심술 2 (Grumpy 2)

1.5K 216 27
                                    

Beware of typo

Sepuluh menit berada diluar ruangan tak membuahkan hasil, Jungkook kembali masuk ke dalam ruangan bersama Jeongsan yang masih menangis. Dengan rasa bersalah ia melangkah menghampiri istrinya yang tertidur bersandar pada bahu Jimin, tentu saja hal itu mendapat lirikan tajam dari pria yang tengah meminjamkan bahu untuk saudara sepupunya. Pasalnya belum sampai lima belas menit (y/n) istirahat dan kini Jungkook hendak membangunkan istrinya.

"tck! apa yang kau lakukan ?" Jimin melirik tajam Jungkook yang berusaha membangunkan istrinya

"aku tak bisa hyung, dia membutuhkan ibunya"

"sebenarnya kau tak harus membuat anak itu nangis sejak awal" Jimin menyentuh pundak (y/n) membangunkan perlahan saudaranya

Begitu kesadarannya kembali (y/n) segera berdiri meninggalkan sofa, mengambil Jeongsan yang masih menangis. Jungkook sudah bersiap menerima amukan dari istrinya ketika ia melihat raut wajah kesal wanita tersebut. Mereka berpindah mengisi ruangan lain sebab tangisan Jeongsan benar - benar mengganggu.

"apa yang kau lakukan padanya ?" tanya (y/n) kesal sambil mengayunkan putranya yang menangis kuat

"aku melempar ponselku karena kesal kalah dari V hyung, lalu Jeongsan menangis sebab terkejut... sungguh aku tak sengaja" Jungkook melepaskan gendongan bayi yang masih merekat pada tubuhnya

"TCK!! kau ini!" (y/n) benar - benar kesal bukan hanya karena anaknya dibuat menangis tetapi pengakuan Jungkook yang melemparkan barang mahal itu

"maaf"

"awas saja kalau sampai anak ini demam karena kau"

"tapi se..sepertinya ia lapar"

"argh! kau tahu aku kemari tak membawa botol susunya" ujar (y/n) jengkel duduk pada sofa 

"lalu sekarang bagaimana ?"

"bagimana lagi menurutmu ?! aku harus menyusui anak ini langsung"

"o..oh.. kalau begitu aku akan keluar" Jungkook memutar tubuhnya meraih pintu 

"KELUAR?! lalu membiarkan orang lain masuk saat aku menyusui ?!"

Nyalinya menghilang dalam jentikan jari berhadapan dengan amukan istrinya, sosok Jungkook yang tadi melempar kotak apel pada istrinya kini mati terbunuh. Ia duduk pada satu kursi menghadap pintu dan menundukkan wajahnya merasa bersalah.

"kalau kau tak berulah melarikan diri kemari, aku tak harus meninggalkan rumah"

"maaf, setelah ini aku janji segera pulang"

"terserahmu! mau kau menginap dimanapun aku tak perduli" (y/n) akhirnya bernafas lega melihat putranya tenang, sungguh ia khawatir melihat wajah anaknya merah padam dan menangis kuat

"mau kuambilkan makanan ?"

"menurutmu aku bisa melahap makanan dengan tenang saat ini ?" tangan tenang (y/n) mengusap kepala putranya yang mulai nampak mengantuk

Jujur saja Jungkook ingin duduk dekat sang istri mengisi bagian sofa yang kosong, ia juga sama paniknya melihat Jeongsan yang menangis begitu kuat. Ia merasa bersalah pada anak itu tapi lebih takut pada istrinya, kini Jungkook menunggu saat yang tepat untuk berani mengambil langkah berani mendekati sang istri.

TOK TOK TOK

Jimin datang menawarkan beberapa kotak makanan untuk mereka berdua, seberapapun kerasnya pria itu pasti hatinya tak tega melihat kedua adiknya tersiksa. Jungkook membuka sedikit pintu mengambil kotak - kotak makanan yang diantar kakaknya lalu melarang pria itu masuk. Setelah pria itu menjauh dari ruangan barulah Jungkook berani meletakkan kotak - kotak makanan pada meja dekat istrinya.

