Bab 42 - Masih di Bulan Juli: di Balik Topeng

61 13 7
                                    

Fael menghentikan mobil setelah terparkir sempurna di garasi rumah. Tak langsung turun, Fael bertahan di dalam mobil menarik kotak kue dari Sora ke pangkuannya. Sebuah kotak berwarna hitam diikat pita emas. Senyum Fael merekah, teringat loncatan kecil yang ia rasakan di dalam dadanya saat menemukan kotak itu di dalam lokernya dan secarik kartu kecil ditulis tangan oleh Sora.

Thank you for letting me hug you throughout my pain.

Entah kapan terakhir kali Fael menerima pesan sehangat ini. Padahal hanya hal sederhana, tapi Sora memberi kesan kalau keberadaan Fael kemarin begitu berharga.

Padahal, Soralah yang terlalu berharga untuknya.

***

Bersama Sora, dunia Fael berubah total. Dia bisa merasakan puluhan ekspresi berbeda dalam rentang pertemuan mereka. Dari tawa yang tak terbendung karena tingkah laku Sora yang spontan dan impulsif, kagum sampai lupa bernapas tiap kali menonton permainan anggarnya, sampai sendu kelabu kala Fael teringat fakta kalau gadis itu tak akan bisa ia raih dalam kondisinya saat ini.

Sora dan Fael adalah penunggu malam gymnasium sekolah. Mereka berdua sering berpapasan di lorong atau sama-sama mengunci pintu sekretariat setiap selesai latihan. Kadang Fael membantu menghitung push up Sora. Kadang juga Sora menghampiri Fael untuk patungan memesan makanan untuk satpam yang berjaga hari itu.

Namun yang Sora tak tahu, separuh dari kesempatan itu adalah kesengajaan. Ada hari-hari di mana Fael memindahkan jadwal latihan pribadinya agar selesai bersamaan dengan Sora. Membuat-buat kerjaan administrasi ekskul, agar ada alasan lembur. Atau bahkan yang tidak ada hubungannya dengan basket, seperti menyelesaikan tugas sekolah sampai malam.

Menjaga Sora sudah menjadi kebutuhan di hidup Fael. Fael bisa gelisah kalau tahu Sora sendirian di sekolah malam-malam. Kadang, Fael menyelinap duduk di bangku penonton hanya karena candu mendengar suara hentakan kaki dan dentingan pedang Sora.

Fael mengira mereka tak mungkin bisa lebih dekat dari itu. Hingga Fael mendapat kabar dari Rana kalau tim voli menarik Sora dan Ayuma ke Bandung sebagai pemain cabutan. Mungkin Rana sedang bercanda, pikir Fael.

Lalu, Sora benar-benar muncul menarik kopernya di halaman sekolah saat hari keberangkatan, memakai celana jins skinny dan blus biru muda. Sora bilang kantung matanya menggelap karena kurang tidur, tapi di mata Fael dia sempurna.

Sabtu malam, Fael mendapati Sora cemberut duduk di pinggir kolam renang hotel. Dia bilang menyesal ikut ke Bandung karena main voli ternyata sesakit itu sambil menunjukkan tangannya yang sedikit merah akibat hantaman bola. Dan katanya lagi, dia mau menelepon Regy minta dijemput pulang.

Jangan dong...

Baru juga sehari...

Diam-diam Fael melapor pada Rana dan Cindy. Keduanya menggiring Sora dan Ayuma ke warung sate untuk dibujuk (atau istilah Sora 'di-brainwashed') agar bertahan beberapa hari lagi. Fael tahu strateginya berhasil karena alih-alih berkemas, Sora mampir ke lapangan basket dekat hotel. Coklat Choki-Choki digantung di mulut gadis itu. Pasti habis dari mini market dekat sini.

Di sanalah Fael nyaris lupa diri.

"Nggak jadi dijemput Regy?" tanya Fael, benar-benar ingin tahu.

Sora menggeleng, lalu duduk di bangku beton. "Gue kasihan sama Cindy. Tim sejago itu sayang banget WO karena kurang pemain. Nggak apa-apalah gue jadi dekorasi di lapangan."

Fael mendengus geli. Kenapa sih cewek ini selalu punya pilihan kata yang di luar nalar?

Fael melakukan dribble singkat sebelum sekali lagi melambungkan bola ke ring. Bola itu berhasil masuk tanpa memantul di papan.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang