13 - Kenyataan

8.9K 308 1
                                    

Siang hari yang indah ini masih berlanjut.

Aril dan Mila sedang berjalan pulang. Tas yang mereka gendong memang sangat lucu. Tas Mila bergambar seorang wanita Barbie yang sangat cantik. Sedangkan tas seorang adik Erfan itu bergambar Ken. Sepertinya mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Haha.

"Aril abang kamu kerja ya?"

Aril terdiam sejenak. "Abang Erfan maksudnya?"

"Iya siapa lagi. Abang kamu kan cuma bang Erfan."

"Haha kamu tau sendiri kan mil abang aku tuh masih sekolah."

"Tapi aku liat abang kamu lagi nyiram bunga di rumah tetanggaku."

"Salah liat kali. Atau emang muka abangnya aja yang pasaran haha." Aril tertawa

"Haha kamu gak boleh gitu." Mila ikut tertawa

Mereka berhenti sejenak di perempatan komplek.

"Aku pulang duluan yah. Kamu hati-hati Mila. Dah." Aril melambaikan tangannya sambil berjalan ke suatu arah persimpangan.

"Iya dah."

Mereka bisa dibilang bersahabat sejak duduk di bangku sekolah dasar. Bahkan rumah mereka berada di satu perumahan yang sama.

Mentari kini berpindah tempat dan mengizinkan senja untuk segera menghiasi langit sore ini. Kelas Erfan baru saja bubar.

"Fan lo tau gak anak yang namanya Dania Putri?" tanya Lilis berdampingan dengan Erfan menuju parkiran.

"Emangnya kenapa?"

"Ya gak papa sih. Cuman dia agak aneh gitu orangnya."

"Aneh gimana?" Erfan menoleh

"Jadi kan..." ucapan Lilis terpotong oleh nada dering hp nya yang baru saja berbunyi.

"Halo. Iya Lisa kesana sekarang." Lilis yang bernama asli Lisa itu menutup telpon.

"Fan gue duluan ya. Nyokap gue ngedadak jemput. Dahh." Lilis berlalu

"Dania kenapa lagi?" Erfan terlihat khawatir.

Dania tengah asik bermain bersama hamsternya. Ia memegangnya dengan sangat gemas.

"Wowo kapan kamu gede sih gemes banget sama kamu."

"Wo kamu laper? Aku ambilin dulu makanannya ya." Dania memasukkan hamster kesayangannya itu ke dalam kandang.

Ia berjalan dan mencari kotak makanan hamsternya yang disimpan di dapur. Makanannya yang di mix itu memang kadang terlihat menggiurkan.

Setelah mendapatkannya ia kembali ke kamar yang harus menaiki beberapa tangga. Namun langkahnya terhenti saat seseorang tiba-tiba saja berbicara padanya.

"Kebetulan kamu disini. Ayo ikut kita makan bakso diluar." ajak Mamahnya alias bu Desi yang baru saja pulang dari sekolah. Beliau tak sendirian, ada Om Kiki disampingnya.

"Ayo ikut kita makan bakso urat." sambung Om Kiki

Dania terdiam.

"Dania ganti baju dulu ya."

Dania akhirnya memutuskan untuk pergi.

Kedai bakso urat yang terkenal ini sangat ramai oleh pengunjung yang kelaparan. Mereka tampak semangat melahap olahan daging yang sudah jadi olahan umum di indonesia ini.

Mereka segera memesan pentolan daging yang jadi menu andalan disini. Tak lupa dengan jus alpukat favorit Dania.

Beberapa menit kemudian bakso lezat itu sudah sampai kedalam perut mereka. Mereka segera bangkit dan menuju kasir.

Dania tertegun saat melihat Mamahnya menyelipkan uang ke tangan kekasihnya itu. Hingga seolah-olah Om Kiki lah yang membayar semua makanan yang telah dipesan. Padahal sebenarnya itu hanya tipuan semata.

"Mamah ternyata masih gitu. Brondong sekarang emang pada matre!" Dania berbisik kesal dalam hati.

Note: Om Kiki memang terpaut usia 10 tahun lebih muda dari bu Desi mamahnya Dania.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now