95 - Posesif

1.9K 63 1
                                    

Permintaan Erfan semalam membuatnya selalu terbayang-bayang. Ia kembali memikirkan bagaimana kisahnya dulu dengannya. Huhh.. Kalau emang niat balik lagi, dulu nggak usah nyakitin. Bego banget sih tuh si Bangsul.

Dania terus melamun ditengah momen kencannya.

Dania terus melamun ditengah momen kencannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu daritadi ngelamun terus kenapa?"

"Ah nggak kok."

"Ayo cerita."

"Nggak kok sayang." cubit Dania ke pipinya

"Yaudah. Sayang aku main dulu Mobile Legend ya sebentar."

Dania hanya menghela napas. Susah memang kalau sama cowok yang suka main game. Bisa-bisanya nyuri waktu saat berduaan gini.

 Bisa-bisanya nyuri waktu saat berduaan gini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kok gue kepikiran Erfan terus ya. Kutu. Emang lo gak bisa apa tanpa gue? Kenapa harus gue? Kenapa lo nyakitin kalo akhirnya ngemis cinta kayak gini." bisiknya dalam hati.

"Kadang gue kasian sama dia. Tapi gue seharusnya lebih bersyukur atas apa yang gue miliki sekarang. Rahmat. Dia jauh lebih baik dari Erfan. Semoga saja akhirnya dia memang benar-benar yang terbaik buat gue. Ya meskipun ngeselin sih. Mentingin mulu si Slime Enemy." lanjutnya.

Bip.. Satu pesan dari Erfan Bangsul.

"Dan lo mau ikut SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) kan ?"

"Siapa sayang?" Dania pun memberikan Hp nya pada Rahmat.

"Kenapa sih dia hubungin kamu mulu? Dia masih ngarepin kamu kayaknya."

"Udahlah biarin aja."

"Kamu mau balik lagi sama dia?"

"Enggak sayang."

"Terus masih harus nyimpen nomernya? Pake nama kesayangan segala lagi. Apaan coba bangsul?"

"Namun ada satu hal mencolok yang membedakan mereka berdua. Rahmat terlalu posesif." bisiknya lagi.

"Aku hapus ya. Jengkel sendiri aku dia ngehubungin kamu terus. Apa jangan-jangan kalian juga sering ketemuan dibelakang aku?"

"Terserah kamu mau ngomong apa. Aku cape. Mau pulang."

"Dan.. Dania sayang." Rahmat mengejarnya.

"Kamu kenapa sih huh? Kamu takut kebongkar?"

"Kebongkar apaan sih? Kamu sendiri yang terlalu melebihkan sesuatu. Kamu mikir ini itulah. Bikin kamu ruwet sendiri. Udah terserah kamu mau bilang aku ketemuan. Mau bilang aku balikan sama dia kek. Terserah. Aku mau pulang."

Rahmat menyalakan mobilnya dan mengantarnya pulang. Di perjalanan bahkan setelah sampai pun tak ada percakapan yang terjadi.

Hening...

"Kamu mandi. Tidur siang."

Dania mengangguk.

"Maaf. Aku cuma khawatir kamu hilang lagi." Rahmat mencium dahinya lalu pulang.

Setelah agak mereda Dania mulai mengirim chat padanya.

"Maaf tadi aku sempet marah."

"Nggakpapa sayang."

"Maaf. Aku agak emosi sih kamu posesif gitu."

"Iya maaf sayang."

"Aku gak bakalan pergi kok. Kamu tenang aja. Aku sayang kamu."

"Loveyoutoo sayang❤."

Syukurlah Rahmat pun biasa-biasa saja.

"Kamu mau ikut SBMPTN juga?" tanya Dania

"Ikut kayaknya. Kalo kamu?"

"Mau coba ikut. Tapi dulu juga bu Vivi wali kelas aku nawarin beasiswa sih."

"Beasiswa kemana?"

"Jerman."

"Kamu tega ninggalin aku?"

"Aku belum ambil beasiswanya. Masih dipikirin. Tapi aku mau coba ikut SBMPTN dulu makanya. Biar bisa di Indonesia sama kamu."

"Oke sayang mulai besok kita belajar bareng lagi yu."

"Oke. Kamu mau ngambil kuliah dimana?"

"UI kayaknya. Kamu?"

"Eh sama dong. Aku pengen jadi psikolog juga hehe kayak Reynand."

"Reynand siapa?"

"Em ada temen."

"Oh dia sama di UI?"

"Iya."

"Kamu sengaja pengen satu fakultas sama dia?"

"Nggak sayang. Aku emang pengen ambil jurusan itu dari dulu."

"Oh oke. Kalo aku pengen ambil Hukum. Biar jadi Jaksa."

"Hakim aja. Biar bisa ngetuk palu dihatiku terus."

"Hahahaha."

Disisi lain Dania mengetik pesan yang lainnya.

"Iya ikut." pesan terkirim kepada Erfan Bangsul.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now