4 - Tentang Dania

15.3K 485 1
                                    

Kehangatan pelukan sang mentari sangat mendukung Rabu pagi ini. Juga merdunya nyanyian burung tak henti terdengar. Gumpalan kapas raksasa pun seolah tersenyum kepada dunia.

Semua murid nampak segar pagi ini. Sepertinya hidup mereka sangat bahagia. Terkecuali hidup Erfan yang penuh dengan kesialan.

Saat berjalan dari parkiran menuju kelas Erfan terus memperhatikan seorang cewek dari belakang.

"Kayaknya si cewek gila tuh." ucap bocah 18 tahun itu

"Woy haha akhirnya gue ketemu lo lagi cewek gila!" sambil menepuk bahu sosok itu.

Perempuan itu menoleh. Lalu segeralah auto play "Memang lagi syantik tapi bukan sok syantik. Syantik syantik ini hanya untuk dirimu".

"Eh eh eh ternyata bidadari." Erfan terpukau melihat kecantikannya

"Sorry tadi gue bilang lo cewek itu anu gila." Erfan gelagapan karena grogi.

"Gak papa santai aja kali." jawab gadis itu tersenyum dan akhirnya berlalu meninggalkan Erfan yang masih menganga.

"Anak anak kita bikin kelompok ya. Satu kelompok terdiri dari 4 orang." suara itu terdengar dari kelas Dania.

Semua anak sibuk menyiapkan anggota kelompok, terkecuali Dania. Tak ada seorang pun yang mau berkelompok dengannya.

"Dania kok kamu diem aja?" tanya ibu guru lembut

"Bu aku sendiri aja bikin tugasnya." tukas Dania

"Loh temen temen kamu itu banyak. Masa kamu gak kebagian anggota satu pun. Hey kalian coba berkumpul dengan anggotanya masing masing."

"Citra, kelompokmu masih kosong. Dania kamu gabung sama Citra ya." jawab ibu guru setelah merapikan semua anggota kelompok.

Dania melangkah ragu. Menghampiri Citra dan anggota kelompoknya. Citra melirik ketus. Seperti tak senang melihat Dania satu kelompok dengannya.

Pembagian tugas selesai. Saatnya untuk mengerjakan. Semua anggota kelompok tampak sibuk. Hanya Dania yang nampak bingung.

"Itu semua salah. Harusnya angka 4 bukan disitu. Terus kenapa tulisannya acak adul gitu. Kenapa sih ibu gak biarin gue nugas sendiri aja." Dania mengoceh dalam hati.

"Dania lo sakit?" tanya Citra cemas

Dania menjawab dengan gelengan kepala.

"Kalo lo sakit gak papa kok tugas ini biar kita yang ngerjain."

"Gue gak papa."

"Inginku teriak kalo semua yang lo kerjain itu salah. Aduh bisa bisa nilai kita semua anjlok. Tapi gimana ya gue ngomongnya. Gue gak enak. Gimana kalo mereka sakit hati? Gimana kalo mereka bilang gue sok tau? Sok jago? Gimana?!" sambung Dania dalam hati.

"Dia kenapa sih?"

"Orang aneh emang gitu."

"Gak banyak gaul sih jadinya katro."

"Dia emang orang yang seneng apa apa sendiri kek orang stress."

"Btw ini pertama kalinya ya dia bikin kelompok."

Wass.. Wess.. Woss.. Bisikan bisikan itu terdengar sampai telinga Dania.

"Gue emang orang yang pendiem. Apa apa suka sendiri. Semua bualan udah siap dikepala sampe berbusa, tapi gue gak berani buat ngungkapinnya. Banyak ketakutan yang gue rasa kalo semisal bualan itu gue omongin. Gue selalu pengen sendiri, menyendiri. Terkadang bersosialisasi dengan orang lain itu menakutkan. Menyebalkan. Tapi ada kalanya juga gue pengen bersosialisasi. Itu tergantung mood. Gue orang yang introvert." Dania membual dalam hati.

•••

Diam [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora