Bab 2 - Rapat

89 14 0
                                    

"Gue ulangi lagi agenda Ekskulvaganza lusa ya."

Regy memimpin rapat siang itu, khusus membahas acara promosi ekskul yang akan diadakan lusa. Hadir dalam rapat itu masing-masing perwakilan ekskul termasuk Fael dari ekskul basket dan Sora bersama Myra dari ekskul anggar.

"Pertama, pembangunan booth masing-masing ekskul akan dimulai besok jam 4 sore. Kedua, jadwal show dimulai pukul 09.00. Ekskul yang dapat nomor urut pertama harus sudah stand by di belakang panggung pukul 08.45. Ketiga, saat show berlangsung, harus ada yang jaga booth kalian. Jangan ditinggal kosong. Keempat, kalau ada yang perlu perlengkapan kelistrikan atau audio-visual, bisa koordinasi dengan Gani."

Kalau melihat Regy dalam mode serius seperti ini, nampaknya masa depan Ramuna Group akan cerah di tangannya. Tapi kalau ingat Regy yang lagi jahil, Sora ingin langsung menyangkal sendiri opininya barusan.

"Ada pertanyaan?"

Seisi ruang rapat OSIS langsung senyap.

"Ya udah, kalau gitu aku yang tanya. Lyra, sebagai nomor urut penampil pertama, ekskul dance sport harus standby di belakang panggung jam berapa?"

Lyra, gadis berkuncir kuda yang ditunjuk Regy tiba-tiba, langsung gelagapan. "Jam... Jam 7?"

Regy menghela napas. Tak ada senyum lagi di wajahnya. "Mau ngapain jam 7? Bantu ngepel aula?" Halus tapi menusuk, Regy berhasil membuat wajah Lyra merona padam.

"So—sori, Regy... Aku nggak konsen tadi..." Lyra mencicit.

"Kenapa nggak konsen? Ada masalah? Kalau ada masalah, now it's time to speak up. Kita selesaikan bareng-bareng."

Sora terpaku, tak bisa mengalihkan pandangannya dari Regy. Regy yang selama ini Sora hanya kenal sebagai anak orang kaya yang kerjanya menjahili Sora tak disangka bisa memimpin puluhan panitia untuk menjalankan rangkaian kegiatan besar.

Kylo pasti sudah tahu sehingga berani mengajukan nama Regy sebagai ketua panitia. Trus, kenapa dia nggak jadi OSIS aja sih bareng Kylo?

"Nggak ada masalah kok... Cuma tadi aku ga konsen..."

"Soalnya Lyra sibuk ngeliatin mukanya Regy. Ganteng banget katanya."

Celetukan Rachel yang duduk di samping Lyra membuat seisi ruangan gaduh. Respon salah tingkah Lyra langsung memukul lengan Rachel menandakan omongan Rachel benar.

Regy tak bereaksi di tengah gemuruh ledekan semua orang. Dia tetap tenang, menggores sekilas senyum agar tidak nampak kaku. Di ruangan itu hanya Sora dan Fael yang tahu Regy sebenarnya sedang menahan lelah dan jengkel.

"Gue! Gue ada pertanyaan!" Sora mengangkat tangan semata-mata agar keriuhan itu reda, kasihan Regy.

"Ya, Sora?"

Mampus! Sora linglung sendiri saat Regy sudah membawa perhatian seisi ruangan padanya. Tadi memangnya dia mau tanya apa?

"Ng... Nganu..."

Sora berusaha sekuat tenaga untuk berkelit dari tatapan sepasang mata indah Regy yang saat ini hanya tertuju padanya seorang.

Untunglah dia menemukan satu masalah yang harus ditanyakan. "Anggar kan isinya cuma gue sama Myra. Pas show, booth kita gimana dong?"

Myra menyenggol lengan Sora. "Ya udah, lo yang show, gue jaga booth."

"Bego! Kalau lo jaga booth, gue main anggar lawan siapa? Manekin?" Sora mendelik pada sahabatnya. Heran, otak cewek itu ketinggalan di rumah atau bagaimana?

"Lah, iya juga ya?"

Percakapan tolol itu mengundang gelak tawa semua orang, termasuk Regy. Rahang cowok itu melunak, bergerak terbuka melepas tawa sambil memamerkan gigi-gigi depannya yang rapi.

"Khusus kalian, boleh tutup booth tapi kalian harus make sure nggak ada barang berharga yang ditinggal di booth." Regy memberi pengecualian yang solutif.

"Makasih ya, Bapak Regy!" Myra mencakupkan tangannya dan sedikit membungkuk.

Rapat ditutup tepat pukul 3. Lyra jadi pertama yang ngibrit meninggalkan ruangan dengan rasa malu yang masih tersisa. Fael juga bergegas pergi untuk latihan. Cowok itu menyempatkan diri menepuk bahu sahabatnya sebelum menghilang di balik pintu.

Sora berada di sana agak lama karena laptopnya sempat menolak untuk di-shut down. Sampai-sampai ia mengusir Myra untuk pulang lebih dulu. Sora tak sadar kalau Regy masih duduk di kursinya, menunggu Sora selesai berkemas.

"Udah?" Suara lembut Regy mengagetkan Sora.

"Eh? Lo nungguin?"

Regy menangguk. "Yuk! Gue bikin appointment jam 3.30."

Kening Sora bertaut keras. "Apaan jam 3.30?"

"Potong rambut, kan?"

Mata Sora langsung mendatar kesal. "Kan gue bilang nggak mau."

"Memangnya lo punya kegiatan yang lebih berfaedah daripada nungguin gue potong rambut?"

Skak mat. Regy menyeringai puas berhasil menyudutkan Sora.

Regy melangkah menghampiri, lalu meraih tangan Sora dan membawanya pergi dari sana tanpa basa-basi. Tangan mereka masih terus bertaut sampai tiba di pintu mobil Mazda CX-5 berwarna merah milik Regy dan Regy membukakan pintu depan untuk Sora.

Kalau dulu Sora langsung deg-degan dengan sikap Regy yang seperti itu, sekarang sudah biasa. Namanya juga Regy. Kalau terlalu dipikirkan, nanti Sora bisa gila sendiri.

***

Under My SkyWhere stories live. Discover now