28 - Duel

5.8K 185 0
                                    

Sorenya beberapa motor berjalan mengikuti satu motor yang sudah tak asing lagi bagi Dania.

Ia berjalan keluar pagar. Motor itu terus ditelitinya. Ia menghafal plat nomornya. Dan segera naik angkot untuk pulang ke rumah.

Gerombolan motor itu datang lagi. Mereka berjalan di belakang angkot yang ia tumpangi. Dania menatap serius. Bibir dibawah helm itu mengingatkannya pada...

"ERFAN!!" teriaknya dalam hati. Matanya melotot. Benar itu Erfan. Dari lagak dan gerakan tangannya saja sudah jelas bahwa ia pemimpin tim motor ini.

Motor-motor itu melaju selangkah di depan. Dania meminta supir agar segera ngebut.

"Tapi ini lagi macet."

"Ayo bang ntar aku tambahin ongkosnya." Dania mulai cemas karena jejak mereka sudah mulai menghilang.

"Berapa?"

"Dua kali lipat."

"Gak."

Tawar menawar itu sempat terjadi. Hingga akhirnya mereka sepakat dengan perjanjian membayar empat kali lipat dari biaya normal. Penumpang yang lain dipersilahkan turun dengan tidak membayar. Kini Dania duduk didepan. Memimpin penyusulan ini.

Angkot semakin lama semakin ngebut. Polisi yang sedang bertugas di perempatan lampu merah tak dihiraukan lagi. Kini Erfan yang mencurigakan itu jadi prioritas yang utama.

Tim motor Erfan berhenti di sebuah warung. Mereka terlihat istirahat sejenak. Dengan balutan asap rokok yang mengepul juga minuman dingin dalam kemasan cup.

"Erfan ngerokok." bisik Dania

"Kenapa? Dia pacar kamu?" tanya abang supir kepo. Dania menoleh lantas menggeleng keras.

"Mereka itu geng motor ya?"

"Bukan kayaknya bang."

"Tapi dari setelannya udah anak geng banget."

Dania hening.

"Mungkin mereka cuma mau gaya-gayaan ala geng aja."

Mereka mulai berangkat lagi hingga akhirnya sampai ke tempat tujuan.

Sebuah bangunan bekas nan kumuh tujuannya. Seperti bekas pabrik yang sudah bertahun-tahun terbakar. Semuanya nampak hitam dan berlumut. Tak ada satupun yang tersisa disana selain tembok tembok gosong itu. Untuk apa mereka kesini?

Mereka turun dari motor saat sekumpulan motor yang lain datang. Mereka saling berhadapan. Dengan dua orang perwakilan dari masing-masing tim.

"RAHMAT????" teriak Dania tak percaya. Untuk apa dia kesini? Ada perlu apa? Apa dia punya masalah sama Erfan? Tapi mereka kenal dari mana?

Dania gelisah melihat mereka yang mulai menghadang satu sama lain. Abang supir yang berkali-kali mengajak pulang tak digubrisnya. Ia sibuk mengkhawatirkan Erfan dan Rahmat yang sudah babak belur.

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang