41 - Tidakkk

5.7K 165 3
                                    

Sebelum pulang Tya dan Indra mampir ke restoran seafood dekat kantor. Selera mereka berbeda. Tya lebih suka Cumi, kalau Indra memesan Udang.

Mereka memilih meja no 8 dekat kasir. Katanya biar nggak ngantri saat pembayaran nanti. Padahal kan kalo restorannya penuh tetap saja bakal mengantri.

Tya yang ceplas ceplos hilang. Hanya ada wanita dewasa dihadapan Indra. Wanita itu melihat sekeliling dan terlihat polos.

"Tumben lo diem aja? Kenapa? Ada masalah di kantor?"

Tya hanya menatap sebentar dan menghiraukannya.

"Tapi lebih baik gini sih daripada pecicilan." -Indra

Bang.. Bang.. Bang..

"Woy anjinggg itu BigBang boyband favorit gue!" teriak Tya saat menonton tv yang terpasang di sudut ruangan.

Semua mata memandang.

"Nah kan baru aja dipuji udah mulai lagi. Bangkeee." -Indra

"Giliran ada oppa oppa aja langsung sumringah."

"Iya dong harus!"

"Btw lo kenapa dari kemaren jadi pendiem? Apa jangan-jangan karena ciuman itu?"

Tya menoleh keras. Keningnya mengerut. Sudah hanya itu saja lalu kembali menonton idolanya.

"Ah cie yang baper." goda Indra sambil tersenyum

"Nggak gue nggak baper!"

"Malu ya? First kiss kan?"

"Lah lo ngehina gue." Tya kini menghadap padanya. Siap untuk bertempur.

"Iya kan? Gimana enak nggak? Manis nggak?"

"Shit!"

Makanan datang bersamaan dengan datangnya seorang wanita berumur dengan setelan mewahnya.

Indra melirik. Itu seperti... Oh itu ibunya!

"Anjirrr gawat gawat gawattt!" Indra panik. Ia bingung mencari tempat persembunyian.

Tya bengong. Kenapa lagi sih si cowok brengsek ini?

"Kenapa? Ada apa?" Tya meletakkan kembali garpu yang sebelumnya sudah ia pegang.

"Nyokap gue!"

"Lah bagus lah. Ajak makan bareng aja."

"Lo lupa apa gue ini kan manager. Masa iya manager seganteng gue kepergok jalan sama cewek burik kayak lo."

"Barusan lo bilang apa hmm? Burik? Gue bukan burik tapi borokan!"

Indra langsung bersembunyi dikolong meja saat Ibunya menatap suasana restoran ini.

"Nanti gue sleding deh kepalanya. Sabarin dulu aja!" Tya menghela napas.

Kejadian itu telah berlalu satu jam. Kini mereka sedang di perjalanan pulang.

Senja.

Lampu merah. Tya meneliti setiap detik yang terhitung mundur diatas sana. Tapi satu mobil didepan telah mendapat perhatian lebih darinya.

"Itu mobil Mamah?" katanya

"Apa?" Indra menoleh

"Itu mobil nyokap gue. Iya bener. Dia sama... si Kiki lagi!" Tya masih meneliti

"Terus?"

"Ikutin lah bego!"

"Ngapain? Lo kepo aja sama orang yang lagi pacaran. Gak boleh gitu lah. Mereka kan udah lama gak bermesraan. Biarin bokap nyokap lo ngerasain lagi indahnya masa muda."

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang