Bab 48 - Holding Room

64 12 7
                                    

"Gedungnya lebih bagus dari Azzura Phi. Harusnya gue masuk Navia aja."

Dendra memutar mata mendengar komentar Galen begitu mereka tiba di parkiran SMA Navia. Sepertinya dia harus benar-benar mempertimbangkan fitur kursi lontar di mobil itu. Biar kalau Galen bikin kesal lagi, Dendra langsung bisa membuangnya kapan saja.

"Inget ya, jaga sikap. Kalau macem-macem, gue nggak mau nganterin lo lagi."

Galen mendengus mengejek ultimatum Dendra sambil memasukkan ponsel ke saku blazer seragamnya. "Nganterin? Lo yang maksa ikut kan?"

Skak mat. Dendra tersudut. Memang sih dia yang menawarkan untuk menemani Galen ke acara Kemenpora di Navia siang ini. Dan Galen dengan cepat menangkap gelagat Dendra yang hanya ingin bertemu Sora.

"You even need a wingman to see your ex?" Galen masih lanjut merundung Dendra ketika mereka berjalan meninggalkan parkiran untuk menuju lobi.

Dendra menghela napas. Tak ada celah untuk berkelit. "Yes. And please start acting like one."

"Yang bilang gue mau jadi wingman lo siapa?"

Bocah ini! Tangan Dendra gatal ingin menjitak kepala Galen.

Walau Galen meledek habis-habisan, tapi diam-diam Galen menuntun Dendra menemukan Sora. Alih-alih ke lantai 3, Galen mengajak Dendra turun di lantai 2 dan berbelok menembus lorong loker menuju deretan ruang kelas. Ke jendela ruang kelas XI A4, ujung jari Galen menunjuk.

"My job is done," ucap Galen sambil masuk ke arah toilet, meninggalkan Dendra seorang diri di lorong itu.

Beruntung window blind jendela ruang kelas itu tidak diturunkan. Dendra jadi bisa memandangi Sora sepuas yang ia mau.

Sora sedang menunduk, berkonsentrasi pada layar iPadnya. Dari gerakan tangannya, tak nampak mencatat tapi lebih seperti menggambar. Dendra memicing, melihat apa yang terpampang di layar depan kelas. Rumus matematika kok.

Kenapa Sora malah menggambar? Apa yang sedang digambar oleh Sora?

Sora mencolek lengan Myra yang duduk di meja sebelah lalu menunjukkan layar iPad itu pada Myra. Berdua mereka terkikik dan berujung kena omel guru.

Tak sadar senyum Dendra ikut merekah. Dari dulu, sejak mereka masih berpacaran, Dendra selalu mendambakan berada satu sekolah dengan Sora. Pasti menyenangkan melihat tingkah random Sora setiap hari. Mereka bisa makan bersama di kantin, membolos mungkin, atau berada di kepanitiaan yang sama.

Kira-kira begitulah keistimewaan yang dimiliki cowok bernama Regy Ramuna dan membuatnya selangkah lebih unggul dari Dendra. Dendra tak sanggup menyembunyikan raut sengit di wajahnya, iri menyaksikan Regy juga terkikik setelah menerima Airdrop dari Sora saat jam pelajaran berakhir. Lalu mereka bertukar kode non verbal yang tak bisa dipahami oleh siapa pun kecuali mereka berdua.

Apa? Apa yang sedang mereka bicarakan? Apa yang dikatakan Regy hingga Sora menjulurkan lidahnya? Seribu 'apa' menyerang pikiran Dendra, sampai-sampai Dendra tidak sadar kalau dari tadi Galen berteriak memanggil namanya.

"DENDRA! WOY!"

"Astaga!"

Dendra terkejut mendapati Galen sudah tenggelam di lautan penggemarnya sendiri. Wajah Galen mengisyaratkan sinyal S.O.S. Kalau tidak ingat pesan dari Izy dan pelatihnya agar ramah pada penggemar, Galen pasti sudah kabur dari tadi. Tapi kalau diikuti, risikonya ya begini. Bejibun!

"Teman-teman, maaf ya, Galennya—"

Tak ada yang peduli. Kondisi semakin kacau ketika bel berbunyi. Seketika lorong penuh sesak oleh para penggemar Galen.

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang