23 - Plester

6.9K 191 0
                                    

"Pagiii adakah yang kangen dengan Erfan sekaligus Dani? Hehe untuk beberapa part kemarin aku gak bawa dia sih huhu. Jadi untuk mengobati rasa rindu kalian kali ini si cowok tengil manis itu bakal muncul ke permukaan setelah berjongkok lama di habitatnya wkwk. Scroll terus ya!" -Author

•••

"Dania aku duluan ya." Jajang turun dengan senyumannya yang membekas. Dania mengangguk dengan tatapan kosong. Bis melaju lagi hingga akhirnya Dania sampai di Senayan.

Saat turun dari bis lelaki jangkung itu menyambut. Dengan balutan plester di pipinya.

 Dengan balutan plester di pipinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dania menatap haru. Keningnya mengerut.

"Lo kenapa? Perasaan tadi pas nonton gak plesteran gitu."

Rahmat mengelus pipinya. Dan seperti sedang mencari alasan.

"Jatoh tadi."

"Kok gue gak percaya ya."

"Beneran."

Dania menatapnya serius. Seperti sedang meneliti.

"Gak percaya? Iya deh ini kena cakaran kucing. Kucing garong."

"Kucing?" Dania berhenti sejenak. "Makanya jangan suka mainin kucing garong. Tau sendiri kan garong. Ya pasti galak wkwk." disambung dengan tawanya yang menggelitik.

"Hehe ini dompet lo." Rahmat mengeluarkan dompet pink itu dari sakunya.

Dania segera menerimanya dan berpamitan pulang.

"Loh kok udah pulang aja?"

"Ini udah sore banget soalnya."

"Ke rumah gue dulu yu." Rahmat meraih tangan kecilnya.

"Gak gak gue belom mau dikawin."

Lelaki itu tertawa kecil. Dan tak percaya kalau Dania yang ia kenal misterius akan berbicara seperti itu.

"Mumpung di rumah lagi sepi." godanya

Dania melepaskan genggaman Rahmat yang semakin lama semakin erat.

"Lo kok gitu sih?" teriaknya

"Hahaha gue bercanda kali."

"Terus maksudnya lo ngajak ke rumah apaan?"

"Kakak gue lagi tunangan. Gue gak mau keliatan jones banget didepan temen-temennya." Rahmat tertawa kecil

"Ah baper banget sih lo wkwk."

"Yuk!" Rahmat menarik tangannya lagi. Dania tak menghindar dan tak mengelak.

"Tapi ntar pulangnya anterin ya."

"Siap nyonya."

Tak disadari seseorang memerhatikan mereka sedari tadi.

"Awas aja lo Mat!"

Hari semakin larut. Sekarang sudah menginjak pukul 9 malam. Tapi Dania belum juga pulang. Dani cemas. Takut terjadi apa-apa dengan gebetannya itu.

"Dania mana sihh?"

Ia terduduk lemas di meja kamarnya. Hingga akhirnya tertidur.

 Hingga akhirnya tertidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now