Bab 13 - Movie Night

45 12 1
                                    

Sora tak mengecek apakah Regy benar-benar mengirimkan pesan WhatsApp setelah itu atau tidak. Dia bahkan tidak sadar kalau ponselnya kehabisan daya. Sora sibuk merakit layar untuk acara nanti malam. Jujur, Sora nyaris frustasi.

Sora tak enak harus meminta bantuan panitia lainnya. Semua orang pasti kelelahan setelah rafting. Apalagi movie night ini memang ide Sora sendiri. Sora merasa bertanggung jawab penuh.

Batalin aja kali ya?

Sempat terlintas jalan keluar menyedihkan itu, sebelum akhirnya Sora sadar kalau seseorang sedang diam-diam memperhatikannya dari tadi.

"Need help?" tanya Fael dari tempatnya berdiri bersandar pada sebuah pohon cemara. Fael terlihat santai tapi modis dengan celana jins, baju kaos putih dilapis kemeja lengan panjang flanel motif tartan yang sengaja tidak dikancing.

"Nah, I'm fine."

Fael tidak percaya. Cowok itu bergeming dan menunggu Sora merevisi jawabannya barusan.

"Fael, help..." Akhirnya, Sora merajuk juga setelah beberapa menit.

Tanpa ba-bi-bu, Fael menghampiri Sora dan mengambil alih pekerjaan. Merasa canggung hanya menontoni Fael bekerja, Sora pun melontarkan pertanyaan yang sama. "Perlu...dibantu?"

Fael berhenti bekerja hanya untuk menatap Sora tepat di kedua bola mata. "Tadi lo minta tolong. Trus setelah gue tolongin, lo malah nawarin untuk nolongin gue. Maunya gimana sih? Ditolong atau nolong?"

Sora menganga. Sekalinya bicara panjang, kata demi kata yang Fael ucapkan menancap tajam di ulu hati Sora bak mata pisau.

"Sakit, Fael..."

"Hm?" Fael bingung.

"Jangan ketus-ketus kalau ngomong..." pinta Sora memelas.

Fael tak tahu harus merespon apa. Akhirnya ia melunakkan suaranya, takut Sora sampai menangis. "Layar ini urusan gue. Lo pasang yang lain aja yang lo bisa."

"Oke!"

Seketika Sora ceria lagi. Terpana dengan perubahan mood Sora, Fael menontoni Sora mengambil tumpukan lantai kayu artifisial dari dalam kardus dan mulai menyusunnya satu per satu di hadapan Fael.

"Kalau langsung karpet doang, dingin. Kasian pantat mereka," Sora menjelaskan, mengira Fael penasaran kenapa ia menggunakan deck kayu di bawah karpet. Padahal bukan itu alasan Fael memandangi Sora.

Hanya perlu waktu 15 menit untuk Fael memasang layar dengan sempurna. Fael jadi punya banyak waktu untuk mengetes laptop dan proyektor yang akan digunakan untuk nanti malam. Dari semua pilihan tontonan, Fael memilih Tom & Jerry.

Gawat, Sora tidak berhenti tertawa.

Fael tak berniat menyudahi kartun itu sedikit pun. Ia membiarkan Sora menikmatinya sambil sedikit demi sedikit menyelesaikan dekor. Bean bag, bantal, dan hiasan-hiasan lucu lainnya terpasang apik, persis foto-foto referensi yang ada di Pinterest.

Hingga tiba saatnya membentangkan fairy light di atas kepala mereka, Fael mengambil alih kembali. "Gue aja," ujar Fael membawa tangga lipat dari pinggir halaman.

"Tinggi banget!" Sora mendesah takjub.

"Terlalu tinggi?" tanya Fael dari atas tangga lipat.

Sora cepat-cepat menggeleng malu. "Nggak, cukup kok!" Untung Fael tidak sadar kalau Sora mengomentari tubuh Fael, bukan fairy light-nya.

Tiga tarikan adalah jumlah yang disetujui. Sora tak sabar saat sinar matahari sudah lenyap sama sekali, pasti lampu-lampu mungil itu akan menyala dengan cantiknya.

Under My SkyWhere stories live. Discover now