Bab 65 - Melindungi yang Paling Berharga (flashback)

57 10 7
                                    

Pintu kamar Sora diketuk 2 kali. Sora membuka, mendapati Kylo menyodorkan beberapa pakaian yang digantung hanger dibungkus dengan plastik laundry.

"Seragam lo."

Seragam? Tapi itu bukan seragam sekolah yang biasa ia pakai.

Sora menelaah pemberian Kylo secara seksama. Warna marun dan lambang singa di dada blazer terlihat cukup familiar.

Bukan. Bukan Gryffindor. Tapi—

"Navia?" Sora melempar tatapan bingung pada adiknya.

"Mulai Senin depan, lo jadi anak Navia."

Yang benar? Bagaimana bisa?

Sora tak percaya dia akan pindah ke sekolah yang sama dengan Kylo. Di satu sisi Sora senang karena Navia adalah salah satu dari anggota Orion League—berjaya di akademik maupun non akademik. Di sisi lain, Sora malu karena masuk dengan cara yang seperti ini sedangkan tahun lalu Kylo mati-matian menembus seleksi masuk.

"Satu hal—" Mata Kylo mengultimatum. "Jangan sampai ada yang tau lo itu kakak gue."

Tentu saja. Kylo pasti malu citra anak teladannya dirusak oleh sosok kakak yang bodoh dan tak berguna.

Sebelum Kylo beranjak, Sora menyadari sesuatu pada tangan adiknya. "Tangan lo kenapa? Habis berantem?"

Kylo mengecek sekilas lebam biru menghiasi pangkal buku-buku jari tangan kanannya kemudian pergi menutup pintu di belakang punggungnya tanpa menjawab.

Untuk orang se-introvert Kylo sampai mau melayangkan tinju—pasti karena sesuatu yang benar-benar membuat emosinya mendidih.

* * *

"Kak Dendra murung terus belakangan ini."

Bisik-bisik itu berseliweran di seantero Azzura Phi. Sejak hari putusnya Dendra dan Sora, Dendra jadi sering melamun di kelas, menyendiri di ruang kerjanya, dan yang paling kentara adalah Dendra membatalkan semua jadwal rapat selama seminggu ke depan. Seakan Dendra bermaksud masuk sekolah hanya untuk menunggu bel pulang berbunyi.

Siang ini Dendra terpaksa pulang terlambat karena ada satu tugas langsung dari Kepala Sekolah yang tak bisa ia hindari. Itu pun Dendra—tanpa bertegur sapa dengan siapa pun—langsung masuk ke ruang kerjanya dan belum keluar lagi sejak 2 jam yang lalu.

Kali terakhir para pengurus OSIS melihat wajahnya adalah saat ia mengucapkan terima kasih menerima kue souffle pemberian mereka. Senyum Dendra yang hampa, membuat semua orang semakin khawatir.

"Nggak dimakan kuenya," Lucas, Wakil Dendra, mengabarkan dengan raut kecewa setelah mengintip dari celah pintu.

"Kak Dendra kenapa ya? Sedih banget lihatnya," ujar Feli, Sekretaris OSIS.

Bagi anak-anak Azzura Phi, Ketua OSIS mereka bak Kepala Suku yang mereka segani sekaligus sayangi. Banyak yang merasa kehidupan SMA mereka jadi menyenangkan juga berkat kerja keras Dendra dan timnya. Tak jarang Dendra menerima pemberian kecil seperti kue, coklat, camilan, dan oleh-oleh.

Begitu pula ketika Dendra baru jadian dengan Sora. Kebahagiaannya langsung menjalar ke setiap sudut sekolah, membangun mood semua orang.

Kali ini, mereka sedang bahu membahu berusaha mengusir awan mendung yang memayungi Dendra beberapa hari belakangan.

"Lucas," Zia, anak kelas X mencolek bahu Lucas dari belakang. "Ada yang cari Kak Dendra di kantin."

Lucas mengernyit. "Siapa?"

Zia mengangkat bahu. "Cowok. Kayaknya bukan anak sini."

Lucas memberi isyarat semua yang berkerumun di luar ruang kerja Dendra untuk membubarkan diri dan menyuruh Zia menyampaikan pesan itu langsung ke Dendra.

Under My SkyWhere stories live. Discover now