Bab 63 - Sepi (flashback)

64 10 11
                                    

Pukul 9 malam Kylo turun dari taksi online yang membawanya pulang dari sebuah rapat kegiatan OSIS dengan badan remuk, otak terkuras, dan mata berat. Bisa-bisanya Eric—Ketua OSIS Navia saat itu—melimpahkan semua tanggung jawabnya pada Kylo yang notabene anak kelas X dan bahkan bukan perangkat inti ataupun Ketua Divisi. Terdengar juga bisik-bisik sumbang yang mencibir Kylo sebagai anak baru yang ambisius dan suka cari perhatian.

Demi Tuhan, dia lebih memilih main game online daripada tiba-tiba disuruh memimpin rapat 3 jam yang tidak jelas agendanya.

"Duh!"

Kylo menggeram kakinya tersandung undakan teras depan. Dia baru sadar lampu teras belum dinyalakan. Pasti Sora lupa lagi, sangkanya jengkel.

"Masa kayak gitu aja harus diingetin tiap hari?" gerutu Kylo sembari mendorong pintu depan dan masuk ke dalam rumah. Entah kenapa belakangan ini Sora jadi pelupa dan mengingatkan kakaknya hanya menambah kelelahan Kylo.

Suasana di dalam rumah sama gelapnya dengan di teras. Untung cahaya lampu dari area dapur dan meja makan masih sedikit menjangkau sampai ruang tengah walau temaram.

Namun begitu, Kylo tidak berniat menyalakan lampu. Ia ingin cepat-cepat sampai kamar menyelesaikan tugas sekolah untuk besok yang tertunda karena rapat tak berguna tadi. Kylo pun melengos berjalan menuju tangga dilatari lagu favoritnya—Stand Out Fit In—dari band ONE OK ROCK, diputar lewat bluetooth headphone merek Bose yang sedang ia kenakan.

"Ouch!"

Kylo memekik ketika sesuatu menghantam kepalanya. Ia menunduk untuk memastikan benda apa itu. Kotak teh celup? Kenapa benda itu bisa sampai mendarat di kepalanya. Kalau ada hantu di rumah itu, kan seram juga!

Ternyata apa yang Kylo temukan lebih mengerikan dari hantu. Ibunya ada di sana—duduk di meja makan dengan raut wajah tegang. Ludah tergelincir dengan sendirinya di tenggorokan Kylo. Dia paling takut kalau ibunya marah lebih dari apa pun.

Vira memberi isyarat agar Kylo melepas headphone dan duduk di hadapannya. Ternyata dari tadi Vira coba memanggil Kylo. Namun karena fitur peredam kebisingan dari headphone itu, Kylo tidak dengar sama sekali.

Kylo menurut. Ia segera mematikan musik dan mengalungkan headphone itu di leher, lalu duduk di hadapan Vira.

"Kamu tahu kakakmu ada di mana?"

Kylo menggeleng. Ia mengumpat dalam hati karena berpikir kakaknya membuat ulah lagi.

Namun, Vira malah menjawab pertanyaannya sendiri. "Dia masuk UGD."

UGD? Hening sejenak untuk Kylo mencerna jawaban itu.

"Orang HR (Human Resource) kantor Mama barusan nelpon. Katanya Sora datang sendirian ke UGD Rumah Sakit Bethesda Gading Serpong, pingsan di depan meja registrasi. Untungnya dia bawa kartu asuransi kantor Mama. Jadi pihak rumah sakit langsung telepon ke kantor."

Gading Serpong? Itu kan daerah rumah Dendra.

"Kamu tahu ada apa dengan kakakmu?"

Kylo menggeleng.

"Kapan terakhir kali kamu bicara sama dia?"

"Beberapa hari lalu."

"Berapa kata?"

Kylo tertegun. Bibirnya bergetar saat menjawab, "Dua..."

Tutup pintu. Hanya itu yang ia katakan ke Sora terakhir kali mereka berinteraksi.

Menyaksikan Vira merosot menangis di kursinya langsung menyadarkan Kylo kalau ia sudah melakukan sebuah kesalahan fatal.

"We failed her. Both of us. Kita gagal, Kylo, jadi keluarganya," Vira meracau pedih. "Mama, kamu, nggak ada yang tahu apa yang sedang ia alami. Padahal kita tinggal satu atap!"

Under My Skyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن