27 - Bingung kan

5.9K 194 4
                                    

Hari berlanjut. Kericuhan di kelas tidak bisa dihindari lagi. Tapi Rahmat keluar dengan memboyong tangan Esa teman sohibnya.

"Lo beneran mau bantuin gue kan?" Rahmat bernada serius.

"Iyalah. Gue gak terima sohib gue diginiin."

"Oke jadi gini...." Rahmat menjelaskan rencananya. Esa nampak paham dan mulai terlihat tak sabar untuk segera melakukannya.

Rundingan mereka diakhiri dengan usiran bu Juju yang menyuruh mereka segera masuk pelajarannya.

Dobrakkk...

Citra menghentakkan meja. Meja kantin yang ditempati Dania lebih tepatnya. Teh botolnya tumpah. Sedikit.

Dania mendongak. Ia kaget.

"Lo apa-apaan sih?" tanyanya

Citra menatap. Kini wajahnya lesu.

"Ahh sorry gue lagi badmood." ia menarik kursi dan duduk disebelahnya.

"Kenapa? Masalah nilai lagi?"

"Pinter banget sih lo jadi orang."

"Maksudnya?"

"Hidup lo enak banget. Udah cantik, kaya, pinter lagi."

Dania membelalak. Tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Hmm biasa aja sih."

"Tapi karena itu semua bawaannya gue jadi pengen jahatin lo Dan." Maksud Citra memang bukan memuji. Tapi iri.

"Ah hahahaha." Dania menganggap candaan Citra terlalu berlebihan.

"Gue serius." tatapan Citra berubah menjadi tajam. Dania menatap. Dan tersenyum kecil.

"Dania!" seseorang datang.

"Lilis?"

"Ayo ikut gue." Lilis menarik tangannya dan mengajaknya entah kemana. Tapi mereka akhirnya tiba di ruangan belakang sekolah.

"Ada apa Lis?"

"Lo tau tentang lebamnya Erfan?"

"Erfan? Dia lebam? Kenapa?"

"Lo beneran gak tau atau cuma pura-pura?"

"Bentar. Ini masalahnya apa?"

"Lo pasti tau karena lo yang nyebabin ini semua."

"Maksudnya?"

"Erfan plesteran, seluruh tangannya lebam. Dan ini pasti gak salah lagi kalo bukan gara-gara lo. Sebenernya kemaren ada apa sih? Dia berantem sama siapa?"

"Terus kondisi dia sekarang gimana?"

"Lo pinter banget ya buat ngeles. Yang pasti dia ketauan bawa obat dokter di sakunya."

Dania ekstra bingung. Apa yang sebenarnya terjadi.

"Lebam? Plester? Obat dokter? Bukannya kemarin Dani juga gitu." bisiknya pelan.

"Lo asli beneran gak tau apa-apa?" nada Lilis merendah. Ia mulai menahan emosinya.

"Beneran Lis. Makanya gue bingung. Kenapa cerita Erfan sama kayak kejadian yang Dani alamin kemarin." alisnya mengerut.

"Dani? Siapa?"

"Tukang kebun di rumah gue."

"Dani." Lilis berpikir. Apa mungkin Dani adalah seseorang yang sudah berkelahi dengan Erfan? Atau bagaimana?

Dania mulai berpikir kenapa Dani dan Erfan mengalami hal yang serupa? Apakah semuanya cuma kebetulan?

Sedang Lilis berpikir yang lain lagi. Apakah Erfan dan Dani berkelahi hanya untuk merebutkan Dania?

Selang beberapa menit mereka akhirnya akur dan kembali ke kelas dengan sama-sama membawa perasaan bingung yang berkelanjutan.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now