Bab 58 - My Sweetest Love Story (flashback)

64 11 10
                                    

"Kakak punya pacar?"

Di suatu pagi, sehari setelah kepulangannya dari Kuala Lumpur, dia kena skak mat oleh ibunya di meja makan.

"Kata siapa?" tanya Dendra, menahan panas di kedua pipi.

"Nggak kata siapa-siapa." Velma menahan geli. "Mama ini ibumu lho, Kak. Mama tau kalau ada yang berbeda dari Kakak. Semalem Kakak begadang teleponan sampai jam berapa?"

"Jam 1..." Kepala Dendra menunduk layu, merasa bersalah. "Maaf ya, Ma..."

"Lho, Mama nggak lagi marahin Kakak. Kapan Mama pernah marah sama Kakak?"

Velma berdiri menuang susu untuk anak sulungnya sambil lanjut berpetuah.

"Kakak udah gede, udah bisa ambil keputusan sendiri dan bertanggung jawab. Kalau memang mau teleponan sampai selarut itu, pastikan besoknya nggak ngerepotin Bi Tini buat bangunin Kakak. Harus tetap bisa bangun pagi sendiri ya."

Walau nadanya halus dan keibuan, tapi teguran Velma selalu tepat sasaran.

"Iya, Ma."

Terkejut melihat sisa waktu yang ia miliki untuk perjalanannya ke sekolah, cepat-cepat Dendra menghabiskan susu di gelasnya, lalu mengecup pipi ibunya sebelum berlari berangkat sekolah.

"Love you!"

Dendra berlari menuju garasi, membuka pintu pengemudi mobil Honda Jazz RS berwarna putih. Setelah meletakkan tasnya di kursi samping, Dendra menyalakan mesin. Tak lupa ia menurunkan kaca, mengucapkan terima kasih pada ART mereka.

"Makasih udah dipanasin mobilnya, Bi!"

ART mereka semakin canggih saja, terlepas usianya yang tidak muda. Setelah memanaskan mobil, Dendra menarget skill Bi Tini selanjutnya adalah membantunya memasang CCTV.

"Baru bangun aja cantik begini," gumam Dendra mengomentari foto selfie yang Sora kirim di WhatsApp. Memakai piyama motif garis putih-pink, dengan rambut yang agak acak-acakan dan mata sayu, Sora adalah definisi 'I woke up like this' yang menggemaskan, padahal ekspresinya tidak dibuat-buat.

Tak tahan ingin mendengar suara pacar barunya saat itu juga, Dendra menekan tombol panggilan, menghubungkan suara di ponsel langsung ke audio mobil.

"Ayo siap-siap. Nanti ditinggal ke bandara sama rombongan lho."

Sora mendesah lelah. "Masih ngantuk..." keluh gadis itu, sedikit manja. "Lagian ada Galen yang pasti ditungguin. Tadi aja dia masih berenang."

"Pasti ditungguin gimana? Kalian kan udah pernah ketinggalan bus rombongan, makanya aku yang jemput di Kuala Lumpur." Tidak menghakimi sama sekali, Dendra justru bermaksud sedikit meledek.

"Iya sih. Kamu udah di sekolah?"

"Belum. Ini lagi nyetir. Nanti mau dijemput di bandara?"

"Kamu kan sekolah."

"Aku bisa cari alasan keluar. Lomba atau kegiatan OSIS—"

"No, no, no. Jangan nakal, kamu." Sora terjeda suara getar HP. "My coach is calling for breakfast. Ya udah, aku siap-siap dulu. Kamu hati-hati nyetirnya."

"Can't wait to see you tonight."

"Me too."

"Safe flight nanti ya, Sayangku."

Terdengar dengus geli dari seberang sana.

"Kenapa? Mau ganti panggilan?"

"Nggak, nggak apa-apa. Belum kebiasaan aja."

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang