51 - Terasa Hambar

4.3K 183 1
                                    

Kejadian kemarin memang takkan pernah terlupakan. Dimana saat Rahmat harus menerima sakit dua kali lipat sampai resminya hubungan Dania dan Erfan.

Hari pertama masuk di sekolah baru. Untuk sampai kesini Erfan membutuhkan lebih banyak waktu di perjalanan daripada sekolahan sebelumnya. Sekolah bergengsi memang. Tapi tetap saja ini tidak akan membuat dirinya betah, gak satu sekolahan gitu sama pacarnya.

Erfan memparkirkan motornya dan berjalan masuk ke lobby. Langkahnya santai. Wajahnya ia buat seriang mungkin. Semoga jauh lebih baik doanya.

Seseorang menghentikan langkahnya. Lelaki sebaya itu tersenyum. Wajahnya imut, seperti. Ah! Dia kan cowok yang kasih bocoran kalo Lilis pelaku pembullyan Dania!

Alis Erfan mengernyut. Tepukan yang mendarat di bahunya membuat dirinya tersenyum.

"Lo pasti udah tau gue kan?"

"Lo yang kasih tau siapa pelakunya."

Cowok itu mengangguk.

"Lo gak ada maksud apa-apa kan?" Erfan meyakinkan bahwa dia benar-benar orang yang baik.

"Tenang aja gue gak berniat apapun kok."

"Tunggu. Lo kan sekolah disini tapi gimana ceritanya lo ambil foto waktu Lilis keciduk?"

"Ah gampang sih. Bokap gue yang punya tuh sekolah."

Erfan masih saja meneliti.

"Gini aja singkatnya. Bokap gue kan yang punya sekolah itu. Kadang gue juga berkunjung dan saat gue kesana ada beberapa gosip tentang cewek yang lagi dibully sampe kelewat batas. Ya gue cari tau dong lewat CCTV dan saat gue yakin Lilis pelakunya ya gue coba ngintilin dia dan foto dia pas lagi beraksi."

"Kenapa lo segitu perhatiannya sama Dania?"

"Gue gak mau lah sekolah bokap gue tercoreng jelek."

Erfan keukeuh dengan tatapannya lalu cowok itu segera merangkulnya.

"Ayolah bro lo masih gak percaya juga? Tenang aja gue gak suka kok sama cewek lo."

"Gue Vino. Ketua osis."

Erfan sempat ragu namun akhirnya senyuman itu bisa terlukis lagi di wajahnya.

"Gue gak yakin lo ketua osis." canda Erfan

"Kenapa? Terlalu ganteng ya?"

"Najis."

"Wkwkwk."

Keduanya tertawa namun tiba-tiba ada yang ikut bersuara.

"Lo sekolah disini juga?"

Erfan menoleh. Rahmat dilihatnya. Hah? Rahmat?

"Oh iya gue lupa lo kan udah dikeluarin dari sekolahan sana. Gimana rasanya masuk dengan negosiasi uang?"

Erfan mengepal geram. Hatinya mencoba untuk menahan kekesalannya. Bagaimanapun Rahmat telah menolong Dania kemarin.

"Ternyata lo disini juga. Salam kenal ya. Sekolahan lo bagus." jawab Erfan kalem. Setelah itu ia dan Vino berlalu.

"Rasanya makin asik aja hidup di dunia." ceplos Rahmat.

Tak banyak yang terjadi. Ini juga baru pertama kalinya dia masuk. Tapi hanya satu yang membuatnya semakin kesal. Rahmat ternyata jadi teman sekelasnya.

Pesan.

"Aku jemput ya."

"Iya Abang."

"Abang? Jadi selama ini kamu anggap aku abang ojek?"

"Iya tapi yang suka mangkal di hati aku. Wkwk."

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now