Bab 60 - Bertahan Seorang Diri (flashback)

69 10 7
                                    

"What happened in Jogja? Kenapa GM hotelnya kirimin Mama bunga dan permohonan maaf?"

Sora refleks menelan ludah mendengar pertanyaan ibunya di pagi hari.

Biasanya mereka sarapan dalam diam, tidak peduli urusan satu sama lain. Vira akan sibuk mengetik pada laptopnya. Mengejar meeting-lah, laporanlah, ada saja yang harus ia kerjakan. Sora akan membuat sarapannya sendiri, mencoba tak berlama-lama di sana karena tak tahan hawa canggung yang menyelimuti mereka. Kylo berangkat paling pagi. Tidak sarapan sama sekali. Sepertinya dia benci melihat wajah ibu dan kakaknya di pagi hari.

Ini adalah percakapan pertama mereka di pagi hari setelah berbulan-bulan. Jujur, Sora memendam senang.

"Inconvenience kecil. Masalah lift. Hotel bintang 5 kan selalu begitu kalau minta maaf," jawab Sora. Ia siap memperpanjang kebohongannya seandainya Vira bertanya lagi.

"Oh."

Selesai. Percakapan mereka berakhir sampai di sana saja. Bahkan ibunya tak peduli Sora hanya makan 5 keping sereal jagung mentah dan minum air putih.

"Aku berangkat."

Hanya kibasan kecil dari jari-jarinya yang membalas, 'Sana!' lalu Vira sibuk mengomeli staffnya di telepon.

***

Sebuah arena olahraga di daerah Pondok Indah menjadi markas Margaux Fencing Club—klub anggar tempat Sora bernaung. Di parkiran, Sora turun dari taksi online yang ia tumpangi bersamaan dengan Astri, teman satu klub yang sudah berlatih bersamanya sejak 5 tahun yang lalu.

"Nggak dianter Dendra?" tanya Astri basa-basi.

"Nggak. Dia ada kegiatan di sekolah."

"Kalau gue jadi lo, gue suruh milih anter atau putus," Astri tertawa jahil.

"Nggak boleh gitu, ah. Dia juga punya kehidupan, kan?"

Tubuh Astri lebih pendek dan kurus dari Sora. Ciri khas penampilan Astri adalah rambutnya selalu dipotong cepak seperti laki-laki. Dulu banyak yang meledek mereka seperti pasangan lesbian karena ke sana-kemari berdua. Namun, Sora tahu benar kalau Astri itu sebenarnya cewek tulen. Dia cuma malas merawat rambut.

Skill Astri dan Sora nyaris imbang. Kalau mereka bertanding latihan, skornya tak bisa diprediksi. Kadang Sora yang unggul, keesokan hari Astri membalas kekalahannya. Mereka juga dua bakat terbaik yang dimiliki klub mereka. Walau beberapa tidak setuju dan menyebut permainan mereka seperti bayi, jumlah medali yang mereka sumbangkan tidak bisa dibohongi.

"Kok sepi banget..."

Sora bergumam ketika menyadari arena latihan kosong melompong. Biasanya jam segini Coach Alan sedang menyiram tanaman-tanamannya di halaman, Coach Lily bersiap memimpin pemanasan, dan Coach Fandi sibuk dengan semua urusan administrasi klub. Sore itu tak satu pun dari mereka tampak di sana.

"Lo ultah hari ini?"

Sora mengernyit mendengar pertanyaan aneh Astri. "Kagak. Emang kenapa?"

Bahu Astri mengedik. "Ya kali aja mereka ngumpet trus, 'Surprise!' gitu?"

Sora sih berharap begitu. Jauh lebih baik begitu daripada yang terjadi sebenarnya.

Seorang pria muncul dari dalam ruang sekretariat. Sosoknya membuat Sora merinding. Dia kenal siapa pria itu. Jangkung, ceking, dan bercuping hidung tinggi dan selalu memakai topi hitam berlogo Adieu—klub anggar tersohor jaman dulu yang kemudian pecah jadi dua mengikuti idealisme masing-masing tokohnya.

Margaux—didirikan oleh Coach Alan Bakti—dengan misi menyebarkan olahraga anggar ke masyarakat luas. Prinsip mereka adalah anggar untuk semua—siapa pun boleh memainkannya.

Under My SkyWhere stories live. Discover now