26 - Tanpa judul

6.2K 191 6
                                    

Prankkk...

Suara pecahan piring itu sangat berisik.

Citra keluar dan memeriksa ibunya yang tengah mencuci piring. Dilihatnya banyak pecahan beling yang berserakan.

"Ibu gimana sih. Subuh subuh gini bikin kaget aja!" teriaknya.

"Maaf nak ibu gak sengaja."

"Bu aku udah laper. Cepet masak."

"Bentar nak tanggung ini."

"Ibu gak sayang anak ya? Anak kelaperan malah didiemin aja."

Perkataan itu sangat membuat hati wanita paruh baya itu terhentak. Namun setiap perlakuan anaknya yang tak mengenakkan ia selalu lebih dulu memaafkannya.

Beliau berdiri dan segera menyiapkan bahan untuk memasak. 10 menit kemudian..

"Apaan sih ibu Citra dikasih makan ikan asin mulu. Emangnya aku kucing?"

"Makan seadanya dulu nak. Ibu gak punya uang buat beli ayam."

"Kasbon kek ke warung. Hidup gini-gini amat." Citra meninggalkan dapur dengan wajah ketusnya.

Desiran hati ibunya semakin terasa. Kapan anak satu-satunya itu akan tergerak hatinya. Sudah belasan tahun dia begini. Sifatnya benar-benar menurun dari Bapaknya.

•••

Siang ini De Bawangs dan Lilis tidak makan di kantin. Tentu saja mereka menghindari seorang rentenir seperti Ibu Kantin. Padahal wajar saja, toh mereka sudah berbulan-bulan tidak bayar setoran hutang.

Dania pelengak pelenguk. Tak ada wajah Erfan yang ia cari.

"Eh lagian ngapain juga gue cari dia." lantas ia duduk di kursi panjang kantin dengan semangkuk mie ayam.

Ia menyeruput cepat mie tebal itu. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya lapar sampai sekarang. Bagaimana tidak sehabis pulang ia mandi dan langsung ketiduran karena capek. Tapi kondisi Dani memang membuatnya sedikit khawatir.

Lilis meninggalkan sejenak nasi kuningnya dan sibuk menatap tajam plester di tangan Erfan.

"Lo kenapa Fan?" tanyanya sambil memegang. Erfan langsung menghindar dan terlihat berpikir.

"Gakpapa kok."

"Serius? Tapi keliatannya itu luka dalem deh. Kek semacam lebam gitu kan? Lo abis berantem sama siapa?"

"Lo tau dari mana ini lebam? Ehh." Erfan keceplosan. Kalimatnya barusan membuat Lilis semakin yakin kalau dia habis berkelahi.

"Tuh kan. Ayo jujur aja sama siapa?"

"Palingan juga hatinya yang lagi berantem." Toni ikut nimbrung.

"Pasti karena Dania." celetuk Bontot.

Semua mata serentak menatap tajam padanya.

"Dania? Dania Dania. Dia cewek yang waktu itu nubruk gue kan?"

"Nubruk dimana? Beneran dia pernah nubruk lo? Terus dia gakpapa? Dia remuk gak ditubruk sama Gajah kayak lo haha." -Bontot

"Bangsat lo wkwk." Lilis menanggapinya dengan candaan juga.

Erfan merunduk dan meratapi lukanya saat yang lain tengah sibuk bercanda.

"Brengsek!" bisiknya. Tangannya mengepal geram. Mangingat kejadian kemarin membuat api amarahnya semakin menyala.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now