63 - Congratulations

3.3K 143 24
                                    

(Putar video diatas biar lebih dapet Feel nya)

Erfan menghentikan motornya dan meraih hp yang dipegang Dania.

Klik.

"Halo. Emm iya siap. Oke ntar aja ditelpon lagi. Oke." kata Erfan bersamaan dengan berakhirnya telpon.

"Siapa?" tanya Dania penasaran

"Cuma temen." jawab Erfan sedikit menoleh

"Emm." Dania menunduk. Hatinya gak karuan.

"Yuk." Erfan menyalakan lagi motornya

15 menit kemudian mereka tiba di depan gerbang rumah.

"Besok Mamah kamu ngajakin aku masak bareng." ucap Dania setelah turun dari motor

"Iya besok aku jemput lagi sepulang sekolah."

"Iya besok cuma latihan soal UN doang kok. Jadi kemungkinan besar pulangnya agak siang."

"Oke besok aku telpon. Kamu istirahat ya. Jangan begadang loh awas."

"Iya. Kamu hati-hati."

"Dahhhh."

Dania membalasnya hanya dengan anggukan dan fake smile.

Dia buka laptop setelah mandi dan berpiyama. Lalu mengetikkan sesuatu di Microsoft Word:

Hari ini Erfan mengajakku pergi ke rumahnya dan bertemu orang tuanya. Ini sungguh hal yang luar biasa. Aku merasa sangat senang bahkan tak ingin kembali ke rumah rasanya, ya meskipun Erfan belum mengenalkanku sebagai pacarnya.

Tapi kebahagiaan itu hanya sesaat. Tak lagi setelah seseorang menelponnya, Dian Juliani.

Dania menghela napas panjang, menutup laptop dan berbaring diatas kasur.

"Gue gak yakin kalo dia cuma temen. Gimanapun gue sama Erfan awalnya juga temen."

Tok tok tok. Krek. Bu Desi membuka pintu kamar.

"Dan kenapa ya akhir-akhir ini Dani jarang nginep? Bahkan pekerjaannya pun dia abaikan."

"Gak tau Mah." jawab Dania tak berkutik

"Kamu gak berantem kan sama dia?"

"Nggak."

"Hmm yaudah." Bu Desi berlalu

•••

Erfan kembali menepati janjinya untuk menjemput Dania dan mengajaknya ke rumah.

Sepanjang perjalanan hening. Bicara pun bahkan sebutuhnya saja, hingga akhirnya sampai rumah.

"Yu. Ibu mungkin udah nunggu."

Mereka masuk dan mendapati Ibu serta Dian duduk di ruang tamu.

"Dia..." bisik Dania mengingat. Merasa tak asing dengan wajah itu.

"Dian Juliani itu." lanjutnya

"Eh nak Dania ayo duduk."

Dania duduk, begitupun Erfan.

"Acara masak kita jadi kan?" kata Ibunya Erfan semangat.

"Iya tante." Dania tersenyum

"Yu kita masak buat ngerayain lamarannya Erfan sama Dian."

Deg.

Lamaran? Mereka lamaran? Sebenarnya Dian itu siapa? Lalu apa maksudnya Erfan minta tolong bantuan Dian kemarin?

Dania terkejut setengah mati. Matanya membelalak tak percaya. Ia menoleh pada pacarnya. Erfan hanya mengangguk lalu menunduk.

"Erfan tolong jelasin semua ini. Ini prank kan?" tanya Dania masih tak percaya

"Dan maafin aku. Sebenernya aku sama Dian udah pacaran sejak 3 tahun lalu. Tapi kita LDR'an karena Dian harus kuliah di Oxford."

Deg.

"Dian Juliani. Apa mungkin maksud dari gantungan huruf D yang dulu kamu kasih ke aku itu Dian?"

Erfan terdiam.

"Terus kamu pernah salah ngasih kejutan ulang tahun di bulan Juli padahal ultahku masih lama. Apa itu juga maksudya Juliani dari nama Dian?"

"Jadi selama ini aku hanya pelampiasanmu aja? Lalu apa gunanya aku sebagai pacarmu?"

Mendengar itu Ibu dan Dian saling bertatapan. Mereka tak percaya bahwa mereka itu sepasang kekasih.

"Maafin aku. Tahun ini kita emang berencana untuk nikah."

Jleb.

"Erfan..." Dania berkaca-kaca

"Sekali lagi maafin aku Dania. Aku gak bermaksud buat mainin kamu. Aku sayang kamu. Tapi aku juga gak mau kehilangan Dian."

Mendengar itu amarah Dania semakin meluap. Air matanya tumpah. Ia bangkit dan berlari pergi.

Erfan mengejarnya dan terhenti di sebuah persimpangan yang sepi.

"Dania."

"Puas lo puas?"

Erfan tersentak mendengar Dania berkata seperti itu. Yang dia tahu Dania itu lemah lembut, jarang berkata kasar. Ya terkecuali kalo lagi marah sih.

"Jangan cari gue lagi Fan."

"Oh iya congrats ya buat lamaran lo. Semoga langgeng."

Dania berlari lagi dan kini Erfan tak mengejarnya.

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang