60 - Dia siapa?

3.3K 135 2
                                    

Katanya Dania ikut Papahnya menetap di Bandung. Tapi kok sekarang sekolah SMA di Jakarta dan tinggal sama Mamahnya?

Setelah lulus SMP Dania memilih untuk melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Kenapa? Ya itu keinginannya. Intinya sih karena dia udah gak betah tinggal di Bandung dengan tetangga yang biang gosip. You know lah gimana rasanya jadi selebritas yang digosipin terus. Padahal kan ya kalo mereka mau ngurusin hidup orang sekalian aja sama biaya kebutuhannya sehari-hari.

***

Masuk sekolah setelah hari minggu itu rasanya... Males! Mager! Pen libur terooos!

Dikasih libur update status gabut, nothing special, diem diem bae di kamar sambil selimutan.

Terus mau lo apa bambwankkk?

-Dari gue untuk gue
,Dania

"Hey ngapain?" kata Citra duduk disampingnya. Di kursi taman sekolah.

"Iseng pengen nulis sesuatu sih."

"Oh iya gimana udah belajar buat ujian besok?"

"Ujian apaan?"

"Loh lo lupa? Besok kan ujiannya pak Haris, Sejarah."

"Ah iya ya. Gue belum rangkum materinya, jadi belum belajar." jawab Dania lesu

"Bareng gue aja gimana?"

"Serius? Di rumah lo?"

"Oke." jawab Citra setelah berpikir

"Ntar sehabis pulang sekolah ya."

"Siap. Eh emang lo gak bakal dijemput sama Erfan?"

"Gak tau sih. Gue khawatir gitu sama sikapnya dari kemaren ngelamun terus."

"Yah paling dia kebelet kawin wkwk."

"Anjrit hahaha."

Cowok ganteng datang menghampiri dan menepuk bahu Citra. Citra menoleh, dilihatnya Toni de Bawangs.

"Ini nomer hp gue." katanya sembari menyerahkan sebuah burung kertas bewarna merah.

Citra menganga. Apa maksudnya ini?

"Lo sehat kan?" tanya Citra bingung

"Alhamdulillah sehat wal afiat. Lo perhatian juga ya." kata Toni tersenyum

Namun saat itu juga segerombolan wanita datang mengerumuni Toni.

"Gue juga mau dong no hp lo."

"Dari tahun pertama lo sekolah disini gue incar nomer lo tapi gak dapet-dapet."

"Ah gimana sih Toni. Kok lo baik banget sama dia?"

Teriakan itu semakin kencang dan bergemuruh.

"Burung kertas pembawa berkah itu tuh." teriak salah seorang diantara mereka.

Twew.

Mendadak hening. Kerumunan itu bubar dan mencari si burung kertas merah yang terjatuh entah dimana. Burung kertas itu ada dihadapan Citra, ia dengan sigap meraihnya dan mengajak Dania berlari. Sedangkan cewek yang lain masih sibuk mencari.

Hosss. Hosss. Hosss.
Mereka ngos-ngosan. Tentu saja. Bagai berlari dikejar preman preman pasar.

"Lo ambil kertasnya? Kenapa?"

"Hmm?" Citra memeriksa kertas itu tetap di genggamannya.

"Cie udah jadian aja. Lagian nih ya Toni itu tenar. Anggota paling tampan, kalem dan paling laku di de Bawangs. Kalo gue jadi lo mau-mau aja tuh."

"Halah urusan ginian aja lo gercep."

"Wkwkwk sengaja sih panasin lo biar tambah greget."

"Jangan gitu dong ah." Citra tersipu

•••

Tok.. Tok.. Tok..

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." jawab Ibunya Erfan sambil membuka pintu.

"Hai tante."

"Loh kamu? Apa kabar? Tante kangen banget sama kamu. Ayo sini masuk biar enak ngobrolnya."

Cewek itu masuk dan duduk disamping beliau.

"Apa kabar kamu? Gimana lancar kuliahnya?"

"Alhamdulillah tante. Oxford emang bikin betah belajar sih hehe."

"Syukurlah. Bentar ya tante mau bikin minum."

"Hehe silahkan tante."

"Oh iya foto Erfan waktu kecil yang sedari dulu kamu cariin ada tuh, di figura baris 2."

"Haha tante inget aja." cewek itu meneliti. Benar foto Erfan sewaktu TK itu dipajang di ruang tamu.

"Hai Fan. Gue balik." bisiknya tersenyum

Tak lama Ibunya Erfan kembali dengan dua gelas teh manis.

"Gimana lucu kan?"

"Hehe iya tante. Makasih ya." katanya duduk kembali

"Sama-sama. Erfan sebentar lagi pulang kok. Kamu gakpapa nunggu?"

"Gakpapa lagian aku kesini juga sekalian mau silaturahmi sama tante."

"Iya deh hehe."

2 jam kemudian.

"Erfan kayaknya ada les tambahan. Soalnya tante telpon gak nyambung gitu."

"Iya tante gakpapa. Aku tunggu kok."

30 menit kemudian.

"Makan dulu yuk! Kamu pasti lapar."

"Beneran gakpapa tante aku ikut makan?"

"Loh kamu itu kayak ke siapa aja. Anggap ini rumah kamu."

"Hehe jadi malu. Soalnya udah lama banget."

"Yang penting semuanya masih tetap sama kan?" beliau mencubit pipi cewek itu dengan gemas dan mengajaknya ke dapur untuk makan bersama anak bungsunya Aril.

Tuttt. Tuttt. Tuttt.

"Halo."

"Halo Bandung ibu kota periangan. Halo-halo Bandung kota kenang-kenangan. Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau. Sekarang telah menjadi lautan api mari bung rebut kembali."

"Hahaha apaan sih gaje deh." tawa Dania

"Hehe love you." lanjut Erfan

"Tambah gaje."

"Kamu masih di rumah Citra? Aku jemput ya."

"Iya nih masih belajar bareng. Emang kamu lagi dimana?"

"Tanggung sih ini lagi mabar ama anak-anak di kossannya si Geri. Sekalian pulang, jemput kamu dulu gitu."

"Bentar lagi kayaknya. Yaudah kamu beresin dulu mabarnya abis itu kesini langsung ya. Aku matiin dulu tanggung sedikit lagi ini biar cepet beres."

"Siap nona."

Klik.

"Sweet nya. Pengen deh." goda Citra

"Toni nungguin chat dari lo."

"Gengsi ah masa cewek duluan yang mulai."

"Gakpapa lah. Dunia sekarang beda sama jaman dulu."

"Ntar kalo gue dinilai cewek agresif gimana?"

"Nggak lah. Toni gak gitu orangnya."

Dengan bergejolak Citra memberanikan diri untuk menepis semua rasa gengsinya.

"Ini Citra."

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now