31 - Angin malam

6K 196 0
                                    

1 jam kemudian...

Dania keluar dengan rambut barunya. Melangkah perlahan melewati anak tangga dan mencari Dani.

Disana. Dani duduk di bangku kayu trotoar dekat tukang jagung bakar. Ia nampak melamun. Matanya sedikit sayu.

Dania menghampirinya dan berencana untuk mengagetkannya.

"Darrrr."

Dani hanya menoleh pelan. Tak ada tanggapan kaget dari dirinya.

"Hmmm." jawabnya sayu

"Aduh sorry gue kelamaan ya." Dania duduk disampingnya dan meletakkan sejenak tas selendangnya.

"Gakpapa kok. Udah dimaklumi cewek kalo nyalon pasti gitu."

"Heeee."

"Dan lo potong rambut juga?"

"Eh maksud gue non." sambungnya

"Udah lo gue aja. Apaan non segala. Canggung tau."

"Hehe."

"Iya nih gue dipotong dikit. Cuma dirapihin aja sih. Bagus nggak?"

"Makin cakep."

Dania tersenyum simpul. Sebenarnya ia malu. Hanya saja ia tak ingin Dani mengetahuinya.

Cekrekkk...

Sambaran blitch dan suara kamera itu mengarah pada Dania.

Sambaran blitch dan suara kamera itu mengarah pada Dania

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo foto gue?"

"Sekali hehe."

"Ihh jail deh. Coba liat." Dania mengintip namun Dani lekas mengunci hp nya dan memasukkannya ke dalam saku.

"Awas lo ya."

"Apa?" Dani malah menjulurkan lidahnya.

"Sialannnn."

Malam itu berlalu bersama dengan hembusan angin yang menepis dibalik jaket Dani.

"Lo kenapa tadi gak pake jaket?"

"Tadi kan gerah."

"Seenggaknya angin malam tuh jahat."

"Lebih jahat mana sama lo yang diem-diem foto gue?"

Dani menghentikan motornya. Memasang standar. Dan turun melepas jaket. Dania masih dalam posisinya. Duduk sendirian di jok.

"Nih pake. Gue gak mau lo sakit." Dani memakaikan jaketnya pada Dania. Dania diam. Menyilahkan lelaki itu untuk memasangkannya jaket.

Deg.

Kukuruyukkkkkk....

Dania bangun awal pagi ini. Entah ada angin dari mana. Padahal dia sendiri dikenal kebo dan suka kesiangan.

Dania turun. Menghampiri meja makan. Siapa tau ada sarapan yang tersedia.

Ia membuka tudung saji yang terlihat modern itu. Hanya ada tempat roti yang kosong beserta Tahu isi kemaren yang Bu Desi beli.

Ia menghela napas. Sampai kapan akan terus begini. Mamahnya selalu tak sempat untuk memasak. Beliau hanya sibuk kerja dan sibuk mengurus pacarnya, si Kiki taik itu.

Dania melihat sekeliling. Mamahnya sudah berangkat ternyata. Ia meneguk air putih dan membuka bungkus permen Kiss.

Angkot baru saja ditumpanginya. Namun tanpa sadar ada motor gede menguntitnya.

•••

Nettttt....

Jam pulang sekolah. Erfan kelihatan bingung. Ia sedang mencari seseorang.

Pesan.

"Dan lo dimana? Ini Erfan."

"Lo tau nomer gue dari siapa?"

"Udah jangan dibahas. Lo dimana sekarang?"

"Hmmm. Gue di lab komputer."

"Barusan gue dari lab dan gak ada lo disitu."

"BANGSAT!" Dania menepuk jidat.

Sebenarnya dia kehabisan kuota dan sekarang sedang ada di warnet sebrang sekolah. Untuk membuka file tugasnya sekalian liat drakor on going.

"LO DIMANA SEKARANG?"

"Mau ngapain?"

"Ada sesuatu buat lo."

Dania bangkit. Ia butuh asupan minuman dingin untuk bernapas sejenak. Ia keluar mencari minuman di kulkas warnet.

Lilis menghampiri Erfan yang tengah berada di koridor Lab.

"Fan gue nggak bisa ikut kerja kelompok sekarang. Ada urusan."

"Oh yaudah."

"Gue duluan ya." bayangan Lilis pun hilang dengan cepat.

Brummm... Brummm...

Motor gede itu berhenti di depan warnet. Tepat saat Dania hendak kembali kedalam.

Dania menoleh. Lilis dilihatnya.

"Lilis."

Plakkkk....

Lilis menamparnya. Hingga membuatnya hampir terjatuh.

"Apa lagi sih Lis?"

"Lo belum sadar juga Erfan terluka gara-gara lo?"

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now