"makanlah, aku tak lapar" (y/n) kembali berdiri untuk mengayunkan putranya yang kini tertidur pulas

"aku juga tak lapar, kalau begitu biarku kembalikan pada yang lain"

"tck! aku tahu kau belum mengisi perutmu sejak siang tadi, makanlah aku tak mau mengurus orang sakit dalam rumah"

"tapi kau juga.."

"Jeon Jungkook"

(y/n) melirik suaminya sambil mengucapkan mantra paling ampuh yang selalu ia gunakan. Jungkook melahap satu kotak makanan yang dibawakan oleh Jimin dibawah pengawasan sang istri tentunya. Lagipula siapa yang anak menolak potongan ayam goreng menggiurkan diatas nasi goreng kimchi yang hangat.

"aku ingin kembali kerumah setelah kau selesai makan"

Suapan sendok nasi Jungkook semakin cepat mendengar kalimat istrinya "arasseo"

"jangan terburu - buru" kaki (y/n) mulai pegal dan memaksanya untuk kembali bersandar pada sofa

"Jeongsan sudah tidur ?" Jungkook memandang putranya yang tidur tenang, sampai saat ini ia masih tak paham bagaimana hebatnya sentuhan (y/n) yang selalu berhasil menyihir Jeongsan

"sudah habiskan makananmu" jari (y/n) terulur membersihkan noda saus yang mengotori sudut bibir suaminya

Terkadang ia berpikir keras mencari alasan menerima menikah dengan Jungkook pada usia muda, padahal puluhan orang disekitarnya mengeluhkan tentang kebebasan yang mungkin hilang sesudah menikah. Matanya kini memperhatikan sosok pria yang tengah membungkuk menghabiskan makan siangnya walaupun jam makan sudah lewat jauh. Ia tak habis pikir merelakan masa mudanya untuk pria ini, ia bisa merasakan perjuangan keras pria disampingnya menjadi seorang ayah dan kepala keluarga pada usia muda bukanlah hal yang mudah dan dapat dilakukan semua orang.

"tunggu disini sebentar"

Jungkook merapihkan sampah makanannya kemudian berlari keluar, tak sampai dua menit pria itu kembali membawa tas miliknya dan milik (y/n) kembali.

"kita harus pamit dengan yang lain sebelum kembali"

"sudah kukatakan pada mereka saat mengambil tas tadi"

"tapi tetap saja.."

"Jeongsan butuh kasurnya untuk tidur lebih nyenyak" Jungkook mengambil anaknya ke dalam gendongan yang sudah siap terpasang

"biar tasnya kubawa" 

"kemarikan tasnya, kau menyetir saja"

Jungkook menggunakan tangan kirinya untuk memeluk Jeongsan yang terlelap bersandar pada dadanya, sementara tangan yang lain mengangkat dua tas miliknya dan sang istri. Mereka melangkah menuju lift tanpa pembicaraan namun keduanya sama - sama memandang putra mereka yang terlelap. Jungkook melangkah lebih dulu begitu pintu lift terbuka kemudian disusul (y/n).

"kita pakai mobilmu saja, biar mobilku dibawa Jimin hyung hari ini"

"hmm"

"(y/n)-ah"

"hmm ?"

"mianhae"

"hmm"

"aku pasti membuatmu kesal karena tiba - tiba marah hanya karena sekotak apel"

"aku minta maaf karena tak memakan apel yang kau siapkan, aku seperti tidak menghargai usahamu"

"mungkin kali ini karena aku yang terlalu sensitif seperti katamu, harusnya aku paham kau pasti bosan memakan menu yang sama setiap hari. Bagiku melahap makanan yang sama untuk waktu yang lama mungkin tidaklah sulit sebab sudah kulakukan bertahun - tahun tetapi tidak denganmu" 

"sudahlah jangan dibahas lagi, aku juga minta maaf" kini (y/n) yang pertama melangkah keluar ketika pintu lift terbuka dan mengantarkan mereka pada parkiran basement gedung

"terima kasih sudah memaafkanku" Jungkook meletakkan dua tas pada kursi bagian belakang sebelum masuk pada kursi penumpang di sebelah istrinya

"jangan diulangi lagi apalagi sampai aku harus menjemputmu kemari, kau bukan bocah belasan tahun yang harus dibujuk pulang kerumah" (y/n) menyalakan mesin mobil lalu membawa keluarganya kembali ke rumah mereka.

- TBC -





전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang