Bab 66 - Pindah Sekolah (flashback)

51 10 19
                                    

"Sakit nggak?"

Akhirnya Galen bersuara setelah 15 menit mereka ditelan kesunyian total di dalam mobil sedan Yaris Cross warna putih yang dikemudikan Galen.

"Sakitlah! Pake nanya lagi!" Kylo menghempaskan sisa-sisa emosinya sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang ngilu setelah menonjok wajah Dendra.

"Bagus kalau lo masih ngerasa sakit. Artinya, lo sadar apa yang lo lakuin."

Kylo menoleh menatap Galen dengan wajah heran. "Maksud lo?"

"Gue pernah pukul-pukulan sama kakak tiri gue. Nggak ngerasa sakit sama sekali padahal dia sampai pingsan. Pas di-rontgen, tangan gue ternyata udah retak."

Jeda sejenak untuk Galen menyalakan lampu sein ketika mereka berbelok di lampu merah perempatan.

"I was so numb that I couldn't feel my own pain. At least dengan rasa sakit, lo jadi tau kapan harus berhenti."

Kylo menunduk, menggerakkan jari-jarinya lalu meringis. Iya, ini sakit sekali.

"Do you need some painkillers?" tanya Galen, mulai cemas dengan ekspresi Kylo.

"Nggak usah. Sora pasti punya di rumah. By the way," Kylo membenahi sabuk pengamannya yang terbelit, "sejak kapan lo nyetir?"

Dengus singkat terdengar dari hidung Galen. "Sejak gue dikata-katain Reo karena nganter-jemput kakaknya selalu pakai supir atau naik taksi."

"Kayaknya gue perlu belajar juga."

"You should. Mengingat Sora yang agak buta arah dan nyokap lo yang ugal-ugalan, harus ada satu yang nyetir dengan waras di keluarga lo."

Kylo tidak tersinggung. Yang dikatakan Galen itu fakta. Makanya, Kylo minta supir dan jatah anggaran untuk taksi online.

Dan Galen kalau bicara memang jarang disaring. Apa yang ada di kepalanya, meluncur bebas dalam balutan nada yang sedingin es. Sebenarnya dulu Fael juga begitu, kalau saja tidak ada Regy yang dengan sabar menatar. Makanya, beberapa kali Fael sempat dilabrak senior basketnya karena salah paham.

"Gue denger Sora pindah ke Navia."

Kylo mengangkat wajah lalu menoleh kaget. "Tau dari mana?"

"Nyokap lo dateng ke rumah Izy kemarin, nyari bokapnya Izy."

Ah, iya.

"I kinda agree with that decision. Di sekolah antah-berantah itu—apa namanya?"

"Wan— Wanprestasi?"

Hening.

"Kayaknya bukan," Galen menolak jawaban asal Kylo.

"Wan—" Kylo mencoba lagi. "Wandaktau (wah ndak tau)." Dia menyerah juga.

Galen sempat melemparkan lirikan kesal ke ke arah Kylo. "Yah, pokoknya sekolah itu. Intinya, it was such a waste for her talent."

"Memangnya bokap gue pernah mikirin bakat Sora?" Dengusan Kylo mengungkapkan kesinisan.

"Navia is good. One of the best, I can admit. You guys have the craziest athletes in this country."

Entah Galen sedang memuji atau meledek.

***

Ada beberapa kesalahpahaman Sora tentang kepindahannya ke Navia.

Pertama, dia pikir ibunya menyogok pihak sekolah agar dia bisa masuk. Padahal, hanya butuh sedikit skill negosiasi dan kebetulan Navia sedang mencari bibit-bibit atlet baru. Masalah blacklist, seperti kata Vira: they don't need to know.

Under My SkyWhere stories live. Discover now