34 - Malaikat kah?

5.4K 195 1
                                    

Dania tahan napas. Hitam. Hitam pekat sekali dipandangannya. Apa ini mati lampu? Atau karena pengaruh dia lagi di dalam lemari? Kenapa ini? Kenapa gelap sekali?

Terasa ada yang mengalir dari dalam tubuhnya. Perlahan dan sangat lembut. Pandangannya berat. Kantuk yang dirasa. Rasanya semakin lama semakin lemah. Seperti sudah menahan capek yang begitu membebani. Ada apa ini? Kok tiba-tiba begini?

Capek... Capek... Capek...

"Apa aku memang harus tertidur untuk mendapatkan mimpi yang lebih indah?"

"Tuhan. Dimana aku sekarang? Gelap. Sepi. Bahkan rasanya ingin mati saja."

"Tuhan siapa dia? Bayangan bersayap itu bahkan tersenyum padaku. Dia menghampiriku dan menepuk bahuku."

"Dia pergi begitu saja setelah berpesan padaku. Dan meninggalkan setitik cahaya diujung sana."

"Dibalik lembutnya setitik cahaya itu ada senyuman familiar terlukis disana. Apa aku harus berlari ke arahnya? Haruskah?"

"Bahkan lama-kelamaan suaranya mulai terdengar. Dia memanggil namaku. Benar-benar memanggil namaku."

"Suaranya semakin dekat."

"Daniaaa... Daniaaa lo dimana?" suara Dani. Ya itu beneran suara Dani.

Krekkk... Dani membuka pintu perlahan.

Dania tertidur lemah diatas ranjang sana. Tangannya tersambung dengan selang impusan yang panjang. Seragamnya belum diganti.

Dani menghampirinya segera. Tetesan air mata mulai mengalir bahkan semakin deras saat melihat luka sayatan yang begitu nyata di pergelangan tangannya.

1 jam sebelumnya.

Bu Desi pulang sendirian. Tak ada Om Kiki yang menemaninya. Katanya sih dia ada janji sama teman band nya gitu. Secara dia anak gitaris di sebuah band indie.

Bu Desi merebahkan dirinya di kasur. Sejenak menghilangkan rasa lelahnya. Namun tiba-tiba ia teringat anaknya.

"Dania dimana ya? Tas nya udah ada berarti dia udah pulang. Kayaknya dia belum makan." beliau beranjak dan berjalan ke kamar anak keduanya itu.

Prekkk...

Pintu perlahan dibukanya. Dan mengamati sekeliling kamar yang lumayan luas itu.

"Dania. Kamu udah makan belum? Makan diluar yu."

Mendapat tak ada respon sedikitpun Bu Desi akhirnya memutuskan untuk mencari ke dalam. Namun tak ada jawaban atas harapannya itu.

"Dania dimana?" ia membuka hp nya dan segera menelpon nomor anaknya.

"Sarangeul haettda uriga manna...." nada dering itu berasal dibalik lemari. Bu Desi segera membukanya dan mendapati Dania sedang tergeletak lemas dengan darah yang bersimpah.

•••

Tok tok tok...

"Masuk." jawab Bontot yang asik bermain PS di ruang tamu.

Lilis masuk dengan setelan andalannya. Celana jeans ketat, baju crop tanktop warna putih dan jaket merah crop kesayangannya.

Oh iya. Dia kan anak jaman now. Jadi gak lupa dong dia pake sepatu Fila juga.

"Ntot lo bantuin gue."

"Bantuin apaan?"

"Nyari tau tentang Rahmat dan Dani."

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now