12 - Serangan hitam

8.9K 303 0
                                    

Adegan kejar-kejaran diakhiri sampai persimpangan kelas. Mereka berpisah menuju kelasnya masing-masing.

"Dahhh." Erfan melambaikan tangan seraya tertawa

"Ihhh." Dania hanya mengerutkan kening kemudian pergi

"Gengsi haha."

Langkah kaki Dania terhenti di depan pintu kelas saat sebuah benda memukul wajahnya.

Suasana kelas yang kacau hening sesaat. Semua mata tertuju padanya. Sebuah penghapus papan membuat wajahnya nampak bernoda. Hitam. Pekat.

Selang beberapa detik kekacauan terjadi lagi. Mereka tak peduli dengan wajah Dania yang terlihat malang sekali. Hanya Citra yang tersenyum lalu mengabaikannya.

Dania menghela nafas. Mengatur emosi. Tapi tangannya sedang mengepal geram saat ini.

Ia pergi berlari meninggalkan kelasnya yang gaduh itu.

Brukkk...

Seseorang menabraknya hingga terjatuh.

"Hey lo gak papa?" orang itu membantu Dania untuk bangkit

Lilis memperhatikannya yang terus saja menundukkan kepala.

"Plis hahaha wajah lo kenapa?" tanyanya tertawa saat ia berhasil melihat wajah Dania yang penuh dengan tinta spidol.

"Dania Putri." Lilis membaca label nama yang terpasang di seragamnya

Namun saat itu juga Dania menghindar dan berlari ke toilet.

"Dia kenapa?"

Kran air ia nyalakan. Untung saja masih tersisa tisu saku yang ia sediakan dari rumah. Ia membasahi tisunya lalu membersihkan tinta yang sangat mengotori kulit wajahnya.

Tak sadar tetesan air mata pun ikut membasahi pipinya.

"Hey!"

"Tuh Lilis tuh." kata Bontot menggerakan dagunya ke arah Lilis yang masih berada di posisi sebelumnya.

Lilis menghampiri trio De Bawangs yang terlihat sedang sibuk menahan beban berat buku paket yang mereka bawa.

"Kalian mau ke perpus? Gue ikut."

"Lo masuk kelas aja gih. Bentar lagi kan bel masuk." jawab Erfan

"Ihh tadinya gue mau amal tenaga nih. Kasian lo sama Toni kan kecil."

"Maksud lo gue gede gitu?" Bontot protes

"Kenyataan kan?" Lilis dan dua sahabatnya serentak mengatakan hal yang sama.

"Huhhh." Bontot berlalu

"Sini gue bantu." Lilis mencoba merebut buku paket yang Erfan bawa.

Namun sebuah gerakan tak terduga membuat semuanya berserakan di rumput.

"Lo sih." Erfan protes

Yang Lilis pikirkan saat ini adalah ia bisa beradegan romantis dengan Erfan saat keduanya membereskan kembali buku itu. Memang hayalan yang sangat tidak berfaedah.

"Sekalian ya lo simpen ke perpus. Gue duluan ke kelas." Erfan memanfaatkan kesempatan ini.

"Ih kok jadi gue sih?" Lilis protes saat melihat punggung Erfan sudah menjauh.

"Bukannya mau bantuin? Yang ikhlas dong." goda Toni tertawa


•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now