Bab 47 - The Epic Return (flashback)

73 12 7
                                    

Seisi villa terlelap setelah bermain kartu, hanya Regy yang masih terjaga. Berbaring di sofa, Regy menengadah menatap satu-satunya lampu downlight yang sengaja dibiarkan menyala agar ruang tengah itu tidak gelap total.

Walau bangunan utama sudah direnovasi total, Regy masih bisa merasakan kenangan yang tersisa dari kesendiriannya selama bertahun-tahun menjadi penghuni villa ini akibat diasingkan, disingkirkan, dan hampir dibunuh untuk dirampas hak-haknya dari Istana Ramuna.

Regy turun dari sofa, membiarkan telapak kakinya bersentuhan langsung dengan dinginnya lantai kayu. Ia berhenti sejenak di pinggir grand piano, teringat si guru piano galak yang suka memukul tangan Regy. Ya, walau dalam pengasingan, ibu Regy tetap menuntut Regy untuk lihai bermain piano.

"Biar kamu bisa memainkan satu lagu di upacara pemakaman Oma Salma."

Lalu, papan catur yang tadi Fael dan Willy mainkan, dulu Regy hanya boleh makan malam setelah mengalahkan Pak Tatang—salah satu pesuruh di villa itu. Sampai tengah malam, sampai perutnya berisik, tak ada keringanan untuknya.

Lagi-lagi ibunya memberi pesan yang aneh. "Biar kamu bisa temenin Om Garrett main catur di taman belakang."

Ternyata Pak Tatang adalah pensiunan atlet catur nasional.

Kemudian tangan Regy terjulur mengambil satu buku cerita anak-anak di rak kayu di belakang piano. Sejak awal membaca buku cerita itu, Regy merasa aneh kalau buku itu dilabeli sebagai buku anak-anak. Terlalu banyak intrik dan tragedi.

Perlu waktu bertahun-tahun bagi Regy untuk menyadari kalau buku itu ditulis oleh ibunya sendiri—secara tersirat menyampaikan garis waktu kehidupan Regy dan strategi perangnya untuk mengembalikan Regy ke rumah itu. Begitu sadar, ia langsung keluar dari villa itu dan pindah ke Jakarta demi memainkan perannya dengan sempurna. Diam, memantau, dan waspada. Hanya itu yang harus Regy lakukan—

Di kala ibunya bergerilya membabat habis semua musuh mereka dan meluluh-lantakkan seisi Istana Ramuna.

* * *

25 Oktober tahun lalu adalah hari yang sangat bersejarah bagi seisi klan Ramuna.

"Sekarang?"

Regy berbisik curi-curi mengangkat panggilan ibunya di tengah pelajaran.

"Iya. Harus sekarang. Nanti Pak Cahyo yang akan antar kamu."

Kata 'harus' menekankan pada Regy kalau ini adalah kesempatan terakhir mereka untuk kembali ke rumah itu. 10 tahun Regy harus menunggu, 10 tahun juga waktu yang diperlukan oleh kedua orang tuanya menyusun setiap langkah dengan sangat berhati-hati—

Demi satu hari ini.

Tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun atau Regy akan berakhir mengenaskan di tangan mereka.

Mobil Innova hitam menunggu di parkiran. Pak Cahyo, orang kepercayaan ibunya, menyambut Regy di samping pintu. Perawakannya kurus tapi kekar, kepalanya botak, wajahnya tak berekspresi. Dulunya pria itu adalah anggota TNI AL, salah satu yang terbaik. Dikeluarkan secara tidak hormat karena fitnah atasan, ibu Regylah yang menyelamatkan nyawanya.

Sebelum naik ke mobil, Regy sempat berhenti sejenak. Matanya tak sengaja menangkap keberadaan Sora berjalan dari arah gedung olahraga seorang diri menenteng pedang anggarnya. Seperti Regy, Sora pun berhenti untuk balas menatap.

Keragu-raguan menghinggapi Regy. Akankah Regy bisa melihat gadis itu lagi esok hari?

"Mas Regy, Ibu bilang harus berangkat sekarang."

Regy menurut, lanjut masuk ke dalam mobil. Begitu mobil meninggalkan area sekolah, dua sedan hitam dari arah berlawanan putar balik dan bergabung mengekor mobil Regy.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang