sepuluh yang artinya ia sudah melewatkan jam makan malam, mungkin saja istrinya sudah terlelap dalam kamar mereka.

Tangannya mendorong pintu kayu rumah mewah lalu melepaskan sepatunya, kerongkongannya tiba - tiba saja haus minta dibasuh air dingin. Tubuhnya berjalan menelusuri lorong menuju dapur yang masih menyala, pikirnya mungkin (y/n) lupa mematikan lampu karena kelelahan. Ia terkejut mendapati istrinya yang tengah tidur pada salah satu kursi meja makan masih dengan baju tipisnya sementara udara terasa cukup dingin. Jungkook melangkah menghampiri sang istri hendak mengangkat tubuh wanita itu untuk dipindahkan ke dalam kamar.

"eoh sudah pulang, apa kau lapar ? biar kuambilkan nasi untukmu, hmm lauknya mungkin sudah dinign jadi biar kupanaskan sebentar" (y/n) mengucapkan semua kalimat itu sementara kesadarannya belum datang penuh

"kau belum makan ?"

"aku ketiduran tadi.. duduklah biar kusiapkan makan malam untukmu" 

(y/n) hendak berpindah dari tempatnya namun tertahan dengan genggaman sang suami. Jungkook merasa bersalah melihat wajah lelah sang istri, bagaimana bisa (y/n) masih mengkhawatirkannya sementara ia sudah berlaku kasar hari ini. Jungkook menarik istrinya ke dalam pelukan berbagi kehangatan dan tak ingin wanita itu sakit karena ulahnya.

"maaf aku terbawa emosi hari ini" (y/n) pertama kali membuka mulutnya mengutarakan isi hati

"harusnya aku yang berkata seperti itu.. aku mungkin sudah menyakitimu dengan perlakuan dan kalimatku, tak seharusnya aku menambah sulit pekerjaanmu dan membuatmu kelelahan seperti ini"

(y/n) merasakan bagaimana bahunya basah selesai pria itu menyelesaikan kalimatnya, apalagi getaran kecil pada bahu sang suami yang menyembunyikan isakan tangis.

"jangan menangis kook, nanti anakmu terbangun lagi"

Jungkook lekas mengusap wajahnya dengan punggung tangan, ia mencium kening sang istri "terima kasih untuk semuanya"

(y/n) mengusap pipi pria itu sambil tersenyum  manis "sudah lapar ? mau makan ?"

Jungkook mengangguk lalu duduk mengisi tempatnya di meja makan, sambil mengusap airmatanya yang masih keluar.

- TBC -



전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Where stories live. Discover now