Bab 41 - Masih di Bulan Juli: The Captain

59 12 3
                                    

"Sora kenapa?"

Satya, salah satu anak tim basket yang akan ikut bertanding sore itu melanjutkan Sport Day kemarin menghampiri di pinggir lapangan. Dia datang bersama Vino.

Satya berkulit sawo matang, berperawakan lebih kurus dan tinggi tapi tidak setinggi Fael. Rambutnya dipotong cepak, cuping hidungnya tinggi begitu juga dengan tulang rahangnya. Sedangkan Vino berbadan lebih besar dengan rambut keriting pendek dan kulit lebih gelap.

"Abis donor darah," canda Sora sembari menunjuk perban di lengannya.

Vino mengernyit. "Donor darah mana ada di sana!"

"Kenapa lo tiba-tiba jadi akrab sama mereka?"

Pertanyaan Myra valid, berhubung kedua cowok ini yang paling keras menyindir-nyindir Sora saat mereka bertikai memperebutkan sekretariat dulu. Tapi melalui berbagai hal konyol di Bandung bersama–sama malah mengakrabkan Sora dengan mereka.

Fael menyusul, baru selesai berganti pakaian. Ia menenteng jaket atletnya di tangan kanan dan botol air yang baru ia isi ulang di ruang OSIS pada tangan kiri.

"Jaket lo udah balik?" ledek Vino.

"Udah."

"Gue kira mau dikasih ke Sora."

Sebelum sempat Fael membuka mulut, Sora menyela lebih dulu. "Dih, takut gue nyimpen jaketnya Fael. Nyawa gue terancam."

Vino dan Satya terbahak sinkron, teringat apa yang terjadi pada Sora di Bandung. Fael memunggungi mereka, entah ikut tertawa atau tidak.

"Nih, lihat! Mainan Kinder Joy dari lo gue jadiin gantungan kunci!" Satya memamerkan figurin mini berbentuk singa yang menggantung di ritsleting tas ranselnya.

"Apaan sih Sor? Tadi jaket, sekarang Kinder Joy."

Sora tak bisa menahan tawa. Muka penasaran Myra lucu sekali. Baru cerita hendak bergulir, Sarah datang menyela.

"Emang mereka panitia ya?" Ujung pulpen Sarah menunjuk Satya dan Vino bergantian.

"Panitia, Ci."

"Sumpah."

Tak percaya, Sarah beralih pada Fael. "Beneran, Fael?"

Fael mengangguk takut-takut. "Beneran. Ada surat tugasnya."

"Kok nggak pernah dateng rapat?"

"Yuk, pemanasan dulu." Vino menggiring Satya kabur dari Sarah, takut kena hajar.

"HEH! MALAH KABUR!"

"Ngomong-ngomong anak-anak kelas X2 ke mana ya? Nggak ada semua," tanya Sheila, pandangannya mencari-cari.

"X2 yang mana?" Myra ikut mencari.

"Kelasnya Leona, Giselle, dan Eli. Sama Kinan, yang kemarin luka pas tarik tambang."

Iya juga. Tak ada yang nampak di sana.

"Tadi Regy bawa mereka ke kelas," jawab Sarah yang kebetulan mendengar mereka.

"Ada apa memangnya?" tanya Sora karena Regy tak ada bilang apa-apa pada mereka.

"Katanya ada laporan."

Sora, Myra, dan Sheila bertukar pandang, bertanya-tanya apa mereka tahu sesuatu soal itu karena Sarah terlanjur beranjak pergi. Sayangnya, tidak ada yang tahu kecuali Regy dan Sarah.

***

"Bully adalah isu yang sangat penting untuk kita perhatikan bersama."

Regy bicara di hadapan seisi kelas X2 dengan wajah serius. Suasana ruang kelas begitu tegang karena hanya kelas X2 yang ada di dalam ruangan. Kelas X lainnya berkumpul di lapangan basket. Dan dari awal Regy memanggil mereka semua, wajah Regy menyiratkan kekesalan. Tak ada senyum ramah atau canda seperti biasanya.

Under My SkyWhere stories live. Discover now