"Hmm iya gue ngerti."

Citra merasa aneh dengan sikapnya. Biasanya kan cewek kalau sedang merasa sedih suka ingin curhat. Share gitu. Tapi Dania?

"Cit gue boleh main kan ke rumah lo?"

"Hmm?" Citra tersentak. Bagaimana ini? "Jangan sekarang ya."

"Kenapa?"

"Rumah gue berantakan."

"Ya namanya juga ditinggali pasti berantakan."

"Bukan itu masalahnya. Gue gak punya kekayaan yang selama ini dihaluin."

"Halu? Halusinasi?"

"Iya. Rumah mewah. Mobil. Ibu yang kerja dengan asetnya sendiri. Itu semua halusinasi gue aja. Padahal kenyataannya rumah gue gubuk dan ibu cuma orang tua biasa. Maaf udah pura-pura kaya."

"Jadi selama ini lo bohongin kita semua? Gue sih gakpapa Cit. Tapi orang-orang."

"Maafin gue Dan."

"Udah. Jadiin pelajaran aja. Yang penting sekarang lo udah berubah dan jangan ngulangi lagi." Dania merangkulnya. Citra bersyukur mempunyai teman seperti Dania yang tak pernah pandang bulu. Tapi untuk soal ke klub malam Citra belum bisa jujur. Itu aib besar!

Waktu terus bergulir dengan cepat. Ini waktunya untuk istirahat di kantin. Dania dan Citra duduk di bangku yang bersebelahan dengan Duo Bawangs yang tersisa, Bontot dan Toni.

Bontot canggung. Toni malah curi-curi pandang pada Citra.

"Gimanapun gue udah kasar sama cewek itu salah." bisik Bontot

"Gue gak mau Lilis dikasarin juga sama cowok lain." sambungnya

Tring.
Dari Lilis💖
"Bontot cuyung nanti kalo mau kesini bawain makanan ya. Gue laper."

"Iya ratu hatiku."

Toni sendiri belum tahu kalau sahabatnya Bontot sudah resmi berpacaran dengan Lilis tepat setelah bertemu Erfan kemarin.

"Itu yang satunya siapa sih? Toni ya namanya kalo gak salah? Ngeliatin gue mulu masa." komplen Citra

Dania tertawa dibuatnya. Bontot tiba-tiba mendekat.

"Dania gue minta maaf atas kejadian waktu itu. Gue gak bermaksud kasar, tapi dulu gue kebawa emosi."

Dania mendongak. Ada angin darimana sehingga satu momen ini tak pernah terbayangkan sedikitpun. Momen sederhana namun banyak arti.

"Lo maafin gue kan Dan?" lanjut Bontot tak sabar

"Iya gue maafin."

Bontot girang. Akhirnya rasa bersalah ini terhempas sudah. Hanya saja Toni memang kayak orang gila. Senyam senyum sendiri dari tadi.

Hari demi hari dilewati tanpa ada senyum Erfan yang berbalas. Semuanya nampak hambar bahkan rasanya seperti akan berakhir disini.

Hari minggu ini Erfan pulang ke rumahnya.

Diam [COMPLETED]Where stories live. Discover now