Bab 81 - H-6 Jam (flashback)

41 8 8
                                    

Pukul 8 pagi, seperti janjinya, Regy sudah berada di depan pintu kamar Sora menjemputnya untuk sarapan. Kamar mereka kebetulan ada di lantai yang sama, jadi mudah bagi mereka untuk saling menghampiri.

"Yuk, sa—"

Kalimat ajakan Regy terpotong, tersadar yang membuka pintu bukanlah Sora.

"Eh, Regy kok di sini?"

Regy memasang cengiran yang paling lebar menyambut kehadiran Vira yang tidak terduga. "Pagi, Tante."

"Bukannya kamu ada ujian?"

Bukannya Tante katanya nggak bisa dateng?

"Eh—ng...biar ada yang nemenin Sora ujian susulan..."

Entah alasan bodoh macam apa itu.

"Berarti harusnya Kylo bisa dong ya ke sini?"

"Nama keluarga kita bukan Ramuna, Ma."

Oh hai, Cantik!

Wajah kesayangan Regy menyembul dari belakang punggung ibunya. Bare face Sora yang baru bangun tidur punya damage visual tersendiri bagi Regy. Polos dengan rambut agak berantakan, terkadang mata yang masih sedikit menyipit menahan kantuk. Definisi 'belum apa-apa sudah secantik ini'.

"Gy, lo duluan aja sama Mama. Gue belum mandi."

Bisa-bisanya Sora ngacir ke kamar mandi, meninggalkan Regy dan Vira berdua. Untung Vira sudah menganggap Regy seperti anak sendiri. Jadi, tidak canggung-canggung amat.

"How was your flight, Tante? Aku kira Tante nggak bisa ke sini." Regy bertanya saat mereka berdua menunggu lift menuju restoran di lantai dasar.

"Duh, dari kemarin malam kerjaan Tante cuma berantemin semua orang. Bos Tante—gara-gara Tante ngotot nggak mau ikut client visit ke Bandung. 'You can fire me, I don't give a fuck! My daughter has a huge game tomorrow and I need to be there for her!'"

Vira belum selesai sampai di sana. Setelah lift bergerak turun, ia lanjut bercerita dengan takaran menggebu-gebu yang sama.

"Tadi pagi ground staff-nya Garuda Tante omelin. Bisa-bisanya pesawat cancel dan Tante mau dipindah ke pesawat jam 3 sore. Sampai Tante buka berita pertandingannya Sora dan Tante lihatin ke mereka. 'Ini anak saya! Anak saya mau bertanding jam 2, masa kalian terbangin saya jam 3!'"

"Trus gimana?"

Kisah perjuangan Vira menyedot minat Regy. Keluarga itu, kalau ribut-ribut pasti seru. Ya Kylo, ya Sora, ya Vira—biasanya cerita mereka ditutup dengan plot twist yang mencengangkan.

"Pak Menteri. Menpora, di belakang Tante."

Regy terbahak kencang. Kali ini plot twist-nya benar-benar di luar nalar.

"Kebetulan dia ada dinas di Singapura. Gara-gara denger omelan Tante, dia jadi pengen nonton Sora. Tante malah ikut rombongan Menteri. Semua ajudan sama staff-nya baik banget sama Tante. Pada nanya, gimana sih ngebesarin anak biar bisa kayak Sora. Tante bilang aja dikasih ragi trus dibungkus daun pisang kayak bikin tape ketan."

Dan serentetan ucap konyol lainnya yang mengocok perut Regy sampai pintu lift terbuka dan mereka masuk ke dalam restoran. Sora benar-benar mewarisi bakat lawak ibunya dengan sempurna.

Restoran itu cukup besar dengan pilihan hidangan prasmanan memenuhi sepertiga luas ruangan. Mulai dari yang standar seperti egg station, bread station, salad, sosis, bacon, ham, baked beans, dan serentetan sarapan ala barat lainnya, hingga cita rasa dari berbagai negara—Indonesia, Jepang, Tiongkok, Korea, India, western, Vietnam, dan—

"Vegemite?"

Australia.

Pram berjengit di samping Regy saat Regy mengambil tiga lembar salmon sashimi. Jarinya menunjuk pada selai berwarna hijau gelap di dalam toples kaca. Papan nama selai itu menunjukkan nama yang sama dengan yang Pram ucapkan barusan.

Regy setuju dengan Pram. Dia punya pengalaman buruk dengan makanan itu.

Mereka duduk sebelum Vira. Vira datang 2 menit kemudian dengan sepiring salad.

"Tante udah kenyang tadi makan di pesawat," ujar wanita itu sebelum kedua laki-laki muda di hadapannya bertanya.

Sejenak meja itu sunyi karena semua orang berfokus dengan makanan dan pikiran masing-masing. Hingga Vira mengangkat topik itu.

"Ibu kalian tahu soal ini semua?"

Regy dan Pram bertukar lirikan. Sebelah sudut bibir Regy tersimpul. "Kita hampir ditarik ke US."

"We are playing such a dangerous game with her." Vira meneguk sedikit infused water di dalam gelas pendek. "But thank you for risking your life for my daughter."

"Don't mention it," balas Regy disertai dengusan tawa samar yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Tak habis pikir, apa isi otaknya waktu itu sampai-sampai setuju menjual jiwanya ke satu iblis demi menantang iblis lainnya.

***

"Berhenti beliin Sora barang-barang mahal."

Malam itu, langkah Regy menuju pintu rumah Sora untuk pulang terhenti seketika. Regy pikir tak ada siapa-siapa di lantai dasar. Sora dan Kylo di kamar masing-masing. Area ruang tengah, ruang makan, dan dapur yang tanpa sekat sekilas nampak gelap. Ternyata di dekat satu-satunya cahaya temaram di meja makan, ada Vira sedang duduk ditemani segelas wine merah.

"Eh—maaf, Tante. Saya kira tadi Tante belum pulang—"

"Duduk." Vira menebas basa-basi Regy.

Regy menurut—paham betul rantai makanan di bawah atap rumah itu, di mana Vira adalah predator utama dan Regy hanyalah bakteri pengurai.

Sesaat Vira tak bersuara dan asyik mengisi ulang wine di gelasnya dari sebotol Chardonnay yang selalu disimpan di rak atas dapur. Semoga wanita itu tidak sadar kalau isinya berkurang dari seharusnya karena diam-diam Regy pernah mencicipi sedikit. Oh, it was a fine wine!

"Kamu nggak akan berhasil merayu anak saya dengan materi. She's my daughter and I taught her well."

Kepala Regy otomatis menunduk karena malu dan volume suaranya pun hanya tersisa setengah. "Maaf, Tante. Saya nggak bermaksud merendahkan Sora."

"If you want to impress her—" Vira meletakkan gelasnya di atas meja dengan perlahan, nyaris tanpa suara. "—protect her dream."

Punggung Regy menegak, matanya membuka, dan telinganya siap menyimak ketika Vira menunjukkan sebuah artikel tentang SEAFY di layar ponselnya.

Mata Regy bergerak membaca artikel itu lalu menatap Vira. Ia memerlukan penjelasan lebih lanjut. "Sora bilang dia di-banned dari semua pertandingan."

"Di Indonesia. Dia dilarang bertanding di Indonesia."

"Tapi bukankah itu berarti dia juga tidak bisa ikut seleksi nasional?"

"Hak prerogatif seleksi nasional oleh salah satu klub adalah bullshit. Tante udah cari tahu soal itu. It's just a chain of corrupted systems. Dan karena anggar bukan cabang olahraga populer di Indonesia, kurang ada tekanan sosial untuk menginvestigasi hal itu."

Bahkan di tengah keremangan cahaya, Regy bisa melihat mata Vira menyala.

"Sora berhak ada di sana. Tapi seseorang merampas kesempatan itu dan membuat mentalnya berantakan."

Kata-kata terakhir Vira meremas paru-paru Regy. Siapa pun orangnya, Regy ingin sekali melihat orang itu bertekuk lutut di hadapan Sora. Di sisi lain, untuk membuat Sora kembali ke lapangan, Regy perlu uang yang tidak sedikit. Dan tidak ada cara lain selain menghadapi ibunya sendiri.

Bunyi ketukan tipis dari ujung kuku Regy yang beradu dengan permukaan meja kayu mengisi keheningan. Hingga akhirnya ketukan berhenti, tandanya Regy telah mengambil keputusan.

"I need to talk to my lawyer."

Gadis itu membuat Regy berdiri di ambang kewarasannya.

***

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang