만났다 (MET)

2.6K 276 11
                                    

BEWARE OF TYPO

Jimin oppa benar - benar orang yang tidak bisa di tebak, dia terlalu perduli dengan orang di sekitarnya. Pagi ini dia benar - benar datang menjemputku, bahkan aku tak mengira ia akan datang menjemputku sepagi ini. Dokter yang biasa menanganiku kini tengah sibuk memeriksa kondisiku terakhir kali sebelum di izinkan meninggalkan rumah sakit.

Selesai memeriksa seluruh kondisiku pagi ini, ia menyerahkan amplop besar rumah sakit dan mengajukan permohonan maaf. Ia menjelaskan bahwa terjadi kesalahan pemeriksaan pada saat pertama kali rumah sakit memeriksaku, saat itu kondisiku kritis dan terlalu lemas sehingga ia menyimpulkan bahwa aku mengalami keguguran.

Kini ia menyerahkan map berisi hasil pemeriksaan beserta foto USG yang sempat ia ambil pada saat pemeriksaan kemarin siang. Rasanya aku ingin berteriak kencang saat mendengar berita bahagia ini, tapi yang bisa kulakukan hanya duduk diam mencerna semua kalimat yang ia ucapkan sambil menangis bahagia. Jimin oppa memelukku dan menangis bersama saat ia tahu apa yang baru saja dijelaskan oleh sang dokter.

Tanganku terus memeluk amplop rumah sakit saat kami berangkat menuju hotel. Jimin oppa benar - benar membawaku menemui Jungkook, apalagi sekarang tidak ada lagi alasan bagiku untuk tidak menemuinya. Ia tak harus mengetuk pintu kamar Jungkook atau meminta kunci cadangan sebab Taehyung oppa sudah bersiap di dalam sana sesuai rencana yang di susun olehnya. Aku duduk di atas kursi roda dengan perasaan yang tidak menentu, berpikir keras untuk kalimat pertama yang akan aku ucapkan pada Jungkook saat kita bertemu.

Taehyung oppa keluar dari kamar Jungkook tepat saat kami tiba di depan kamar Jungkook. Jimin oppa mendorongku masuk dan berhenti tepat di belakang Jungkook yang tengah duduk menghadap jendela. Aku rindu bisa melihatnya dengan rasa tenang seperti ini, rindu dengan wangi parfum yang ia gunakan, rindu dengan harum rambutnya.

Ia tak menyadari kehadiranku sampai aku maju sejajar dengannya. Ia menolehkan perhatiannya padaku hanya sekedar memberi senyuman tipis kemudian kembali memperhatikan pemandangan luar.

"bagaimana kabarmu ?" mengapa aku harus mengucapkan kalimat ini saat kami kembali bertemu untuk pertama kalinya

"kau pasti tahu aku berbohong kalau aku mengatakan semuanya baik - baik saja di sini" ia mengigit bibirnya seperti yang biasa ia lakukan saat gugup

"maaf"

"aku yang seharusnya mengatakan itu setelah semua ini terjadi" ia menunduk sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya dalam tarikan nafas panjang "aku hampir membunuhmu"

"bukan kau tapi aku sendiri yang melakukannya" aku ingin menggenggam tangannya

"kau tidak akan melakukan itu tanpa ada masalah yang terjadi, dan aku sumber dari masalah itu jadi dapat di katakan kalau aku yang berusaha membunuhmu secara tidak langsung"

"berhenti menyalahkan diri sendiri Jeon Jungkook, aku bahkan tak mengarahkan jari telunjukku padamu atas apa yang terjadi sampai saat ini"

"aku menyadari semuanya bahwa aku yang memulai semua masalah ini hanya karena kebodohanku"

"aku tetap tak menyalahkanmu bahkan sampai detik ini, jadi jangan sampai kau menyalahkan dirimu sendiri atas semua yang telah terjadi"

"Jimin hyung pasti sudah menceritakan apa yang terjadi saat konser terakhir"

"hmm"

"setelah aku berhenti menangis malam itu, aku datang pada sebuah kesimpulan kalau aku harus benar - benar berhenti melakukan semua ini dan tidak lagi memaksakan keinginanku sementara melukai semua orang yang kucintai"

"jadi kini kau menyerah ?"

"mungkin ini cara terbaik untuk melindungimu"

"ini bukan Jeon Jungkook yang aku kenal" aku menatap wajahnya dari pantulan kaca jendela

"aku bahkan tak mengenal diriku sendiri sekarang, semuanya pergi meninggalkanku begitu cepat dan tak memberiku waktu untuk memperbaikinya"

"kau pasti punya cara lain untuk menyelesaikan semua ini"

"tidak ada lagi (y/n), hanya ini.. aku tak bisa melihatmu hancur di sana hanya kesalahanku"

"aku tidak hancur karenamu, itu semua terjadi karena diriku sendiri"

"terima kasih tapi kau tidak perlu berbohong lagi hanya untuk membuatku merasa lebih baik" ia tersenyum tapi tidak memandangku di sampingnya "oh ya, terima kasih untuk makan malam kemarin, aku menghabiskan semuanya kalau kau ingin tahu"

Suasana kembali hening setelah itu, tanganku kembali tertahan untuk menyerahkan berita penting yang kubawa untuknya.

"terima kasih sudah datang kesini, setidaknya aku tahu kini kau baik - baik saja. Setelah ini kau harus berjanji untuk hidup lebih bahagia dengan orang yang kau sayangi, aku akan memperhatikanmu dari jauh"

"Jungkook lihat aku"

"aku sudah melihatmu lebih dari yang seharusnya pantas aku lakukan. Mengapa kau begitu cantik bahkan di saat seperti ini ? kau membuatku semakin sulit untuk pergi meninggalkanmu" ia menghela nafas seperti ada beban begitu berat yang ia rasakan saat ini

"kalau begitu jangan pergi"

"aku ingin melihatmu kembali bahagia, aku harus pergi sejauh yang kubisa darimu"

"siapa yang memberitahumu kau harus melakukan itu ?!" aku sedikit meremas amplop yang kubawa "Lihat aku ! aku membutuhkanmu di sini jadi jangan pergi"

"kau punya Jimin oppa dan hyungku yang lain, mereka semua bisa menjaga dan merawatmu lebih dari yang bisa kulakukan" aku merasa seperti kehilangan Jungkook yang kukenal, tatapan matanya begitu kosong

"Kau tidak bisa melakukan hal itu Jungkook-ah" tanganku akhirnya berhasil menyentuh lengannya

"lalu kau berharap aku melakukan apa ? Tuhan sedang menghukumku bahkan membawa anakku pergi sebelum aku melihatnya"

"Jeon Jungkook aku tidak mengijinkanmu untuk meninggalkanku!" tanganku bergerak menyentuh punggung tangannya

"saat ini rasanya tidak butuh ijin dari siapapun untuk melakukan itu"

"Jungkook kau benar - benar tidak bisa melakukan itu" aku berusaha keras agar ia mau menatapku

"Wae ? Kau bilang tidak ada lagi tanggung jawabku atas dirimu, aku hanya ingin hidupmu bahagia (y/n)-ah" ia menurunkan tanganku kembali pada tempatnya semula

"dengan menyiksa dirimu sendiri ?"

"apa aku punya pilihan lain ?"

"Jungkook kalau kau ingin aku benar-benar bahagia, maka jangan lakukan itu sebab kau bertanggung jawab atas diriku"

"Atas apa ?" ia seperti tengah menertawai dirinya sendiri sekarang

Aku menyerahkan amplop dari rumah sakit yang sedari tadi berada dalam pelukanku. Jungkook mengeluarkan lembaran hasil pemeriksaan dan membaca tiap kalimat yang tertulis disana.

"atas semua itu"

"Ini sungguhan ?" matanya berkaca-kaca, akhirnya ia menatapku

"Mereka meminta maaf padaku pagi tadi sebelum memberikan amplop itu, bahkan mereka melakukan USG untuk memastikan kebenarannya"

Ia terus memperhatikan hasil foto USG yang berada dalam amplop, setelah itu mengejutkanku dengan tangisannya. Tanganku naik mengusap kepalanya, melakukan apa yang aku rindukan beberapa hari ini.

"aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri kalau kau berani meninggalkan kami"

Ia berlutut dan memelukku sambil menangis, membuatku tak bisa menahan tangisan lebih lama lagi.

"Aku berjanji akan menjaga kalian lebih baik dari sebelumnya" Jungkook mencium pelipisku sambil menangis

- TBC -

aku ga bakal tega mereka pisah..

ya kaleee

nanti aku nulis apa kalo mereka pisah

전정국 imagine (Book 2) {HIATUS}Onde as histórias ganham vida. Descobre agora