Bab 8 - Sleep Call

51 15 1
                                    

Sora belum pernah menumpang di mobil Fael sebelumnya. Ini adalah kali pertama Sora.

Mobil Fael bertipe Yaris GR Sport berwarna hitam. Tidak banyak modifikasi di mobil itu. Bersih dan rapi, begitulah kesan pertama Sora. Bukan berarti mobil Regy berantakan. Mobil Regy juga bersih dan rapi, hanya saja ada lebih banyak barang pribadi. Kalau mobil Fael lebih cenderung kosong.

Wewangian mobil yang dipilih Fael sangat maskulin. Campuran mewah aroma musk dan woody, sama sekali tidak menyengat. Sora suka.

Suara lantunan musik akustik dari pengeras suara menguasai mobil. Fael tidak berkata sepatah kata pun semenjak mereka meninggalkan halaman parkir SMA Navia. Udara dingin dari AC terasa dua kali lipat lebih dingin karenanya.

Menyadari Sora beberapa kali menggosok lengan, Fael mengambil jaket dari belakang kursi. "Kedinginan?"

"Ng-nggak..."

Fael tidak menggubris jawaban Sora dan tetap menyampirkan jaket itu ke tubuh Sora.

Bau Fael...

Sora tak tahu wangi itu berasal dari pewangi pakaian, parfum, atau sabun, tapi Sora langsung familiar kalau itu adalah wangi khas Fael. Sora hafal karena beberapa kali Sora harus memisahkan jaket Fael dari cucian kotor Kylo, Sora pasti mencium wangi yang sama. Ada base note yang nyaris mirip dengan wewangian mobil ini, namun lebih lembut.

Ponsel Fael yang bertengger di dashboard menyala beberapa kali karena panggilan masuk. Beberapa kali pula Fael memutus panggilan itu. Sora pun tidak sengaja melihat nama yang muncul di layar. Ema?

Setelah empat kali diputus dan tidak berhenti akhirnya Fael mengangkat ponselnya dari holder. Tanpa salam basa-basi, Fael menyahut to the point. "Kenapa?"

Jeda untuk Fael menyimak apa yang dikatakan lawan bicaranya.

"Ini otw. Macet."

Jeda lagi. Kali ini lebih lama. Sepertinya lebih banyak yang harus disimak.

"Iya, iya. Kamu makan aja duluan. Nanti aku nyusul."

Panggilan kali ini benar-benar diputus. Ponsel kembali ke holder, Fael ke roda kemudi.

"Cewek lo?"

Sora goblok! Harusnya ia menggigit lidahnya agar tidak melontarkan pertanyaan kepo nan murahan itu.

Fael membalas dengan anggukan singkat.

"Duh, gue nggak enak! Gue turun di sini aja trus naik ojek—"

Cowok itu sigap menghalau tangan Sora dari kunci pintu. "Bahaya, Sora. Nanti ketabrak." Kemudian perlahan ia meletakkan tangan Sora kembali di atas paha. "Gue anter sampai depan rumah."

Kalimat Fael tak terdengar seperti sebuah penawaran, melainkan sebuah keputusan mutlak.

***

Pukul 23.30, Sora bersiap tidur ketika ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk.

[Regy: kerokin dong]

Sora berjengit jengkel. Walau begitu, ia tetap menyempatkan diri membalas meniru chatbot.

[The service you are about to order is not available at this hour. Please try again later]

Tidak ada pesan teks lagi, Regy langsung menelepon.

"Apaan sih?" Suara lembut menyapa telinga Sora disertai sisa-sisa tawa.

"Lo yang apaan! Masa nyuruh gue ngerokin lo!" protes Sora.

"Kayaknya gue beneran masuk angin. Lo sumpahin ya?"

"Yang ada juga lo pasti bandel nggak mau pakai jaket, kan?"

"Jaket gue di mobil. Males ngambil," Regy mengaku.

"Tuh kan! Dari aula sampai parkiran cuma berapa meter? Emang dasar males. Kalau udah masuk angin gini malah nyusahin orang minta dikerokin."

Tiba-tiba terdengar suara ramai menyela obrolan mereka. "Bentar, bentar. Gue pindah tempat dulu."

"Kenapa tadi?"

"Anak-anak. Lagi main UNO."

"Trus lo pindah ke mana nih?" Sora penasaran karena suara Regy sedikit bergema.

"Ruang anggar. Loker lo yang mana?"

"EH!" Sora langsung melompat bangun. "GUE LUPA NGUNCI RUANGAN?"

Terdengar suara tawa terpingkal dari seberang sana. Regy baru saja mengerjai Sora. "Nggak, nggak. Gue bercanda. Ini gue lagi di lorong timur."

"Hati-hati katanya ada hantunya."

Tiba-tiba masuk permintaan untuk video call. Jantung Sora nyaris copot karena alih-alih wajah Regy, yang muncul malah gambaran lorong yang kosong. "Bantu liatin. Ada nggak?"

"Eh, gue bukan anak Indihome (plesetan dari indigo)."

"Trus apa dong?"

"Biznet."

Lagi-lagi Regy meledak dalam tawa.

Kali ini kamera berganti menampilkan wajah tampan Regy. Perlahan tawanya reda. Namun, Regy tidak langsung lanjut bertutur melainkan diam mengawasi Sora lekat dari layar HP.

"Apa?" Sora mulai gugup ditatap lama begitu.

"Mau gue temenin sleep call nggak?"

Padahal tidak ada siapa-siapa di lorong itu, tapi Regy menurunkan suaranya.

"Boleh." Kebetulan mata Sora mulai terasa berat. Sebentar lagi mungkin akan terpejam.

Regy menunggu dengan sabar Sora mencari posisi yang paling nyaman untuk meletakkan kepalanya di atas bantal.

"Tahun ini mau hadiah ulang tahun apa?"

"Ng..." Sora mulai merasa perlambatan berpikir pada otaknya. "Fluffy cow?"

"What?" Regy cengok mendengar jawaban Sora.

"Itu... Apa sih... Resto steak di deket sekolah..."

"Holycow?"

"Nah, iya... Itu..."

Regy mendengus menahan tawa. "Jauh banget dari Holycow ke Fluffy Cow?"

"Ah elah, sama-sama cow..."

"Ok, deal. Di hari ultah lo kita bakal dinner berdua di Holycow."

"Mama boleh ikut...?"

"Nggak."

"Kylo?"

"Nggak boleh juga."

"Molten?"

"Nggak boleh bawa kucing, Sora."

"Oke sip. Kalau bawa beruang?"

"Dapet beruang dari mana?"

"Nyuri dari bonbin..."

Regy hafal betul gelagat Sora yang sebentar lagi akan terlelap. Matanya semakin layu, omongannya semakin amburadul, suaranya semakin tak terdengar. Dan Regy menikmati menyaksikan seluruh proses itu.

Tak sampai 5 menit, layar ponsel berguncang. Dari menampilkan wajah cantik Sora, berganti menyorot langit-langit kamar yang kosong. Tandanya ponsel terjatuh dari tangan Sora. Gadis itu sudah terlelap.

"Nite, Sora. See you tomorrow."

***

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang