Tatapan Erfan kenapa jadi seserius ini sih.

Dania akhirnya mengalah dan menuruti apa kemauannya.

Beberapa gelas sudah diteguk habis. Bahkan hampir tiga botol penuh. Dania hanya mencicip sedikit. Segelas pun tidak.

Erfan sudah keleyengan. Sepertinya ia sudah mabuk.

"Aku sedih liat kamu kayak gini." Dania menahan Erfan yang hampir terjatuh.

"Aku sayang kamu. Kamu jangan pergi. Jangan tinggalin aku." kata Erfan dengan intonasi yang tidak jelas. Dania mendekat untuk bisa mendengar jelas apa yang dikatakannya.

 Dania mendekat untuk bisa mendengar jelas apa yang dikatakannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aku sayang kamu juga tapi kamu jangan kayak gini."

"Aku cemburu liat kamu dideketin cowok lain sampe dia bisik-bisik dan nyentuh kamu."

Dania kaget. Apa memang orang mabuk itu suka ngelontarin apa yang selama ini jadi unek-uneknya?

"Aku juga cemburu kamu deket sama cewek lain termasuk temen gamers kamu itu. Si rambut pirang kenapa sih nempel terus sama kamu. Sampe peluk-peluk dan acak-acakin rambut kamu segala?"

"Oh dia Tiffany. Dia emang turunan luar jadi ya pergaulannya beda sama kita."

"Terus kenapa kamu diem aja digituin?"

"Aku gak enak sama dia kalo aku menghindar."

"Aku yang lebih gak enak pacarku dipeluk sama cewek lain."

Erfan menatap. Dan memeluk erat Dania.

"Maaf sayang."

Dania menghela napas dan berusaha berkata "Iya gapapa."

"Terus cowok tadi bisikin kamu apa?"

"Dia bilang kita juga harus ke ultahnya Lilis di ruangan sebelah."

"Lilis? Dia ulang tahun?"

"Loh kamu gak tau? Awalnya aku kira kamu ajak aku ke ultahnya dia. Ternyata ultahnya Rey."

"Kamu diundang sama Lilis?"

"Iya. Kamu juga. Bontot bilang kita wajib banget datang."

Erfan diam.

"Ayo sekarang aja."

"Tapi kamu masih mabuk."

"Gapapa daripada nanti lupa."

"Kita pamit dulu sama Rey."

Dania meminta orang lain untuk memanggil Rey. Karena ia tak bisa membiarkan Erfan sendirian ditengah mabuk beratnya.

"Eh dia udah mabuk aja hahaha." kata Rey tertawa.

"Bacot lo." Erfan menoleh dengan mata sayunya.

"Rey kita pamit dulu ya mau ke acara ultahnya Lilis di sebelah."

"Oh oke. Kalo sempet kesini lagi aja."

"Iya. Makasih ya."

Dania dan Erfan berlalu dan memasuki ruangan sebelah dengan memperlihatkan undangan yang diterimanya dari Bontot tadi.

Suasanya tak kalah ramai dengan ultahnya Rey. Lilis menyambut dengan gembira.

"Akhirnya kalian datang. Apa kabar?"

"Baik. Maaf ya kita terlambat. Btw Happy Birthday Lis."

"Thankyou! Eh Erfan kenapa?" tanyanya melihat Erfan yang lemas dipelukan Dania.

"Ah hehe dia kebanyakan minum tadi di acara sebelah."

"Oh hehe yaudah sini gue bantu." Lilis hendak melingkarkan lengan Erfan ke lehernya juga namun Dania menolak untuk dibantunya.

"Tapi lo kasian berat."

"Gapapa hehe. Lis kadonya belum gue bawa di mobil. Ntar sebelum pulang gue kasih ke lo ya."

"Iya no problem. Atau mau sekarang? Erfan sama gue dulu."

"Ntar aja Lis hehe."

Bontot datang ikut bergabung.

"Akhirnya datang juga. Eh Erfan kenapa? Mabuk?"

"Iya tadi kebanyakan minum hehe."

"Eh ini dimana sayang?" kata Erfan melihat sekitar

"Kita udah di acaranya Lilis."

"Oh hei Lis apa kabar? Happy birthday ya! Makin cantik aja." Erfan bersalaman dengannya.

"Hei baik kok. Thankyou ya!" Lilis tersenyum

"Ekhem." Bontot sengaja batuk. Mungkin ia cemburu.

"Eh itu siapa? Kok kayak kenal." Erfan menunjuk seorang perempuan berumur yang tengah asik menjamu tamu.

"Oh iya itu Mamah gue Fan."

Erfan tak sempat mendengar jawaban Lilis. Ia hanya berjalan menghampiri wanita itu.

Samar-samar ia mengingat. Wanita itu sudah tak asing di kehidupannya. Tapi siapa?

Kepala Erfan semakin pusing. Ingatannya terganggu karena dirinya sendiri dalam keadaan mabuk.

"Lo!" teriaknya

Wanita tua itu kaget dan menatap.

"Siapa kamu?"

Erfan membelalakkan matanya. Kini ia yakin wanita itulah yang akan dinikahi Ayahnya dulu. Ya. Dia si orang ketiga penghancur rumah tangga orang tuanya.

Lilis, Bontot dan Dania berlari mendekat. Dania menahannya saat Erfan hendak menampar wanita itu.

"Siapa kamu? Berani-beraninya!"

"Lo orang ketiga yang hancurin keluarga gue. Lo yang dulu mau dinikahin bokap gue. Iya kan?"

Wanita itu bengong. Namun lama-lama ia juga mulai mengingat. Wajah Erfan memang tampak mirip dengan anak dari lelaki yang akan menikahinya dulu.

Semuanya kaget. Jadi inikah wanita itu?

"Jadi maksud Erfan masalah keluarganya ada sangkut pautnya sama Lilis itu ini. Lilis anak dari wanita yang akan jadi istri kedua ayahnya? Jadi kalo misalkan semuanya terjadi, Lilis bakal adik kakaan sama Erfan? Adik tiri?" bisik Dania dalam hati

"Hei pelacur! Ini gue. Gue anak dari cowok yang lo kejar-kejar dulu. Gara-gara lo nyokap gue rela dipoligami. Gara-gara lo bokap gue mati. Gara-gara lo keluarga gue hancur."

Semua mata tertuju pada kejadian itu.

"Apa benar Mah? Semua yang dikatakan Erfan benar?" tanya Lilis dengan air matanya yang sudah berlinang.

"Iya nak. Semua yang dikatakannya benar. Maafin Mamah."

Lilis berlari pergi dengan tangisannya. Bontot mengejar. Sedangkan Erfan langsung mengajak Dania keluar dengan sempoyongan.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now