Bab 79 - Pembalasan yang Gemilang (flashback)

54 10 11
                                    

"Apaan?" Sora menyergah ketus mengangkat panggilan yang masuk.

"Paspor gue mana?"

Pertanyaan yang sama untuk kelima kalinya hari itu. WhatsApp, telepon, DM Instagram, Regy memohon melalui semua lini komunikasi.

"Udah gue buang."

Sora memutus panggilan sepihak dan lanjut mengisi beberapa formulir wajib untuk registrasi ulang di salah satu ballroom hotel tempat mereka menginap.

"Siapa, Sor?" tanya Coach Lily yang menemani Sora pagi itu.

"Regylah. Siapa lagi? Nggak tau orang lagi ribet apa?" gerutu Sora sambil mencentang semua kolom 'no' pada pertanyaan tentang kesehatan, kecuali...

"Coach, saya ada alergi nggak sih?"

"Lah? Kenapa nanya saya?"

"Kata Mama, saya alergi kelomang."

Bola mata Coach Lily berputar. "Lagian, menurutmu bakal ada kelomang di sini?"

"Nggak sih. Tapi kan harus ditulis?"

"Ya udah kalau mau ditulis. Sekarang saya tanya, kelomang bahasa Inggrisnya apa?"

Waduh. Sora menyerah.

Sora merogoh ponselnya lagi. "Gy!"

"Hmm?"

"Kelomang bahasa Inggrisnya apa?"

"Rahasia. Balikin dulu paspor gue."

"Tsk!" Masih juga bahas paspor? "Mana lulusan Harvard? Kasih teleponnya ke dia."

Tak lama, suara berubah menjadi sedikit lebih rendah di ujung panggilan.

"Apa, Dik?"

"Mas Pram, kelomang Bahasa Inggrisnya apa?"

"Hmm... Hermit crab?"

"Spelling-nya gimana?"

"H-e-r-m-i-t crab."

"Oke!" Sora menurut, menulis apa yang dieja Pram barusan lalu menutup panggilan.

"Kenapa sih gangguin mereka? Kamu kan bisa googling," Coach Lily tak habis pikir.

"Oh, iya juga."

Tarikan napas pelatihnya terdengar sangat panjang. Belum bulan puasa saja cobaan sudah seberat ini. Tak apalah, pikir Coach Lily. Anak ini mau balik ke SEAFY saja sudah syukur.

"Coach, saya tes urin dulu ya."

Sora pergi mengikuti papan penunjuk arah. Tak sampai 15 menit, Sora keluar dan menyetorkan sebuah tabung kecil di meja petugas kesehatan.

"Masih berani tes urin?"

Hadeh. Suara sumbang yang paling Sora benci.

"Tes urinnya juga dipalsuin mungkin—"

"BACOT!"

Coach Lily terkesiap mendapati ujung telunjuk anak didiknya hanya berjarak beberapa senti dari ujung hidung Coach Helen.

Lalu Sora mengabsen mereka satu per satu dengan makian yang sama. "Bacot! Bacot! Bacot! Bacot! Bacot!"

Tiba di depan wajah Astri, ia sengaja berhenti sejenak untuk memberi penekanan. "Elu-yang-paling-bacot!"

Barisan kontingen Noble bergeming, gagal mencerna kelakuan Sora. Yang bergerak hanya bola mata mereka, mengikuti langkah Sora ke arah pintu keluar.

"Kak Sora... Savage..." Bak tersihir kegilaan Sora, Dewangga, anggota tim termuda mereka keceplosan. "Ma—maaf, Coach—" Kepalanya refleks tertunduk setelah mendapat sorot nanar mata Coach Helen yang menyiratkan nasibnya di klub Noble kini ada di ujung tanduk.

Under My SkyWhere stories live. Discover now