91 - Praduga

1.9K 69 1
                                    

Pesta dan challenge itu selesai. Mereka sudah sangat lelah. Dan permintaan Dania yang terakhir adalah jangan menghapus make up sebelum sampai di rumahnya masing-masing.

"Kalau kita ketangkap gimana?" tanya Rahmat khawatir

"Iya ekeu kan takut." kata Erfan juga

Dania tak henti ketawa dan tak ingin tahu kalau mereka harus menurut. Harus!

Mereka turun dan berpamitan pada Bu Desi yang sedang membaca buku di ruang tengah. Ada Om Kiki juga disebelahnya.

"Kami pamit tante. Maaf ngerepotin. Makasih juga untuk barbeque nya."

Bukannya menjawab Bu Desi dan suaminya malah tertawa terlebih dahulu.

"Kalian kenapa? Kok jadi gini?"

"Kok kalian nurut aja sih didandanin kayak gini?" tanya Om Kiki yang sedang tertawa juga.

Mereka menjawab seadanya. Kalau itu semua adalah tantangan dari Dania yang harus dituruti. Ya haruslah, kan mereka berani berkorban apa aja demi sang pujaan.

Dua cowok cantik itu pun pergi dengan motornya.

Bu Desi pergi ke dapur untuk membuat kopi lalu setelah berpikir Dania menghampirinya.

"Mah."

"Iya kenapa sayang?"

"Maafin Dania ya."

Bu Desi berbalik sebelum ia mengocok kopinya.

"Kenapa?"

"Selama ini Dania sering bersikap dan bicara gak baik sama Om Kiki. Ya walaupun Dania kurang suka dengan kehadiran orang tua tiri seperti hal nya istri barunya Papah. Setidaknya mereka sudah membuat hari-hari dan hidup kalian jadi berwarna lagi."

"Iya sayang maafin Mamah juga ya suka egois. Terlalu memaksaan kehendak. Tapi ini juga biar orang tua kamu ada yang ngurus semisal kalian udah besar nanti yang sibuk sama pekerjaan atau bahkan sibuk dengan keluarga kecilnya. Kamu ngerti kan sekarang?"

"Iya Mah." Dania memeluknya. Bagaimanapun, orang tua tetaplah orang tua. Meski tiri sekalipun.

Dania kembali ke kamarnya lalu berencana untuk membeli Novel di toko buku esok hari.

Sampai waktunya tiba.

Ia kesana seorang diri. Menaiki ojek online dan langsung mencari Novel untuk menemani waktu luangnya di rumah.

Ia membaca sekilas sinopsisnya dan membawa beberapa untuk dijadikan perbandingan.

"Dania." kata seseorang di belakang. Ia berbalik. Citra.

"Hai. Apa kabar?"

Akhirnya mereka memilih mengobrol di cafe Chatime setelah membeli beberapa novel.

"Lo kemana aja? Hasil UN memuaskan?" tanya Citra canggung.

"Ada sih dirumah terus. Iya memuaskan. Lo juga kan?"

Citra mengangguk dan langsung membicarakan to the point.

"Dan maafin gue ya. Atas semua perlakuan gue ke lo. Maafin hati gue juga yang selalu iri sama kehidupan lo."

Dania menghela napas. Ia meneliti kalau ucapannya bisa dipercaya atau tidak. Takutnya kejadian dulu terulang lagi.

"Iya nggakpapa. Tapi lebih baik buang semua sifat buruk itu. Gue pun sama. Punya kekurangan baik itu dari segi sifat, kelakuan, bahkan kehidupan. Nggak ada yang sempurna di dunia ini Cit. Keirian lo itu karena lo selalu melihat ke atas. Bukan ke bawah. Lo harusnya lebih merhatiin orang yang ada dibawah lo, yang lebih nggak mampu dari lo. Bukannya yang lebih mewah. Kalo itu semua bisa diperbaiki. Kenapa nggak? Gue nunggu perubahan lo."

Citra terharu mendengarnya. Reflek ia memeluk Dania.

"Makasih Dan. Lo bisa semengerti itu tanpa gue minta. Lo bisa kan jadi teman baik gue, lagi?"

"Iya. Tapi lo jangan ulangi lagi ya. Jangan sia-siain kepercayaan orang. Susah loh dapetinnya. Percaya deh."

Citra mengangguk dan mengelap pipinya yang basah.

"Em Dan. Gue juga mau jujur sama lo."

"Tentang?"

"Dulu. Dulu banget. Sebenernya gue pernah jadi cewek nakal."

Dania mengernyutkan dahi. Ia kurang mengerti apa maksud dari 'nakal' itu sendiri.

"Gue pernah jadi PSK."

"Hah?"

Sebenarnya Dania tak sebegitu kaget. Karena ia ingat kalau dulu pernah memergokinya dengan cowok berumur di hotel. Saat itu ia tengah bersama Erfan. Dan praduga Erfan memang benar. Inilah kenyataannya.

"Gue terpaksa Dan. Gue haus akan kemewahan. Gue muak dengan hidup gue yang selalu serba kekurangan. Dan itu adalah cara instan untuk mendapatkan semua yang gue mau."

"Tapi sekarang nggak lagi kan?"

"Nggak. Gue ngelakuin itu semua hampir 2 tahun. Dan berhenti semenjak gue temenan sama lo. Jujur. Berteman sama lo banyak hal positif yang gue dapetin. Termasuk berhenti dari pergaulan bebas itu. Tapi ya keirian kedengkian gue semakin meraja lela."

"Nggak papa Cit. Semua orang punya masa lalunya tersendiri. Yang harus lo lakuin sekarang bangkit dan berubah. Gue yakin lo pasti bisa."

"Makasih ya Dan." Citra tersenyum. Ia percaya pada Dania kalau semua rahasia itu bisa disimpannya baik-baik.

"Tapi gue ngerasa kehilangan banget. Semenjak dia tau kelakuan gue yang kemarin."

"Siapa?"

"Toni. Gue masih sayang sama dia. Lo bisa kan bantu gue? Termasuk jujur sama dia tentang semua masa lalu gue."

"Lo yakin?"

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now