75 - Serpihan perih

2.5K 102 1
                                    

(Putar video diatas biar lebih dapet Feel nya)

Rintik hujan mulai turun. Hari sudah mulai gelap. Masih tak ada satupun angkot yang lewat. Mereka pada kemana sih? Demo atau bagaimana.

1 pesan Whatsapp masuk.

"Udah pulang belum?" - Erfan bangsul

Dan beberapa pesan lainnya masuk bergiliran.

"P"

"P"

"Kok gak bales sih?"

Erfan pun menelpon karena Dania tak kunjung membalas pesannya.

Dania tak menghiraukan semua itu. Yang jelas saat ini hatinya tak karuan.

"Kamu dimana?"

"Sama siapa?"

"Lagi sama cowo?"

"Sama Jajang?"

"Lo sendiri lagi sama cewek lain bangsat!" teriak Dania emosi

Pesan terakhir masuk.

"Yaudah have fun ya sama Jajangnya."

"Aaaaaa..." teriaknya lagi.

Ia tak mengerti akan jalan pikiran pacarnya. Ia menuduh ini itu tapi dia sendiri melakukannya. Kenapa Erfan jadi seperti ini? Oke yang dulu dulu udah jelas dan dimaafin. Tapi yang ini? Siapa lagi? Cewek itu siapanya lagi????

Dania menghela napas dan mencoba sabar. Ia harus tetap berpikir positif. Mungkin cewek itu keponakannya. Sepupunya. Atau bahkan adik kelasnya.

Tubuh dan wajah Dania sudah basah kuyup. Ia harus segera pulang. Atau nanti Mamah akan mencemaskannya. Atau mungkin tidak.

Ia membuka aplikasi Gojek dan memesan satu driver untuk mengantarnya pulang.

Ia duduk dipinggir jalan. Sedih dan amat menyedihkan memang. Disaat seperti ini pacarnya sendiri sedang asik berduaan dengan cewek lain.

Satu motor tiba menjemput. Driver itu dengan sigap memberinya jas hujan.

"Bentar, Dania?" tanyanya. Ternyata itu Rahmat.

"Rahmat?" Dania menghentikan gerakannya untuk memakai jas.

"Gue kira Dania mana. Ternyata lo."

"Lo ngegojek juga?"

"Iya lumayan sih buat nambahin uang jajan. Lo ngapain disini? Sendirian lagi. Baru pulang sekolah?"

"Ah nggak sih. Tadi abis pemadatan terus kesorean gak ada angkot yang lewat."

"Yaudah cepet pake jas nya. Keburu sakit loh ntar."

Dania memakainya dan sigap naik ke motor.

"Erfan kemana?"

Pertanyaan yang selalu terlontar dari mulutnya. Kenapa sih dia selalu kepo seperti itu? Yang pertama ditanya pasti Erfan. Entah maksudnya khawatir atau meledek.

"Gak tau."

"Loh? Gak minta dijemput sama dia?"

"Nggak."

"Kenapa? Kebiasaan deh lo suka gini. Disakitin sama dia?"

"Ya tadi gue sempet liat dia. Di klub deket taman itu loh. Sama cewek bule. Ya gak beneran bule sih. Kayak keturunan bule gitu." sambungnya.

Deg.

Pikiran positifnya kini menghilang. Kini sudah jelas cewek itu bukanlah saudaranya. Tapi mungkin cewek sepermainannya.

Dania diam hingga akhirnya sampai ke rumah.

"Nih. Makasih ya." Dania menyerahkan uang setelah melepas helm dan jas hujan.

"Eh Dan gak usah."

Brukk.

Dania sudah pergi begitu saja dan menutup pintu rumah.

"Dia kenapa lagi? Salah gue juga sih kenapa tadi keceplosan ngomong Erfan lagi di klub sama cewek lain." Rahmat menyesal

Jam 9 malam.

"Dania ayo makan dulu." teriak bu Desi dibawah.

"Dia kenapa Mah? Daritadi di kamar terus." kata Tya yang sedang melahap sate dengan beliau.

"Gak tau. Akhir-akhir ini dia sering galau gitu."

Sedangkan keadaannya di kamar.

Ia sedang tiduran sambil melamun. Hp nya dibiarkan tergeletak di lantai. Biarlah. Lagipula Erfan tak menghubunginya lagi. Mungkin ia sedang asik sendiri dengan cewek itu.

Nada deringnya berbunyi. Puluhan kali. Akhirnya ia menyerah dan menjawab telpon dari Erfan itu.

"Aku diluar." kata Erfan lalu menutup telpon.

Dania turun dari kamarnya dan menghampiri Erfan yang memakai sweater putih dibalut jaket jeans navy. Rambutnya basah. Diluar masih hujan memang.

"Apa?"

Erfan lantas mendekat dan menghalau hujan jatuh ke kepala Dania dengan tangannya. Ia tak mau kalau Dania kehujanan dan jatuh sakit.

"Kamu kenapa gak pake payung? Kalo sakit gimana?"

"Yaudahlah biarin. Toh hati gue juga lebih sakit."

"Dan kamu kenapa?"

"Lo yang kenapa? Apa salah gue? Apa kurangnya gue? Sampe lo selingkuh dan main sama cewek lain di klub." bentaknya.

"Hah?"

"Gak usah pura-pura bego. Udah cukup ya lo sakitin gue. Dulu Dian, Lilis, sekarang cewek bule yang katanya itu nyokap lo. Haha lo kira gue gak tau apa kalo yang nelpon itu cewek muda dan bukan nyokap lo? Sampe bohong harus nemenin Aril demi ketemu dia. Sampe nuduh ini itu padahal lo sendiri yang ngelakuin."

"Dan aku bisa jelasin." Erfan meraih kedua tangannya.

"Nggak. Kita putus!" bentaknya lagi lalu berlari ke dalam dan mengunci pintu. Erfan mengejarnya dan berusaha membuka pintu.

"Dan aku bisa jelasin semuanya. Kamu keluar dan kita bicara baik-baik ya. Aku gak mau kita putus."

"Pergi brengsek!"

Seperti inikah akhir dari cerita cinta mereka?

•••

Diam [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang