"Itu bukan bokap gue! Dia setan. Dia iblis!"

"Hah?"

"Dia brondong yang dipacarin Mamah 2 taun yang lalu. Dia cuma pengen meres nyokap doang! Gak lebih."

"Oke kita ikutin."

Mobil Indra berjalan mengikuti arah laju mobil bu Desi. Semakin lama semakin ngebut bahkan sesekali kehilangan jejak.

Beberapa hari yang lalu mereka sepakat untuk memakai mobil Indra sementara selagi menunggu mobilnya Tya yang dipinjam Bibinya. Sebagai upahnya Tya akan membuatkan sesuatu untuknya. Ya paling juga kue racun.

Sudah setengah jam berjalan. Mobil bu Desi masih saja belum berhenti. Tapi beberapa menit kemudian mobil itu terhenti di sebuah bank perkreditan.

Tya dan Indra memantau di dalam mobil.

"Mamah ngapain kesini?"

"Coba deh lo telpon."

"Gila aja lo. Cari mati?"

"Ya maksudnya basa-basi aja tanyain Mamah lagi dimana. Kalo dia jawab jujur ya sekalian tanya mau ngapain di tempat itu."

"Boleh juga lo wkwk. Bentar gue telpon dulu."

Nuttt ...
Panggilan tersambung.
Panggilan berlangsung.

"Halo?" Bu Desi memulai percakapan

"Halo Mah lagi dimana?"

"Em... Masih di sekolah nih kenapa?"

"Iyakah? Nggak sih Tya mau nawarin aja mau bubur kacang ijo apa nggak?"

"Ah boleh tuh. Beliin ya. Ntar di rumah Mamah ganti uangnya."

"Siap. Yaudah udah dulu ya Mah."

"Oke."

Tuttt.
Panggilan ditutup.

"Nyokap bohong. Dia bilang masih di sekolah."

"Hah? Terus gimana dong?"

"Bentar. Lo bantuin gue mikir coba mereka mau ngapain kesini."

Krikk.. Krikk..

10 menit kemudian.

"Nyokap lo udah punya kartu kredit belum?"

"Belum."

"Nah itu jawabannya. Berarti dia mau bikin kartu kredit. Orang ini bank perkreditan masa iya mau beli oncom."

"Ya Allah lo pinter banget sih Ndra aduh muach muach dabest banget dah lu." Tya riang akhirnya misteri terpecahkan.

"Pinter apanya lo nya aja yang oon."

"Tapi kok Mamah ngedadak mau bikin kartu kredit ya? Kenapa? Apa jangan-jangan ini atas suruhan si Kiki taik itu?"

Indra terdiam. Hanya menyimak.

"Bangsat emang tuh orang anjing!"

Indra masih diposisinya.

"Ndra ntar anter gue beli bubur kacang ijo Mang Aep ya. Gegara bohong gue juga kan yang kena. Senjata makan tuan ini mah haduhh!"

Suasana di rumah Dania.

DVD sudah menyala. Serial Spongebob's Squarpants diputarnya. Tak disangka dia dan Rahmat memiliki selera kartun yang sama.

Dania duduk di sofa. Sedangkan Rahmat merebah di karpet empuk beserta bantal.

Cemilan tersedia beberapa kaleng. Sampai yang manis seperti snack Sponge rasa coklat pun ada.

Lampu dimatikan. Sudah seperti di bioskop saja memang.

"Berani banget sih lo Dania berduaan ama cowok di rumah. Gelap-gelapan lagi. Ntar lagi kalo mau ngomong disaring dulu. Gini kan hasilnya aduh!" -Dania

"Dan udah lo nyerah aja buat dapetin Squidward. Squidward buat gue." kata Rahmat yang keasikan.

"Hmm nggak lah enak aja. Squidward hak paten milik gue."

"Apa sih yang dibanggain dari dia? Patrick atau Sandy kan juga bisa lo jadiin favorit."

"Lo ngerendahin tapi lo sendiri juga suka. Bangsul wkwkwk."

Bentar.

"Bangsul? Jadi inget Erfan. Dimana ya dia sekarang?" -Dania. (Bangsul : Kata lemas dari Bangsat. Biasa bahasa anak gaul).

Tok.. Tok.. Tok..

Dania menoleh. Apa yang datang Dani ya? Ia segera berlari ke depan dan menarik pintu.

Wajah itu lagi. Jajang dihadapannya sekarang.

"Jajang?"

"Hai." Jajang tesenyum

"Ah ayo masuk hehe."

Jajang masuk. Dania menutup pintu dan duduk di depan Jajang.

"Dan sebelumnya aku minta maaf."

"Wah nggakpapa kok Jang hehe santai. Lagian ntar aja maaf-maafannya kalo lebaran. Biar numpuk gitu dosa kamu ke aku."

"Wkwk jangan dong."

"Hehe ada apa Jang?"

"Aku..."

Rahmat datang menghampiri mereka.
"Siapa Dan?" tanyanya

"Dia sahabatku waktu SMP. Kenalin Jajang namanya."

Rahmat bersalaman dengannya dan duduk disamping Dania.

"Gue juga sahabatnya." kata Rahmat tersenyum. Jajang mengangguk dan menunda percakapan yang terpotong tadi.

Pintu terbuka lagi. Seseorang masuk.

"Dani." sapa Dania

Ia bingung saat melihat sofa ruang tamu terisi tak seperti biasanya. Ada Dania yang tentu saja majikan sekaligus gebetannya. Rahmat rival sejatinya dan satu orang asing.

Dani menghampiri dan ikut berkumpul.

"Ada acara apa Dan?" tanyanya

"Tidakkk! Mampus dah gue semuanya pada ngumpul disini. Ohhh gue harus ngapainnn???" -teriak Dania dalam hati.

•••

Diam [COMPLETED]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora