99 - Kata takdir

2.3K 67 0
                                    

Satu minggu sebelum keberangkatannya ke Jerman.

Dania tak bisa dihubungi oleh siapapun. Ia seperti punya kesibukan tersendiri. Ia sempat bertemu dengan Reynand dan membicarakan kuliah.

"Kok gak cerita? Setidaknya gue bisa bantu supaya lo lolos seleksi."

"Ya kali gue main Hp pas ujian."

Hanya sekedar ngobrol biasa. Nggak lebih. Reynand juga memberikan saran bagaimana menghadapi hidup di negeri orang. Setidaknya Reynand pernah liburan ke Jerman dan tahu sedikit tentang kehidupan disana.

"Jaga diri lo baik-baik. Harus pandai milih teman. Gak boleh gampang kehasut. Kalo ada yang nggak dikenal datang ke asrama jangan sembarang buka. Takutnya orang jahat."

"Oke bawel."

"Gue kan alien bukan bawel."

Dania selalu dibuat tertawa berada disisinya. Entah. Rasanya berteman dengan alien lebih baik daripada berteman dengan manusia bumi yang selalu nyakitin.

"Gue pasti anter lo ke bandara."

"Iyalah orang keluarga dari Bandung aja pada nganter."

Tak terasa besok sudah waktunya saja.

Papah, adik-adik dan ibu tiri dari Bandung telah tiba di Bandara Soekarno Hatta. Begitupun Mamah, Om Kiki, Erfan dan Reynand yang sudah standby. Ada Citra dan Toni juga. Rahmat tidak tahu kemana.

Sebelum berangkat mereka makan bersama dan bercanda. Sering terdengar nasihat juga dari mulut satu dan yang lainnya. Waktu pemberangkatan tinggal satu jam lagi.

Selesai makan berfoto bersama. Ya meskipun bukan Mamah yang sekarang bersanding dengan Papah. Melainkan mereka sudah memiliki pasangannya masing-masing.

Andai saja sedari dulu bisa berkumpul seperti ini. Indah sekali rasanya. Momen langka ini patut diingat selamanya.

Dania meminta Mamah dan Papah untuk foto berdua.

"Nggakpapa." begitupun jawaban dari Ibu tiri dan juga Om Kiki. Entah ikhlas atau terpaksa.

Dania juga meminta untuk difoto bersama kedua orang tua kandungnya itu. Serta Kak Tya dan adik-adiknya yang lain.

Bahagia.......

Kalaupun di Indonesia bisa seperti ini terus. Dania akan langsung membatalkan program scholarship ini. Ya yang penting kumpul dan bahagia bersama keluarga ya kan.

Waktunya berangkat.

Dania berpamitan pada semuanya. Satu-persatu dari mereka diberi surat perpisahan. Ada pesan-pesan penting yang tertulis disana. Termasuk surat untuk Erfan.

Makasih semuanya. Makasih atas kebahagiaan dan kesedihan yang kita lalui bersama. Sehat selalu. Rajin belajar. Gak semua orang seberuntung lo bisa kuliah di Universitas impiannya. Jangan sia-siain itu semua. Mari kita bertemu lagi, Dr. Erfan Bangsul.

Begitu sedikit penggalan suratnya.

Suasana menjadi haru. Mereka tak kuasa menahan kesedihan akan kepergian Dania anak introvert yang selalu berusaha keluar dari zona nyamannya itu. Papah, Mamah. Semuanya menangis. Erfan berkaca-kaca.

Perlahan Dania berjalan meninggalkan, lalu satu pemandangan baru disana. Rahmat.

Dania tersenyum dan mengangguk. Rahmat pun berlaku sama sambil melambaikan tangannya.

Selamat tinggal. Mari kita bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik.

•••

Diam [COMPLETED]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt