92 - Heart Detective

1.8K 64 0
                                    

Akhirnya Dania membantu Citra untuk kembali pada pelukan Toni. Bagaimanapun sifat buruknya. Tentu soal hati tak bisa dibohongi dan dipaksakan.

Dua gadis itu mulai menyusun strategi seperti detektif cinta. Pokoknya ini harus berhasil!

Start Mission

Memanggil Toni..

"Halo Toni."

"Halo ini siapa?"

"Gue Dania. Pliss Ton lo harus bantu gue."

"Iya kenapa Dan?"

"Tapi lo harus janji dateng kesini pliss ini gawat banget."

"Iya ada apa?"

"Bantuin gue Ton. Erfan kecelakaan."

"Hah serius? Dimana?"

"Ntar gue jelasin pokoknya lo harus cepet kesini gue takut."

"Yaudah lo sekarang dimana?"

"Gue di rumah sakit Kencana. Cepet kesini sekarang. Gue nunggu di lobby."

"Iya iya tunggu."

Pip.. Telpon dimatikan.

Toni heran. Ada apa sebenarnya? Ia menatap Erfan yang justru sedang bersama dengannya. Apa yang direncanakan Dania? Atau mungkin ada Erfan yang lain?

Toni pergi bersama Erfan asli dengan mobilnya. Toni satu-satunya anak De Bawangs yang punya mobil. Ya tentu, kedua orang tuanya sukses besar dalam bisnis obat-obatan herbal. Itu juga alasan dia sekolah jurusan IPA. Kalian mengerti kan maksudku.

Setibanya disana Toni menghampiri Dania yang sedang duduk di kursi lobby. Dia tampak sedih.

"Kenapa Dan? Kok bisa Erfan kecelakaan?"

"Nggak tau. Pas gue lagi jalan tiba-tiba ada orang ngumpul. Pas gue samperin ternyata Erfan udah tergeletak berdarah gitu."

"Terus keadaannya sekarang gimana?"

"Nggak tau daritadi gue disuruh nunggu disini. Bentar gue panggilin dulu suster yang lain." Dania berdiri

"Eh mau ngapain?" Toni menahan

"Mau nanyain dulu Erfan kapan selesai diperiksanya". Dania lari terbirit-birit.

Ia sebenarnya bersembunyi dibalik tembok lalu seseorang menutup mulutnya dari belakang. Dia terkejut dan menggigit jari-jemari itu.

Erfan berteriak. Dania berbalik.

"Lo???"

"Gue sehat-sehat aja kok."

"Sssttt."

"Lo bohong."

"Hehehe."

Selang itu Citra datang dan duduk disebelah Toni.

"Lo? Ngapain disini?" tanya Toni kaget

"Ada sesuatu yang mau gue omongin."

"Apa?"

"Maaf sebelumnya. Lo pasti kaget banget denger berita tentang sikap dan kelakuan gue yang kemarin. Tapi jujur itu semua ada sebabnya."

"Kenapa?"

"Gue iri sama kehidupan Dania yang istimewa itu. Dia punya segalanya. Harta, pintar, cantik, pacar. Sedangkan gue? Gak ada bandingannya sama sekali."

Toni masih diam.

"Dan sebenarnya ada satu rahasia lagi. Gue dulu pernah jadi PSK."

"Fuck!" reflek Toni. Ia tak menyangka akan mendengar hal ini.

"Maafin gue. Makasih sebelumnya lo pernah ada di kehidupan gue."

Toni menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia menggambarkan kekecewaannya.

"Sorry. Gue nggak pantes buat dapetin cowok sebaik lo. Makanya gue kesini mau mastiin hubungan kita. Gue tau lo pasti ilfeel. Tapi ya gue terima konsekuensinya kok." Citra menunduk

Toni menatap haru kekasih entah sudah menjadi mantannya saat ini. Memang kalau dilihat dari penampilan Citra sudah menggambarkan cewek yang kurang 'baik'. Tapi itu semua pasti bisa diubah kok. Pasti.

"Gue pamit." Citra pamit. Toni masih dalam posisinya. Dia merasa sangat terpukul.

Dania hendak mengejar sahabatnya itu namun Erfan menahannya.

"Biarin dulu."

"Tapi Citra. Setidaknya Toni harus ngejar lah masa dibiarin gitu aja."

"Lo gak ngerti perasaan cowok."

Dania diam mendengar kalimat itu.

Menjelang sore Dania mengajak Citra ke rumahnya. Ia ingin menemani temannya yang sangat rapuh itu.

"Hidup gue nggak ada baiknya sama sekali ya."

Dania diam. Ia tak bisa berkomentar apapun.

"Gue pamit pulang."

"Cit..."

"Gue pengen sendiri." Citra berjalan menuju pintu utama. Namun saat membukanya sebuah hal yang tak diduga terjadi.

Ada Toni dihadapannya, serta Erfan yang menunggu di pagar.

"Lo gak bisa kemanapun." kata Toni. Citra berkaca-kaca.

"Gue udah kotor."

"Gue siap jadi zat yang membersihkan kotoran itu."

Dania bingung sendiri mendengarnya. Mungkin maksud hati mau gombal. Tapi mendengarnya saja sudah terasa ambigu. Kotoran? What the? Emangnya Citra taiiik?

"Lo mau kan jadi pacar gue lagi?" lanjut Toni memegang kedua tangannya. Haduhhh... Melihat ini semua dengan sang mantan Erfan? Apa maksudnya coba.

Citra memeluknya. Air matanya tumpah membasahi kemeja Toni. Dari kejauhan terlihat Erfan yang mengelap pipinya. Dia nangis??? Lebay tau.

Keduanya resmi menjadi sepasang kekasih lagi. Dan saling menerima kekurangan masing-masing.

Fiuhh..

Kelar sudah lika liku percintaannya. Semoga mereka bahagia dan terus bersama, selamanya.

Dania tidur dengan diiringi lagu cinta dari kekasihnya. Suara Rahmat bagus juga. Itupun kalau didengar dengan volume yang kecil sih. Nggak tau kalau Full Volume. Wkwk...

Langit gelap berganti fajar. Sang bulan telah menyerahkan tugasnya pada mentari. Begitupun sebaliknya jikalau senja sudah mulai terlihat. Mereka saling bergantian tugas dengan sangat rapi.

Pukul 6 pagi.
Knock.. Knock..

Dania turun dan membuka pintu. Lalu satu serangan pelukan datang didekapannya.

"Eh eh lo ngapain Bangsul?" protesnya. Kalian tahu kan Bangsul itu siapa?

"Gue mimpiin lo. Lo kangen kan sama gue?"

Wleee...

"Hahhhh?" cewek itu mengerutkan keningnya.

"Gue baper sama kejadian Toni kemaren. Jadinya kebawa mimpi. Gue pengen meluk lo juga disini."

"Jones nggak gini amat kali." Dania berusaha melepas diri

"Jangan pergi." pelukan Erfan semakin erat

Dengan seribu jurusnya, Dania pun memberanikan diri untuk menendang 'anu' nya Erfan. Lelaki itu terjungkal dan meringis kesakitan.

"Gila lo!"

Brukk..

Dania masuk dan menutup pintu.

Dari sudut pagar ada Rahmat yang sedari tadi memperhatikan.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now