54 - Aku untukmu

3.6K 154 1
                                    

"Maksud lo apa?"

Bontot dengan lancangnya menarik kerah seragam Dania. Dania lantas berdiri dan merasa tercekik.

Semua terkejut. Tak sangka Bontot akan memperlakukannya seperti itu. Tak ada yang berani mencegah. Semuanya ketakutan. Termasuk Citra.

"Bacot lo! Gara-gara lo semuanya jadi berantakan! Anjing!" Bontot pun melepaskannya dan pergi.

Anak yang lain mengerubuni Dania dan menanyakan keadaannya. Untung saja ia tidak kenapa-napa. Hanya saja batuk dan merasa sedikit sesak.

Tapi Erfan?

Saat seperti ini saja ia masih mengkhawatirkan pacarnya. Erfan, apa dia baik-baik saja?

"Dan kenapa Bontot bisa semarah itu? Ada masalah apa?"

"Gak tau Cit." Dania mencoba tersenyum.

"Mungkin dia tau yang sebenarnya." bisiknya

"Dania. Dania!" teriak seseorang menghampiri. Hosh hosh. Dia ngos-ngosan.

"Erfan?" kata Dania kaget. Kenapa dia ada disini?

"Kamu gakpapa?" tanyanya sambil meneliti pacarnya.

"Eng..."

"Barusan Bontot narik kerahnya Dania. Kenceng banget sampe Dania sesak gitu." kata anak kelas

Erfan menoleh dan kembali menatap Dania.

"Kamu gak bakal bohong kan?"

"Emmm."

"Jawab Dan."

"Iya aku diperlakuin gitu sama Bontot tadi."

"Kurang ajar!" amarah Erfan meledak. Ia berlari keluar kelas. Dania mengikutinya.

"Erfan." teriak Dania di lobby. Erfan berhenti dan berbalik.

"Aku gak mau kamu bales dia. Nanti masalahnya tambah rumit Fan."

"Tapi masalahnya dia berani berbuat gitu sama kamu."

"Erfan. Kita hadapi sama-sama ya. Aku tau mungkin Bontot udah tau yang sebenarnya. Tentang kejadian itu (kejadian Rahmat tertusuk pisau karena Lilis) dan perasaan Lilis ke kamu. Tapi kalo kita hadapi dengan amarah juga, kapan selesainya?"

Erfan terdiam. Dania menghampiri dan memegang sudut bibir Erfan.

"Ini bekas tonjokan Bontot kan?" terbukti, ada bercak darah dan lebam disana. Erfan tak menjawab, ia hanya menatap Dania yang begitu lemah.

Tiba-tiba...

Gubrakkk. Dania terjatuh lemas. Dia pingsan.

Erfan terkejut. Tentu saja. Ia segera jongkok lalu memeluknya.

"Dania.. Dania ayo bangun!" katanya panik bukan kepalang. Ia menepuk pipinya namun hasilnya masih tetap sama.

"Wlek!" Dania melet dan matanya terbuka perlahan. Senyumnya merekah. Tawanya lepas.

"Ih kamu jail ya. Anjir kaget tadi asli." keringat Erfan bahkan tak usah diragukan lagi.

"Wkwkwk abis kamu si marah dan khawatir mulu. Aku gakpapa. Dan soal Bontot kita hadapi bersama. Justru aku yang harusnya takut kamu bakal nyari Lilis terus."

"Hmm kamu ya. Nggaklah kan udah ada kamu."

"Soal Mamahnya gimana? Kalo beliau liat koran ya pasti nanyain sahabatnya dulu."

"Aku pikirin secepatnya."

Dania tersenyum.

"Kamu tuh ya udah dibilangan jangan bohong masih aja bandel."

"Kapan aku bohongin kamu?"

"Barusan ngerjain."

"Eh hehehe." Dania tertawa lagi. Begitupun Erfan yang langsung mendekapnya.

•••

Indra sedang sibuk dengan pekerjaanya sebagai CEO perusahaan mebeul. Ia mempersiapkan rapat untuk hari ini.

Hukuman dari Tya sudah berakhir. Satu bulan yang penuh kenangan.

Indra keluar sebentar. Hendak mencari cemilan sebelum rapat dimulai. Lift dinaikinya hingga tiba di lantai dasar. Dan..

"Tya." katanya kaget ketika tubuh Tya terpampang nyata depan pintu lift.

"Hai." Tya tersenyum

"Lo ngapain disini?"

"Mau ketemu lo."

"Ada apa?"

"Kangen."

"Anjir."

"Serius."

"Lo masih baper sama ciuman waktu itu?"

"Gue gak baper."

"Oh lo kesini ada maunya ya."

"Gue suka sama lo."

Deg.

"Hah?"

"Udah jangan kebanyakan dialog pendek nanti pembaca bosen."

"Lo gila ya." Indra berjalan dan Tya tetap mengikutinya.

"Ndra jadi gimana? Lo mau kan jadi pacar gue?"

"Apaan sih lo ah udah jangan ganggu gue." Indra berlari dengan cepat

"Indra." teriak Tya.

Prok prok prok...

"Bagus juga acting lo. Hahaha si Indranya kayak salting gitu lagi." kata Retno teman sepekerjaannya.

"Udah ya hukumannya. Ini udah kelewat batas tau gak. Kalo aja tadi file lo gak gue hapus, hidih ogah gue ngejar-ngejar dia." Tya bergidik

"Hahaha siapa suruh lo hapus. Itu file penting banget buat hari ini tau nggak."

"Ya gue kira itu udah gak kepake. Gue gak liat tanggalnya."

"Udah yu ah security udah pada liatin tuh." Retno mengajak Tya untuk kembali ke kantor.

Indra kepikiran akan kejadian barusan. Pikirannya dipenuhi seorang TYA!

Sudah sore nih. Erfan menjemput Dania lalu mereka pulang bersama ke rumah. Untung saja bu Desi belum pulang. Jadi Erfan tak perlu repot untuk pulang ke rumahnya dahulu.

Dania pergi ke dapur untuk membuatkan teh. Sekarang Erfan jadi tamu memang wkwk.

Setelah itu Erfan dan Dania yang sudah berganti pakaian nonton bersama di ruang tengah. Sebuah acara humoris.

Erfan duduk sila diatas karpet. Dania duduk disampingnya bersandar pada sofa dibelakangnya. Cemilan dihadapan mereka.

"Tiduran sini." ucap Erfan menepuk pahanya. Dania menoleh dan ragu.

"Yakin? Nanti gak bisa loh keburu ada Mamah mertua."

Dania tersenyum lalu meletakkan kepalanya di paha Erfan. Ia tiduran santai. Erfan pun kelihatan anteng merapihkan rambut Dania.

"Kok kamu mau sih sama aku?"

"Kepaksa wkwk." canda Dania

"Ah yaudah kita putus aja."

"Eh jangan gitu dong. Baperan ah." Dania mendongak

"Bukannya baperan. Kamunya sih yang gak serius mulu."

"Tapi sayangku ke kamu serius kok."

"Ah palingan gombal."

"Enggak ya aku bukan kamu yang suka gombal hahaha." skakmat dari Dania

Mereka tertawa hingga akhirnya bu Desi membuka pintu.

"Dania. Dani." teriak beliau

"Waduh mampus!" kata mereka kompak


•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now