Bab 1 - Tahun Ajaran Baru

165 15 2
                                    

"Myraaa!" Sora Azalea Rihardi menjerit menemukan sahabatnya sekaligus partner latihan anggar saat ia memasuki ruang kelas yang baru.

"Soraaa!" Myra menyahut, tak kalah melengking.
Tidak hanya Myra yang meneriakkan nama Sora, tapi tiga perempat isi kelas itu. Ternyata walaupun diacak, entah bagaimana kelas XI A4 berisi sebagian besar dari anak-anak kelas X4.
Ini sih sempurna!

Dari kemarin dia sudah khawatir soal kelas barunya. Bagaimana kalau anak-anaknya kutu buku semua? Bagaimana kalau tidak ada yang tertawa mendengar celetukan-celetukan konyol Sora? Bagaimana kalau isinya anak-anak jahat?

Tapi sekarang hati Sora sudah tenang. Kalau begundal-begundal ini jadi teman sekelasnya lagi, sisa hidupnya di SMA Navia sudah bisa dipastikan akan menyenangkan sampai lulus.
Kecuali satu hal yang tidak Sora perhitungkan.

"Sisa 3 bangku lagi. Kira-kira siapa ya?" Myra menunjuk 3 bangku yang berdekatan di sayap kanan ruang kelas itu.

"Gue nggak peduli. Yang penting udah ada kalian!" Sora terkekeh sombong sebelum kena karma ucapannya barusan.

Tiga pasang langkah kaki berjalan menyusuri lorong yang sudah mulai sepi karena 2 menit lagi bel pelajaran pertama akan berbunyi. Para pemilik langkah kaki itu berhasil membuat banyak kepala menoleh, terutama murid perempuan. Bisik-bisik penasaran meluncur dari mulut ke mulut, mempertanyakan ke mana langkah kaki mereka akan berujung. Tak sedikit yang komat-kamit berdoa agar mereka berbelok masuk ke kelasnya.

"A4 kan?" tanya pemilik suara yang paling berat di antara mereka saat akhirnya mereka menghentikan langkah untuk mendongak membaca papan nama kelas.

"Yap," jawab yang berambut depan hampir menyentuh alis. Sebelum masuk kelas, ia menyisir rambut depannya ke belakang takut dikomentari guru.

Hening.

XI A4 kehilangan kicaunya saat menyaksikan siapa anggota kelas terakhir mereka. Respon yang aneh ini membuat ketiga laki-laki itu membeku canggung di depan kelas.

"Sor! Soraaa! Pssst!" Myra panik mencoba menyadarkan Sora yang asyik mendengar musik melalui airpods. Perlu satu cubitan keras untuk membuat Sora menoleh disertai pekikan keras.

"Aduh—!"

Membaca pandangan melotot Myra dan dagu yang mengedik kaku ke arah papan tulis, barulah Sora paham ke mana ia harus mengangkat wajahnya.

"Tuhan Yesus!" seru Sora spontan terbelalak, menjadi satu-satunya yang berani bersuara menyambut kedatangan ketiga orang itu.

Laki-laki yang berdiri paling kiri dengan badan paling kecil bergumam mengutuk dirinya sendiri, "Gue udah puasa seminggu full kenapa tetep ketiban sial sekelas sama kakak gue?"

Gumamnya itu tertangkap kuping kedua sahabatnya dan mereka berdua tak punya pilihan lain selain mengulum senyum geli bercampur prihatin.

***

Banyak julukan diberikan pada mereka. Yang paling populer adalah Three Musketeers, walaupun Sora pribadi lebih suka menyebut mereka sebagai Three Little Rascals—karena Sora paling paham kelakuan mereka di luar sekolah.

Kylo Eldanta Rihardi, adik Sora, adalah yang termuda di antara mereka. Kylo bisa satu angkatan dengan Sora karena dia ambil kelas akselerasi sewaktu SMP dan Sora pernah harus mengulang satu tahun di SD ketika dibawa pindah dari Melbourne ke Jakarta oleh ayahnya.

Kylo adalah si kutu buku akut, party pooper dan manusia paling ambisius yang pernah Sora temui. Kerjanya belajar, bimbel, olimpiade, lomba debat dan memburu beasiswa. Walaupun sebenarnya tidak payah-payah amat dalam olahraga, tapi Kylo sangat memandang sebelah mata prestasi non akademik. Itu kenapa Kylo selalu menganggap remeh segala pencapaian anggar Sora.

Anehnya, Kylo tidak pernah berkomentar negatif soal sahabatnya, Rafael McKiehl, yang tak lain adalah kapten tim basket putra Navia. Kylo selalu mendukung Fael dan karir basketnya. Bersama anggota lainnya, Regy, ia tak pernah absen menonton pertandingan-pertandingan Fael. Mereka bahkan rela membantu mengerjakan tugas-tugas Fael atau membagi catatan pelajaran mereka kalau sedang musim pertandingan.

Coba saja kalau itu Sora, jangankan mengerjakan tugasnya, mengajari Sora saja Kylo malas. Lama-lama Sora jadi iri dengan Fael. Sora ingin mengerjai cowok itu tapi tak tega karena di antara mereka bertiga, Fael adalah yang paling pendiam. Saking pendiamnya, Sora jadi takut kalau harus bicara pada cowok itu. Rautnya saja tak terbaca, apalagi pikirannya.

Yang terakhir bernama Regyanta Uriah Ramuna. Tuan Muda serta urutan pertama penerus tahta Ramuna Group yang merajai bisnis e-commerce dan juga memiliki beberapa lini bisnis lainnya seperti F&B (food & beverage), bioskop, hingga venture capital.

Sampai akhir semester lalu, Regy menolak mencantumkan nama keluarganya. Bahkan Kylo dan Fael pun tidak tahu menahu soal itu. Lalu suatu insiden terjadi, membuat satu Navia gempar saat status sosial Regy dibuka. Mendadak dari wali kelas sampai Menteri Pendidikan cari muka pada Regy. Sora tahu benar karena Soralah yang selalu membantu Regy menyelinap kabur dari orang-orang itu.

Sebenarnya menurut Sora, Regy adalah yang paling absurd di antara mereka bertiga. Cowok itu kelihatan tidak punya kerjaan lain selain mengerjai Sora. Kadang-kadang Sora sendiri tak tahu di mana batas candaan Regy padanya—seperti misalnya apa yang ia lakukan saat libur semester lalu pada Sora.

Ah, daripada baper, lebih baik tutup mata saja dan anggap semuanya hanya lelucon, pikir Sora.

Bahkan Kylo saja kesal dengan kegabutan Regy, sampai-sampai menyetor nama Regy sebagai Ketua Panitia Penyambutan Murid Baru tanpa sepengetahuan Regy. Untung Regy tidak protes dan menjalankan tugasnya dengan senang hati.

***

"Gue pengen tahu, siapa sih yang ngatur pembagian kelas kita? Kenapa di luar nalar banget?" Sora mengutuk tanpa jeda pada mangkok baksonya di jam istirahat pertama.

"Tapi kan kita jadi sekelas," Myra masih berusaha memaksakan seberkas pikiran positif di kepala Sora.

"Maka dari itu, gue bingung. Orang itu mau bikin gue bahagia atau mangkel sih sebenernya?"

"Guys, cewek-cewek kelas lain pada iri lho mereka ngumpul di kelas kita. Pas kelas X kan mereka mencar beda kelas. Sekarang ngumpul, di kelas kita pula!" Sheila berkata seakan-akan ketiga laki-laki tadi adalah aset warisan budaya UNESCO.

"Mau? Gih ambil! Tuker deh sama Geng Bolot. Gue nggak peduli," sergah Sora seraya melayangkan pandangan nanar ke meja kantin tempat topik perbincangan mereka bercokol. Masih mending kedatangan tiga cowok budeg daripada mereka.

Tak sengaja pandangan Sora dan Regy bertemu. Regy melempar seberkas senyum samar kemudian mengetik pada layar HP-nya. Tak lama kemudian HP Sora bergetar. Ada pesan masuk dari cowok itu.

[Regy: Temenin gue cukur rambut dong :)]

Kan! Absurd banget Tuan Muda satu itu!

Sora membalas dengan sengit: [Napa gue dah? Cewek lo mana?]

Berdenting lagi. Pesan kedua dari Regy hampir membuat Sora menyambit kepala cowok itu dengan botol sambal.

[Cewek gue sibuk. Lo kan nggak. Paling agenda lo tidur siang doang kan?]

Sora mengabaikan jawaban Regy. Tapi Regy tidak menyerah.

[Kak Sora, please :)]

Terkadang kalau Regy sedang iseng, ia menambahkan kata 'Kak' saat memanggil Sora terlepas dari usia mereka yang hanya beda 6 bulan. Regy pernah menyeletuk penasaran bagaimana rasanya punya kakak cewek. Kylo langsung menyambar dan menyebut Regy sinting.

[Gmw]
Sora sengaja membalas sesingkat mungkin untuk menyiratkan ia sedang kesal.

[okesip! Jam 3 gue jemput ya!]

Sora membelalak membaca kesimpulan Regy. Kenapa malah—

[kan gue bilang ga mau!]

[oh, gue kira gmw itu 'gue mau' hahaha]

Sora merosot menempelkan pipi di atas meja kantin saking frustasinya dengan percakapan mereka barusan. Dari meja seberang Regy terkekeh puas lagi-lagi berhasil mengerjai target favoritnya. Kylo yang menyadari hal itu hanya bisa menarik napas panjang setelah melirik mereka berdua bergantian.

***

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang