62 - Dian Juliani

Start from the beginning
                                    

"Dia lebih mirip peramal dibanding psikolog."

Was wes wos...

Sosialisasi dimulai kembali dengan pengenalan universitas terlebih dahulu.

15 menit berlalu.

Citra menyenggol siku Dania tanpa menoleh.

"Dan mereka ganteng banget ya. Apalagi yang baru semester 1 itu. Masih imut banget." kata Citra kesemsem kayaknya.

Dania tak menggubris ia hanya menerima selembaran brosur yang dibagikan salah satu murid kelas ini.

"Oke sudah kebagian kan semuanya?" kata Hilman. Dia anak psikolog tapi bodinya biaragawan banget. Itu otot kecetak banget sumpah.

"Sudah."

"Baik dicukupkan sekian dari kami. Mohon maaf apabila ada kesalahan. Kami tunggu di UI ya semuanya." penutupan dari Hilman. Tapi anak-anak masih saja histeris seperti tadi.

Citra terus saja menggoyangkan siku Dania sambil terus menatap mereka. Huh dasar.

Dania kembali menatap ke depan dan lantas mendapat senyuman dari Reynand yang ternyata sedang memperhatikannya.

Deg.

"TERLALU MANIS SIH. SERIUS! EH,." bisiknya refleks.

Dania memalingkan pandangan dan berusaha untuk tetap terlihat normal.

Tak lama mereka keluar dan suasana kelas kembali tenang.

Saat itu juga Erfan telpon.

"Halo curut."

"Halo. Iya ada apa kutu?"

"Hmm..."

"Ada apa? Ngomong aja."

"Pulang sekolah kamu senggang kan?"

"Iya. Kenapa?"

"Aku mau ngajak kamu ke rumahku."

"Serius? Aaa seneng banget!"

"Iya. Nanti aku jemput."

"Eh tapi aku harus dandan yang cantik dulu biar Mamah kamu suka."

"Maaf untuk itu. Aku belum bisa kenalin kamu sebagai pacar."

"Oh... Yaudah kalo kamu otw jemput kabarin ya. Aku masih ada kelas."

"Iya sayang. Dah loveyou."

"Loveyoutoo."

Klik.

"Ciie yang mau dikenalin ke calon mertua." goda Citra yang menguping

"Ih lo denger?"

"Denger lah orang daritadi gue disini."

"Eh hehe." wajah Dania agak cemberut

"Mungkin dia belum siap buat kenalin lo sebagai pacar. Setidaknya dia udah berani bawa lo ke rumah. Sabar ya."

"Iya."

Mata pelajaran telah selesai tepat pukul 16.00. Erfan menepati janjinya untuk menjemput dan membawa Dania ke rumahnya. Tampilannya sederhana. Hanya gadis lugu berseragam sekolah SMA.

"Assalamualaikum Erfan pulang." katanya membuka pintu.

"Waalaikumsalam. Eh ada tamu. Silahkan masuk." sambut hangat beliau. Erfan masuk diikuti Dania.

"Kamu duduk disini dulu ya aku mau ganti baju."

Dania mengangguk dan tibalah segelas jus untuknya.

"Makasih tante."

"Iya. Silahkan diminum ya tante ke dapur sebentar."

"Iya hehe." jawab Dania canggung. Duh Erfan mana sih.

Beberapa menit kemudian Erfan turun dan duduk disebelah pacarnya. Ibu pun ikut bergabung.

"Jadi siapa ini?" goda Ibu

"Temen bu."

"Hehe saya Dania bu salam kenal."

"Waduh iya iya. Beneran nih cuma temen?"

"Iya bu."

"Cantik dan manis. Hehe Ibu suka."

Tolong dong pipi Dania matang nih!

"Makasih tante bisa aja." Dania tersipu

Mereka mengobrol bersama. Dari cerita Erfan kecil yang takut kecoa dan jarum suntik hingga terjatuh dari gerobak sampah pun berhasil mengundang tawa.

"Oh iya Fan. Tadi Dian..."

"Bu." sela Erfan

"Dan bentar ya."

"Iya."

Erfan mengajak Ibunya ke dapur.

"Bu tolong jangan bahas Dian di depan Dania."

"Loh kenapa? Tadinya sekalian mau bilang kalo rumah baru kita udah beres."

"Jadi..."

"Iya sebentar lagi kita pindahan. Dian bilang dia bisa bantu."

"Secepat inikah bu?"

"Iya. Maaf mendadak."

Erfan menunduk. Ia bingung. Sedih dirasa. Tapi disisi lain ada kesenangan yang tersembunyi.

Mereka kembali ke ruang tamu dan mengobrol seperti sebelumnya.

Hari sudah larut. Dania pamit untuk pulang. Ia sudah menunggu diluar. Erfan tengah bersiap untuk mengantar.

"Besok kesini lagi ya. Kita masak bareng." kata Ibunya Erfan semangat.

"Iya tante." jawab Dania yang sama semangatnya.

Erfan keluar dan mencium pipi Ibunya.

"Aku pamit dulu Bu."

"Iya hati-hati jangan ngebut."

Erfan naik diikuti Dania di belakangnya. Brummm...

Di tengah perjalanan Dania meminjam hp Erfan untuk berfoto. Namun satu panggilan dengan background foto itu membuatnya penasaran.

"Ini ada telpon." ucap Dania

"Dari siapa?"

"Dian Juliani."

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now