Bab 61 - Kehilangan Segalanya (flashback)

41 9 1
                                    

[Finally! After 5 hours!]

Akhirnya pesan dari Dendra datang juga, setelah masa jeda yang Sora berikan agar pacarnya itu bisa fokus mempersiapkan diri menghadapi seleksi beasiswa dari Pemerintah Kanada.

Sora paham benar betapa pentingnya seleksi ini bagi Dendra. Biaya kuliah gratis, nominal uang saku yang besar, tunjangan riset dan proyek, tunjangan tempat tinggal, dan tiket pulang ke Indonesia setiap semester—membuat beasiswa ini jadi incaran banyak siswa berprestasi di Indonesia. Bahkan Kylo pun menginginkannya. Tapi karena baru kelas X, Kylo tidak bisa mengikuti seleksi tahun ini.

Senyum Sora akhirnya bisa terukir kembali setelah melihat foto selfie Dendra di depan salah satu gedung perkantoran daerah Sudirman, tempat Kedutaan Kanada berada. Di balik wajah tampan itu, Sora bisa melihat betapa lelahnya sang pacar. Kerah dan satu kancing di bawahnya dibiarkan terbuka. Sedikit gelap di bawah area mata, tanda Dendra kehilangan jam tidurnya selama sepekan terakhir. Rambut berantakan, poni menempel di jidat karena keringat.

Mengalahkan 500an pendaftar lainnya se-Indonesia dalam seleksi berkas, hari ini Dendra berhasil menjadi salah satu dari 10 orang yang lolos ke tahap tes dan wawancara.

[So proud of you!]

Sora membalas—yang dibalas lagi oleh Dendra dengan emotikon hati.

Ternyata bukan melulu keberhasilan diri sendiri—kebahagiaan juga bisa datang dari menyaksikan keberhasilan orang-orang yang disayangi. Mungkin ini adalah saat untuk Sora melupakan mimpinya sejenak dan fokus mendukung mimpi Dendra.

He deserves a little celebration.

"Yang ini berapa?" Sora bertanya pada kasir di toko bunga itu sembari menunjuk rangkaian bunga impor berisi tulip, ranunculus, dan daisy.

"700 ribu, Kak."

Menyertai sekotak kue yang ia panggang sendiri, Sora membawa bunga itu naik ke dalam taksi menuju rumah Dendra di daerah Gading Serpong.

"Mas Dendra belum pulang, Mbak," ucap Bi Tini menyambut Sora di pintu gerbang lalu mengiringi Sora masuk melalui pintu depan.

Sora melepas sepatu dan meletakkannya di rak. "Nggak apa-apa, Bi. Tadi dia bilang udah di tol."

"Eh, Mbak Sora mau minum apa? Kemarin Ibu dari Taiwan bawa susu kotak rasa macem-macem. Katanya sengaja disimpenin di kulkas buat Mbak Sora kalau mampir."

Hati Sora terlalu sederhana. Mendengar ibu Dendra membawakannya oleh-oleh saja diam-diam riang bukan main.

Padahal hanya susu kotak.

Padahal mereka belum pernah bertemu.

Mungkin ini yang namanya dibuang dari rumah sendiri, diterima di rumah orang lain. Kalau wanita itu ada di sana sekarang, Sora pasti sudah menghambur untuk memeluknya—sesuatu yang tak pernah bisa ia lakukan pada ibunya sendiri.

Sambil membawakan barang bawaan Sora, Bi Tini mengajak Sora ke dapur untuk mengintip isi kulkas dua pintu mereka. Di bawah barisan telur, berjejer kotak-kotak susu dengan tulisan mandarin dan gambar berbagai buah sesuai rasa—pisang, pepaya, semangka, dan melon. Duh, Sora terombang-ambing antara susu rasa semangka dan pepaya.

"Bawa keduanya aja ke atas, Mbak," Bi Tini memberi saran.

"Boleh, Bi?"

"Lah? Kan memang buat Mbak Sora semua."

Mengikuti saran Bi Tini, Sora mengambil keduanya. Sebagai gantinya, Sora memasukkan kue buatannya ke dalam kulkas untuk mereka santap sekeluarga. Beserta bunga yang tangkainya sudah ia rendam di dalam vas kaca, Sora membawa kotak-kotak susu itu naik menuju kamar Dendra.

Under My SkyWhere stories live. Discover now