83 - Cinta yang baru

Start from the beginning
                                    

"Hei lagi beli udang. Lo ngapain?" jawab Erfan datar. Namun matanya terus tertuju pada mantan kekasihnya itu.

"Ah ini lagi ngomongin liburan. Ikut ya lo!" ajak Toni. Dania kaget. Ya meskipun mereka sahabatan, setidaknya Toni tidak seceroboh itu mengajaknya tanpa persetujuan yang lain.

"Nggak ah. Dania gak suka gue ada disana. Lagian dia udah ada orang lain." Erfan menajamkan tatapannya pada Rahmat.

"Dan, gapapa kan Erfan ikut?" Toni meminta ijin

Dania diam. Takutnya rencana move on itu malah gagal.

"Gapapa Dan biarin dia ikut aja." Rahmat yang berbicara. Semua mata memandangnya. Lalu keputusan telah dibuat.

***

Mereka sudah berkumpul di stasiun. Terkecuali Dania.

Ia menggendong tas ransel dan berjalan melewati Bu Desi dan suaminya yang sedang bermesraan di ruang tamu.

"Sayang BPJS papahku belum dibayar tuh." kata Om Kiki

"Iya besok aku bayar ya."

Percakapan itu sekilas terdengar.

"Kamu mau kemana?" kata Bu Desi menghentikan langkah anaknya. Dania berhenti dan menjawab ketus.

"Mau main. Ga usah khawatirin aku."

"Dania kamu gak baik bicara gitu nak. Dania." anaknya menghilang dibalik pintu.

Di stasiun.

"Ayo Dan." teriak Rani dari kejauhan.

Mereka naik dan kereta mulai melaju. Selama diperjalanan Rani sibuk selfie. Yang lain tertidur lelap.

Kamera Rani terpikat pada sebuah pemandangan yang luar biasa. Erfan duduk dipaling ujung kursi. Ditengah Rahmat. Dan disisi satunya Dania yang duduk samping jendela namun tidur bersandar ke bahu Rahmat. Sungguh cinta segitiga yang rumit.

Cekrek.

Sesampainya di Yogyakarta mereka langsung ke Candi Borobudur dan menikmati pemandangan disana. Tak lupa mereka juga menghormati orang yang sedang berdoa dengan berlaku sopan dan santun.

Mereka hendak sampai puncak namun Dania nampak kecapean. Sakit kepalanya kembali terasa. Ia terduduk diujung tangga.

"Lo gapapa?" tanya Rahmat sigap dan memberinya air minum.

"Gapapa Mat. Kecapean aja."

"Gue gendong ya." Rahmat menarik lengannya.

"Eh Mat." Pandangannya menatap Erfan namun hatinya memilih Rahmat.

Rahmat menggendongnya dan naik keatas. Erfan hanya bisa menelan ludah dan mengepal geram. Rani dan Toni malah menatap iba padanya.

Setelah sampai dipuncak mereka berfoto bersama. Namun seseorang tiba-tiba ikut nimbrung.

"Bontot!" kata Erfan senang

"Heiii kalian aduh gue kangen sumpah." jawab Bontot memeluk geng "De Bawangs" nya, Erfan dan Toni.

"Jijik lo." Erfan ketawa dan melepaskan pelukan. "Hei Lis." sambungnya melihat Lilis yang tersenyum.

"Ngapain kalian disini? Eh ada Rani juga."

"Iya haha." mereka mengobrol. Lilis menghampiri Dania.

"Dan. Lo makin cantik aja."

"Hei Lis. Haha biasa aja. Lo juga makin cantik, anggun juga. Gue sempet gak ngenalin lo barusan."

"Haha iya berkat dia gue jadi kayak gini." Lilis tersenyum. Ia menatap Rahmat. Merasa pernah bertemu sebelumnya.

"Sayang sini bagi kabar bahagia kita." ucap Bontot. Lilis menghampirinya dan memberi kabar bahwa mereka berencana akan serius sampai ke jenjang pelaminan.

"Wah kapan nih?" Erfan ikut bahagia

"Ntar dikabarin lagi oke. Yang penting nomer HP jangan pada ganti."

"Siappp. Kok di kelas lo gak cerita duluan ke gue?" kata Toni sedikit protes

"Spesial lah. Gue pengen bos kita denger juga." maksud Bontot adalah Erfan, bos De Bawangs.

"Emmm." Bontot meneliti Rahmat. Lalu ia menepuk bahu Erfan seperti memberi kata semangat.

Tak lama mereka berdua pergi. Lalu liburan pun berlanjut ke Malioboro, Pantai Gumuk Pasir, dan istirahat di Hotel.

Selama liburan itu berlangsung Rahmat selalu memamerkan kasih sayangnya pada Dania hingga membuat Erfan merasa terganggu. Tapi disana ia mencoba mengingat nasihat Reynand untuk membiarkan Dania sampai dia merasa tenang karena perbuatannya dulu.

Hari berganti. Liburan singkat terasa sangat menyenangkan. Terkecuali Erfan yang terus saja disuguhi pemandangan yang menyayat hatinya. Apa mungkin ini karma atas perbuatannya dulu pada Dania?

Siang hari mereka pulang. Menaiki kereta yang sama seperti sebelumnya.

Erfan tak bisa tidur. Teriknya matahari membuatnya tak betah tidur. Ia bangkit dan pergi ke wc.

Ia kembali dengan Dania yang terbangun kepanasan. Ia seperti sedang mencari air minumnya yang ternyata habis. Erfan bingung ingin memberinya minum namun yakin Dania akan menolaknya. Akhirnya ia meminjam seragam seorang karyawan kereta dan memesan air minum.

"Maaf mbak ini ada air minum silahkan diambil." kata Erfan dengan topi yang menutupi wajahnya

"Hmm? Tapi saya gak pesan minum Mas." Dania nampak bingung

"Ini gratis. Kasian mbaknya kepanasan."

Dania menerimanya dan berterima kasih.

Erfan kembali dan memberikan sejumlah uang atas seragam yang disewanya barusan. Dari kejauhan ia melihat Dania kembali tidur tanpa menyadari bahwa Erfan tak ada disana.

Ia duduk disampingnya dan mengelap keringatnya. Ia berbisik bahwa ia berjanji akan membuatnya jatuh cinta lagi.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now