90 - Mamat cantik

1.8K 70 0
                                    

"Besok kelulusan. Di sekolah lo sama Dan?" sambung Erfan

"Iya sama."

"Deg-degan gak nih? Ah gue sih biasa aja karena gue pinter. Jadi UN kayak gitu gampang lah."

Rahmat dan pacarnya bingung. Erfan kenapa? Dia yang nanya, dia yang jawab sendiri. Aneh kan tuh orang.

"Gue sih nggak yakin sama lo Mat."

"Eh maksud lo apa?"

"Udah ah berantem mulu heran deh." Dania melerai

Mereka diam.

"Kita pasti lulus. Yakin!"

Ketiganya tersenyum.

"Mat beliin garem dong sayang." suara teriakan seorang wanita. Mungkin ibunya.

"Hahaha ke warung gih. Tapi jangan lupa minta upahnya." ledek Erfan

"Bacot lo." kata Rahmat. "Iya bentar Mah."

"Sayang aku ke warung dulu ya. Kamu tidur. Jangan chattan ataupun diterusin video call sama orang ini." Rahmat pamit

"Iya sayang. Hati-hati ya. Kalo udah kamu juga langsung tidur." balas Dania

"Jangan lupa minum obat sayang."

Dania mengangguk.

"Eh emang Dania sakit apaan?" celoteh Erfan penasaran. Namun keduanya tak menghiraukannya.

"Bye. Good night. Loveyou❤." -Rahmat

"Bye. Loveyoutoo❤." -Dania

Pip.. Video call selesai.

***

Tak terasa sudah kelulusan saja. Waktu bergulir begitu cepat. Seperti peraturan kebanyakan sekolah kalau surat kelulusan hanya bisa diambil oleh orang tua. Mereka saling membawa orang tuanya masing-masing. Termasuk Dania dan Bu Desi.

Para orang tua murid masuk ke dalam kelas. Muridnya sendiri menunggu diluar. Perasaan mereka campur aduk. Tak bisa dijelaskan.

"Dania Putri." begitu panggil bu Vivi selaku wali kelasnya. Bu Desi maju dan menerima surat itu. Tak lama mengobrol beliau pun keluar dan membuka isinya.

"Alhamdulillah." katanya. Dania mendekat dan ikut membaca hasilnya.

"Alhamdulillah." begitupun kata Dania. Ia tersenyum bahagia dan memeluk Mamahnya. Entah kapan terakhir dia memeluknya. Tapi rasa ini benar-benar nyaman. Seperti merasakan kasih sayangnya yang dulu sebelum perceraian itu terjadi.

"Tinggal ngurusin kuliah. Kamu harus lebih semangat lagi ya. Kata bu Vivi juga kamu ranking 1. Di kampus nanti harus lebih dari itu. Mamah bangga." senyumnya sangat indah. Baru kali ini lagi ia melihat senyuman itu. Karena sebelum ini beliau selalu memberikan senyum terindahnya hanya untuk Om Kiki.

"Mau makan? Kita beli bakso."

"Okeee yang ditoko biasa itu loh Mah."

"Iya kita kesana. Kamu mau berapa porsi pun Mamah kasih."

"Hahaha."

Indahnya dunia ini. Itupun jika terus seperti ini setiap harinya.

Mereka sampai di toko bakso langganan. Bakso aci bawang Favoritnya. Kalau Bu Desi sih tentunya Bakso urat besar.

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang