37 - "Sadisnya caramu!"

6.3K 183 7
                                    

"Ikut yu." sambung Erfan

"Kemana?"

"Ke hati gue. Sini lo masuk sini." Erfan benar-benar menarik dan mencoba meremas gemas kepala Dania ke dadanya.

Dania mencoba melawannya. Ia menarik kembali kepalanya sekuat tenaga hingga membuat Erfan hampir jatuh.

Rambutnya berantakan tak terkira. Ekspresinya cemberut. Lekas ia merapikan kembali rambutnya dan menatap sinis.

 Lekas ia merapikan kembali rambutnya dan menatap sinis

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.


"Asemmm taukkkk!"

"Hehe apanya?" Erfan malah terkekeh

"Ketek luuuuu!!!"

Erfan tertawa terus hingga tak sadar di belakangnya sudah ada pak Gilang saja yang pelengak-pelenguk.

Dania menyadarinya. Ia menarik Erfan untuk bersembunyi di balik pepohonan rindang.

Kembali mereka dihadapkan dengan posisi dimana wajah saling berhadapan sangat dekat. Dekat sekali. Dania menatap sayu bibir Erfan yang tinggal beberapa centimeter lagi bisa mencium bibirnya.

Deg..
Lek..
Dania menelan ludah keras.

"ERFAN AWAS KAMU YA! MANA BAWA ANAK CEWEK LAGI." teriakan keras Pak Gilang.

Erfan mengintip. Mencari kondisi dimana ia dan Dania bisa kabur dari keadaan ini.

Ini waktu yang tepat. Pak Gilang sedang sibuk dengan hp nya. Sepertinya dia akan menelpon guru yang lain. Erfan mengajak Dania bangkit dan berlari ke parkiran luar gerbang sekolah.

"Untung gue parkir disini tadi. Ayo naik!" Erfan segera memasang kunci dan helm. Dania naik begitupun Erfan yang berlalu bersama asap knalpotnya yang mengepul.

Pak Gilang menoleh. Dua murid itu telah kabur.

"AWAS KALIAN!"

Ngengggg Brummm...

Mereka terus saja berkeliling hingga jam pulang sekolah sudah tiba. Sengaja katanya. Biar kalo mau pulang orang rumah gak pada curiga.

"Istirahat bentar yu sebelum pulang. Gue traktir." ajak Erfan yang akhirnya berhenti di sebuah kedai donat.

Erfan memesan dua potong donat dan kopi hitam hangat. Kalau Dania sih milih White Coffe. Katanya kalau minum kopi hitam pernafasannya suka terasa pengap gitu.

Sajian itu sudah di depan mata. Dania sudah tak sabar ingin minum jenis kopi kesukaannya. Namun gerakannya terhenti saat tiba-tiba Erfan menyibak rambut Dania dan menyempilkan beberapa helai ke balik daun telinganya.

Dania mematung. Hatinya heboh. Tapi bibirnya ingin mengumpat saja rasanya.

"Dasar udah mulai berani aja dia!" batin Dania

"Hehe."

Erfan malah tersenyum tak berdosa.

"Kalian butuh apa dari gue?" suara itu terdengar di meja sebrang.

Diam [COMPLETED]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora