Bab 76 - Withdrawing (flashback)

46 10 3
                                    

Beberapa kali Sora mengepalkan tangan. Rasa gugup begitu roda pesawat menginjak landasan Bandara Changi Singapura membuat telapak tangannya sedingin es. Banner di tempat pengambilan bagasi yang mengucapkan selamat bertanding untuk seluruh kontingen SEAFY memperparah adrenalinnya. Sekarang perut Sora jadi ikut bergejolak seperti ada kuali yang sedang merebus.

Jujur, Sora merindukan semua sensasi pra pertandingan. Sudah lama darahnya tidak berdesir dan jantungnya berdetak sekencang ini. Kalau kata Galen, setiap pertandingan adalah antara hidup dan mati. Tentu saja dia bicara soal hidup dan mati karir atletnya, bukan sebagai seorang manusia.

Sora pun sekarang memanggul beban yang lebih berat dari biasanya. Masa depan dan kredibilitasnya di Navia juga dipertaruhkan di depan garis. Itu menjadi motivasi terbesarnya saat ini.

"Bagasimu udah semua?" Coach Lily menghitung jumlah koper yang dibawa keluar dari tempat pengambilan bagasi.

"Udah kayaknya, Coach."

Sora memastikan lagi. Satu koper berukuran medium, tas ransel, dan foil. Hanya itu barang bawaan Sora.

Mobil jemputan Vellfire membawa mereka semua ke hotel dalam 20 menit. Sepanjang perjalanan, Sora menghibur diri dengan percakapan di grup kelas X4 yang dari sekarang sudah menentukan menu syukuran apa untuk kemenangan Sora.

[Wino: kambing guling!]

[Myra: syukuran, woy! Bukan sunatan!]

[Wino: kebetulan Fadli belum disunat katanya]

[Fadli: Anjir. Gue udah diem-diem bae, masih dibawa-bawa]

Sayang, mereka belum tahu kalau Sora kalah, acara syukuran seketika akan berubah menjadi perpisahan. Sudahlah. Itu dipikirkan nanti saja.

Sora langsung masuk ke kamar setelah menolak ajakan untuk makan siang karena sudah cukup kenyang dengan makanan di pesawat. Hotel yang ia tempati saat itu tidaklah terlalu besar jika dibandingkan dengan yang di Bangkok atau Kuala Lumpur, tapi punya semua standar kualitas hotel bintang 5 internasional. Pemandangan dari jendela kamar Sora juga indah, menghadap Marina Bay. Tidak perlu protes. Sora ke sana bukan untuk berlibur.

Telepon berdering. Resepsionis mengabarkan vitamin yang dipesan ibunya secara online sudah tiba dan Sora harus mengambilnya ke lobi. Memakai kembali sepatunya, Sora turun ke lantai dasar.

Setelah mendapatkan paketnya dan hendak kembali ke kamar, Sora tak sengaja bertemu dengan rombongan Klub Noble yang baru tiba di lobi. Awalnya Sora berusaha menghindar, tapi mata tajam Coach Helen terlanjur menangkap keberadaan Sora.

"Look at that shameless girl, showing herself in front of us."

Desisan wanita itu tak sampai ke telinga Sora, namun membuat semua kepala di rombongan itu menoleh, termasuk Astri. Jujur, Sora sedih menyaksikan tatapan sinis Astri terhadapnya. Seakan tidak pernah ada sejarah pertemanan di antara mereka berdua.

"Hai, Sora," sapa Astri. Dagunya meninggi, sudah cukup membaur sebagai seorang Noble, ternyata.

"Hey," balas Sora.

Sebenarnya Sora enggan bertegur sapa, mengingat cewek itu adalah penyebab kehancuran karir anggarnya. Tapi ibunya pernah berpesan untuk tetap bersikap ramah pada siapa pun, termasuk musuh, agar tak seorang pun bisa membaca suasana hati kita yang sebenarnya.

"Kita—" Sora mencoba mencari-cari topik untuk berbasa-basi. "—akan bertemu di pertandingan pertama. Best of luck for both of us."

"Yeah, sure. Tapi gue mau tanya."

Under My SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang