66 - Menemukanmu

2.6K 121 3
                                    

Esoknya mereka bertiga sepakat bertemu di warung dekat sekolah untuk membahas soal Erfan.

"Gue gak tau lebih soal dia." jelas Toni

"Seenggaknya lo tau kan bokapnya udah nggak ada?"

"Dia nggak pernah cerita apapun soal kehidupannya. Jadi yang lo tau. Itu juga yang gue tau."

Citra dan Dania saling berpandangan.

"Mungkin Bontot tau segalanya."

"Kenapa?"

"Kalo gak salah Bontot temen SD nya Erfan. Soalnya awal gue gabung sama mereka pas pertama masuk sekolah ini."

"Lo tau rumah Bontot?"

"Gak usah ke rumahnya. Gue bisa kok bawa dia kesini sekarang."

"Makasih Toni." setidaknya ada lengkungan tulus diwajahnya.

Hanya menunggu 10 menit saja Bontot langsung ada dihadapan mereka. Bagai delivery memang. Tapi itulah Bontot. Bagaimanapun sikapnya dulu, ia selalu tepat waktu dan akan menjadi orang yang paling "berharga" bagi Dania saat ini.

"Ada apa? Rame gini." tanya Bontot yang duduk disebelah Toni. Sedangkan Citra duduk disamping Dania.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo."

"Apa?"

"Tentang Erfan."

"Kenapa? Bukannya kalian..." pertanyaan Bontot sudah bisa ditebak dengan kalimat lanjutan "pacaran?" . Lantas Dania memotongnya dan menegaskan bahwa Erfan akan segera menikah.

Mendengar hal itu Bontot malah tertawa.

"Nikah? Sama siapa? Harusnya kan sama lo." Bontot masih cengengesan.

"Dian. Namanya Dian Juliani."

"Gue belum pernah denger nama itu."

"Maksud lo?"

"Nih ya. Gue tau persis Erfan kayak gimana. Dia cuma punya mantan satu. Itupun jaman masih SD. Dan namanya bukan Dian."

"Tapi dia bahkan ibunya bilang mereka udah tunangan."

"Dia prank lo kali haha."

"Bontot serius." Dania sedikit kesal

"Oke oke. Gini ya. Gue sama dia udah kenal bahkan udah sahabatan sejak jaman SD. Dia cuma punya seorang mantan sampe sekarang. Jadi lo orang kedua yang dia pacarin."

"Hmm. Lo tau juga kan tentang ayahnya?"

"Ayahnya udah meninggal. Jadi waktu Erfan kelas 4 SD ayahnya tuh nikah lagi. Jaman itu Aril masih bayi sekitaran umur 3 bulan kalo gak salah. Mereka dalam satu mobil yang sama pas mau ngelangsungin akad nikah di rumah ceweknya. Tapi diperjalanan ada truk oleng yang akhirnya nabrak mobil mereka. Ayah sama supirnya meninggal di tempat. Yang lain selamat termasuk Erfan. Dari situ gue kadang ngerasa aneh juga kalo main ke rumahnya. Sesaat dia sama ibunya kayak nganggap kalo Pak Haris masih ada. Mereka sering halusinasi gitu, sering sediain kopi favorit beliau, sering ngobrol sendiri, dan lain lagi. Terlebih kalo lagi sadar mereka suka bilang kalo Pak Haris lagi kerja diluar kota dan akan segera pulang. Itu yang gue tau."

"Aril sendiri gimana?" tanya Citra

"Dia gak ngerti apa-apa. Dia percaya aja kalo ibunya ngomong ayah lagi kerja diluar kota. Jadi dia gak tau kalo ayahnya udah meninggal."

"Lo tau nggak apa penyebab ayahnya tega poligami gitu? Terus rumah calon istrinya?"

"Yang gue tau cuma segitu Dan. Itupun gue denger sendiri dari Erfan. Selebihnya lo tanya langsung sama dia."

Dania menghela napas.

"Gak salah kalo orang-orang ngira mereka keluarga yang gila. Gue kira itu semua cuma rumor."

"Gue tau sekarang dia pindah rumah kemana."

Mata Dania membelalak. Jiwanya bersemangat.

Bontot lantas memberikan alamat itu pada Dania. Ia pun berlari keluar dan segera menaiki taksi.

Citra, Toni, dan Bontot hanya bisa berbuat sebisanya. Selebihnya biar Dania dan Erfan yang urus. Karena itu masalah yang terlalu pribadi.

Butuh waktu 1 jam untuk sampai kesana. Jl. Kober Gg. Mangga Pondok Cina Kota Depok.

Ia berhenti di sebuah rumah lumayan elit berwarna putih itu. Disana terdapat sebuah mobil Avanza yang terparkir depan garasi. Apa benar ini rumah baru Erfan?

Tittt...
Klakson berbunyi di belakangnya. Ia berbalik dan mendapatinya lagi.

 Ia berbalik dan mendapatinya lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lo lagi lo lagi." kata Dania kesal

"Siapa lo?" tanyanya masih duduk di motor. Lelaki itu meneliti. Seragamnya nampak tak asing.

"Oh lo..."

"Iya. Gue siswi di SMA yang lo bagiin selembaran kertas promosi."

"Galak amat."

"Klakson lo sih dari kemaren nyolot mulu. Kesel gue lama-lama."

"Sorry sorry."

"Btw lo ngapain disini? Bawa kardus segala." Dania melihat beberapa kardus tertumpuk di bagian depan motor. Entah apa isinya.

"Gue lagi pindahan kesini. Biar deket kampus. Lo tau kan di sebrang sana tuh UI."

"Iya tau. Jadi lo ngekos?"

"Apa urusannya sih sama lo?"

"Idih gak usah kegeeran deh. Gue cuma nanya. Lagian lo sendiri kan yang mulai merhatiin gue di kelas."

"Hah?"

"Ehh..."
"Mampus deh gue. Malah keceplosan lagi. Ntar dikiranya gue baperan."

"Hahaha jadi lo sadar gue perhatiin?"

"Hmm?"

"Manis juga ya lo."

Deg.

"Dania!" suara itu sangat familiar. Sumpah!

Suara itu berasal dibalik pagar rumah putih itu.

Dania menoleh. Lelaki berkaus putih dan bercelana 3/4 itu nampak dihadapannya sekarang. Seseorang yang selama ini ia cari.

"Erfan." Dania kaget setengah mati. Reynand malah bingung sendiri.

"Kalian saling kenal?" tanya Erfan yang ternyata sedari tadi menguping percakapan antara Dania dan Reynand.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now