Bab 43: Masih di Bulan Juli: Elle's Dinner

60 14 2
                                    

Elle's Dinner.

Sebuah restoran bergaya Amerika, terletak di sebuah ruko pinggir jalan dekat SMA Navia. Di meja nomor 5, Regy duduk sendiri memainkan sisa-sisa selada dari salad di piringnya. Otaknya berpikir keras tapi jiwanya kering.

Bagaimana caranya mengalahkan seorang Rafael McKiehl?

Semua orang sayang Fael.

Semua guru memaklumi kebodohan Fael.

Semua cowok pikir Fael itu adalah standar keren.

Semua cewek pikir kepolosan Fael adalah sisi lain dari dirinya yang menggemaskan.

Dan sekarang Sora pun tersihir.

Dari ucapan sih Sora berusaha terlihat biasa-biasa saja, tapi cara Sora tersenyum pada Fael—Regy saja belum pernah mendapatkan senyum seperti itu darinya.

Fael juga mulai banyak tertawa. Fael yang dulu selalu memasang wajah dingin dan tidak banyak bicara, sekarang dikit-dikit tertawa kalau Sora sudah melucu. Mata Fael juga 'hidup' tiap kali Sora ada di dekatnya. Apa Fael juga menyukai Sora? Apa dia sudah lelah jadi butler Ema?

Kalau Fael masuk bursa, Regy lebih baik mundur sebelum bertanding. Kemungkinan menangnya lebih kecil dari salju turun di Jakarta.

Tapi ini soal Sora. Hal itu yang membuat Regy bertahan. Kalau Sora jatuh ke pelukan laki-laki lain, lalu apa yang tersisa untuk Regy merasa bahagia?

Pintu berdenting terbuka. Satu keluarga memasuki restoran. Seorang ayah yang mungkin berusia 50 tahunan, ibu yang sedikit lebih muda, seorang remaja laki-laki dan—

Kinan?

Tampaknya Kinan tak sadar keberadaan Regy di sana. Wajahnya murung—sesuatu yang sangat aneh untuk seorang anak rantau yang kedatangan kedua orang tuanya. Apalagi ekspresi tegang menyelimuti kala laki-laki yang duduk di hadapannya bicara atau melakukan kontak fisik dengannya.

Kontak fisik? Jadi, itu bukan adik atau kakak Kinan?

Kinan hanya membolak-balik buku menu sebelum ia meninggalkan meja untuk ke toilet. Semenit kemudian, laki-laki itu beranjak menuju arah yang sama.

Something's definitely wrong.

***

"Kita tuh udah putus! Kenapa kamu pake bawa-bawa orang tuaku ke sini?"

Kinan membentak Arno, laki-laki yang sedang bersamanya di lorong menuju toilet. Sebenarnya ia ingin membentak lebih keras lagi, tapi takut jadi pusat perhatian.

"Yang bilang putus kan kamu! Aku nggak pernah setuju!"

"Putus itu nggak selalu perlu persetujuan kedua belah pihak!"

"Kamu kenapa ngotot gini sih?"

"Karena aku nggak mau lagi sama kamu!"

"Udah punya pacar baru emangnya?"

Di sanalah Kinan tersudut. Otaknya berputar-putar mencari seribu ide alasan tapi berakhir mengucap kebohongan.

"Iya!"

Takut terdeteksi bohong, Kinan menerobos Arno yang masih mematung tak percaya. Ya, Kinan pun tak mempercayai keputusannya untuk putus dengan Arno.

***

Arno dan Kinan dulu bak Raja dan Ratu di sekolah mereka. Dimulai dari jodoh-jodohan oleh teman-teman sekelas masing-masing, berita jadian mereka jadi landasan syukuran satu sekolah.

Jarang bertengkar, selalu terlihat serasi, Kinan dan Arno adalah kasta tertinggi sebuah hubungan pacaran. Keretakan mulai muncul ketika Arno mengetahui Kinan diam-diam mengisi formulir seleksi masuk Navia.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang