33 - Stress akut

5.7K 178 0
                                    

Di hari dan jam yang sama di sebuah kantor perusahaan Kosmetik.

Tya beres-beres mejanya dan bergegas pergi keluar dengan tas hitam dan mantel maroonnya. Rambutnya diikat ekor kuda. Kacamata tak nampak menghiasi wajah kecilnya.

Bip...

Pesan itu masuk bersamaan dengan terbukanya pintu lift. Lantai dasar ditekannya.

"Masih dimana sih? Lama banget!" -Indra.

Tya tersenyum dibuatnya. Entah mengapa menjahilinya adalah hal paling bahagia yang pernah ia lakukan.

Langit mulai menghitam. Suara adzan magrib berkumandang. Indra dilihatnya. Mematung dekat mobil hitam miliknya.

"Lama banget. Udah minjem mobil. Telat lagi." alis Indra mulai mengerut.

Wanita itu menepuk bahunya lalu tersenyum dan masuk ke dalam mobil.

Indra menyusul dan menempati posisi supir.

"Mobil lo katanya udah beres di bengkel."

Indra menyalakan mesin mobil dan mulai melaju.

"Yahh." nada merendah keluar dari mulut Tya.

"Kenapa? Bukannya bagus?"

"Gak bagus lah. Satu cara buat bikin lo kesel jadi ilang deh."

"Arrrggghhh.. Untung lo cewek."

"Kalo cowok?"

"Mau gue pacarin."

"Anjirrr lo homo? Sumpah demi apa astagaaaaa Ndra lo harus cepetan tobat. Kita ke mushola sekarang ya sekalian sholat magrib dulu. Bla bla bla..."

Indra mendadak menghentikan mobil dan meraih rahang Tya segera yang disambung dengan kecupan manis yang mendarat dibibirnya.

Tya mematung. Matanya melotot. Dilihatnya Indra sedang memejamkan mata dengan elusan lembut di rahangnya.

Tya berusaha keluar dari kejadian ini. Ia mendorong lelaki itu sekuat tenaga hingga akhirnya terlepas.

"WHAT THE FUCKKK GUE GAK SUCI LAGI GOBLOGGGGG!!!!" teriakan Tya benar benar keras. Sangat keras!

Dania pulang dengan hiasan wajah lesu. Begitupun suasana rumah yang sangat mendukung suasana hatinya saat ini. Sepi. Sepi sekali.

Ia membanting tas ke kursi ruang tengah. Tapi malah nyangkut diatas tv. Ia membuka kulkas. Diambilnya susu Ultra Milk 1000ml.

Diteguk habis susu itu hanya dalam hitungan menit saja. Bekasnya ia tinggalkan begitu saja dan langsung berlari ke kamar.

Dani tidak ada. Ia absen kerja hari ini. Entah mengapa.

Tak ada satupun tempat pelariannya disaat-saat seperti ini. Hanya air mata dan lemari baju putih yang sering ia jadikan sebagai tempat menangis, menyendiri, dan menyerah atas semua cobaan hidup yang keras ini.

Ia meraih silet di kotak P3K. Dan bersembunyi di dalam lemari bersama dengan barang tajam itu.

Sayatan itu benar-benar akan memutuskan urat nadinya jika seseorang tak meneriaki namanya.

Sayatannya meleset pada sebuah rok mini hitamnya yang tergantung. Tak apalah. Ntar bisa beli lagi katanya.

"Daniaaa... Daniaaa lo dimana?" suara Dani. Ya itu beneran suara Dani. Ia di depan pintu lemari sekarang.


•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now